Sudah dua hari ini, riaga dan mira sama - sama cuek satu sama lain , mereka tinggal satu atap namun tidak ada sapaan atau percakapan satu sama lain. Setiap pagi mira bangun lebih awal untuk meyiapakan sarapannya dan agar raiga sarapan mira memilih membawa makananya ke kamar. Mira tahu raiga tak mau berdekatan dengan dirinya. Dan makan malam juga seperti, mira lebih banyak mengurung diri di kamarnya, sedangakan raiga pergi entah kemana.
Panas yang menyengat seperti membakar tubuh membuat mira berkali - kali mengahapus keringatnnya. Minggu depan dirinya sudah tidak bersekolah lagi, mira sungguh sedih namun mau bagaimana lagi perutnya makin lama akan semakin membesar.
" panas banget ya mir " kata tania.
" iya " balas mira.
Tania tiba - tiba saja memeluk mira, " aduh, gue bisa kengen berat sama lo mir. Kalau lu pindah sekolah, nanti siapa yang gue contekin lagi " kata tania, melepaskan pelukannya.
Mira tertawa pelan, ya mira sudah mengatakan bahwa dirinya akan pindah sekolah keluar kota bersama orang tuanya kepada tania, mira juga meminta maaf dalam hati sudah membohongi tania namun dirinya memang harus berbohong dulu.
" kamu tenang aja, raiga masih bisa kok untuk dihandalkan "
Tania mendengus kesal, " cih, dia mah pelit mir, apalagi ya kalau misalnya ulangan pasti dia --- " ucapan tania terputus saat beberapa orang berjalan menabrak dirinya.
" woy kalau jalan liat - liat dong !! " teriak tania.
Mira menatap beberapa orang yang berlari sepertinya menuju ke arah lapangan, entalah perasaan mira seperti cemas dan takut mungkin. " lu gakpapa kan mir ? "
Mira kembali menatap tania, " enggak ni " katanya.
Tania mengangguk, saat ada seorang melintasi mereka. Tania memanggil cewek itu, " ada apa sih ?" tanyanya.
" raiga lagi berantem di lapangan " kata cewek itu lalu kembali berjalan cepat kesana.
degh
" mir ayok liat ! " tania menarik tangan mira.
Keadaan lapangan sungguh penuh kaena banyak pasang mata yang menonton kejadian itu, tanpa ada satupun orang yang melerai mereka. Mira dan tania berjalan maju sampai depan. Kaki mira sungguh lemas melihat raiga yang memukuli rangga, dan alan maupun fiji yang melerai mereka pun tampak kesusahan. Kedua muka raiga dan rangga sama - sama babak belur.
" kalau lu gak bisa ngebahagian dia, gue siap ga gantiin posisi lo " kata rangga.
Raiga yang mendengar menjadi kesal dengan rangga, " sampai kapanpun hal itu enggak akan terjadi " raiga kembali memukul rangga.
Darah segar kembali keluar dari mulut rangga, walaupun sudah seperti itu rangga masih bisa tertawa pelan. " akuin ga, kalau emang lu udah cinta sama dia, keburu dia direbut sama orang lain " katanya. Biarlah badannya menjadi korban dari pukulan sahabatnya itu hanya saja rangga ingin mengingatkan sahabatnya itu untuk tidak memperlakukan mira seperti itu.
rangga sangat sedih melihat mira yang tengah hamil harus mendapatkan sikap raiga yang cuek, yang lebih miris lagi kemarin dirinya tak sengaja melihat mira yang ikut malam hari tengah duduk sendirian memakan bakso gerobak pinggri jalan, karena tak tega rangga memlih mnghampiri mira, disanalah mira mengatakan raiga sudah berubah padanya. Rangga tentu geram dengan kebodohan raiga itu.
" gue emang cinta sama dia " kata raiga.
Rangga tersenyum, " udah berhenti lu pukulin gue, gak liat apa gue udah babak belur gitu, apalagi istri lu udah pucet gitu ngeliatnya "
Raiga berhenti memukul rangga, matanya menelisik matap beberapa orang yang melihatnya sampai matanya jatuh pada tatapan kekhewatiran dari seorang mira, fiji dan alan membantu rangga, sedangkan raiga dengan sisa tenaga yang tersisa berjalan ke arah mira, dirinya memegang tangan mira erat.
" obatin aku " kata raiga. Mereka berdua berjalan meninggalkan sekolah dengan motor sport milik raiga.
" masih sakit ? " tanya mira, mereka sudah sampai rumah dan sekarang mira sedang mengobati raiga. Dengan hati - hati mira membersihkan luka - luka yang ada pada raiga.
" sakit, apalagi disini " raiga membawa tangan mira pada hatinya berada.
Tangan raiga menggengam kedua tangan mira dengan erat, matanya menatap mira dengan tulus. " maafin aku ra, aku tahu tindakan aku ini kayak anak kecil, tapi jujur ada sesuatu hal yang perlu aku pasiin terlebih dahulu, dan sekarang itu sudah pasti bahwa aku sayang sama aku, walaupun aku tahu mungkin kamu malah membenci ku karena sudah menghacurkan hidup kamu, seengaknya maafin aku raa, dan aku mau jadi suami, dan seorang ayah yang baik untuk kamu dan akan kita ra "ucap raiga.
Mira meneteskan air matanya, sungguh ia tak tahan mendenger ucapan raiga. Tangan raiga mencoba menghapus air mata mira pelan.
" maafin aku ra " katanya.
Mira mengangguk, membuat raiga senang bukan kepalang. Langsung saja mira dibawa kedalam pelukannya. " terima kasih mir, aku sayang kamu dan anak kita "
Mira hanya mengagguk dalam dekapan raiga, " aku juga sayang sama kamu ga " katanya.
Raiga mencium kening mira berkali - kali, raiga melepas pelukannya dan mengambil kertas yang dulunya ia bikin. " gak akan ada surat perjajian ini lagi " katanya. Raiga menyobek kertas itu menjadi beberapa bagian lalu membuangnya kedalam tempat sampah.
" ga, sini aku bersihin lagi lukanya " kata mira.
Raiga kembali kedalam kamarnyadengan senyum yang terus berada diwajahnya, namun saat mira ingin membersihkan lukanya lagi, raiga malah memeluk mira erat dan menindurkan mira pada dadanya sehingga mereka berdua saling berhadapan, " mending temenin aku tidur aja "
Raiga memeluk mira dengan posesif, " terus luka kamu " kata mira.
" biarin, nanti juga sembuh " kata raiga. Mata raiga yang kini terpejam dan ditambah pelukan hangat dari raiga, membuat mira ikut memejamkan matanya, menyusul raiga kedalam mimpi mereka.
Thank u guys
Love you...
Keep Reading yaa😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Merried
Teen FictionIni adalah kisahnya ... Seorang gadis biasa yang hanya menginginkan ketenangan dalam hidupnya, terutama disekolah. Namun sebuah takdir memilukan menimpanya. Bertemu dengan Cowo Bad Boy yang digilai seantero gadis disekolahnya. Bahkan sampai membuat...