Heaven = 15

1.1K 93 2
                                        

Posisi Yujin sekarang lagi di kamarnya. Dari pagi ketemu pagi dan malem ketemu malem, dia ngegalau mulu dalem kamar.

Alesannya udah pasti karena berkas Anjeng-bacot-kampank-setan-bangsat-tolol itu.

Yujin mikir sampe kepalanya pitak, dia punya salah apa sama ni orang? Bisa dengan enaknya menjebak orang gak bersalah.

Ternyata ada ya, orang macam si Emnet ini.

Dan setannya lagi, orang panti enggak ada yang nyariin Yujin ke mana udah berhari-hari gak keliatan.

Kalau Sunjing jangan ditanya. Dia membombardir hape Yujin dengan spam chat yang kebanyakan nanya Yujin kenapa. Totalnya ada 2000+ chat yang belum dibaca semua dari Sunjing.

Bukannya Yujin lari dari masalah, tapi dia pingin istirahat aja sama semuanya. Dia butuh tenangin diri, sendirian.

Ya tapi Sunjing yang gak bisa tenang. Woeya jelas, Yujin gak masuk sekolah udah berapa hari?

"Empat hari."

Kehitung udah empat hari Yujin gak sekolah. Sunjing panik ngira Yujin depresi sampe bunuh diri dengan cara minum susu boneeto.

Fyi, Yujin paling alergi sama susu boneeto.

Di kepala Yujin sekarang ada berbagai macam spekulasi yang mengarah ke Sunjing.

Itu semua seratus juta duit semua kan? Segila apa Sunjing dengan gampangnya ngomong bakal ganti rugi berkas yang ilang.

Itu dia yang jadi pertanyaan di otak Yujin.

Ok, ini waktu nya keluar dan cari jalan keluar. Yujin udah membusuk di kamar mikirin tentang si uler.

"Ah, bodo lah. Gua laper pengen es grim."

Untuk pertama kalinya dalam hari ini, Yujin keluar kamar.

"Joko anjeng! Beha gua jangan diacak-acak!" satu langkah keluar kamar, kedengeran teriakan Yena.

"Hey Lani! Hey Lani!"

"Yang nengok belom mandi!"

Makin jauh melangkah keluar kamar, ada Yuri sama Nako lagi pukul-pukul galon sambil nyanyi.

Serta ada Joko yang lari keluar dari kamar Yena.

Dalam hati kucing itu be like, "apa salahku, aku kucing bukan anjing."

Kayaknya keluar kamar malah bikin kepala Yujin tambah sakit.

"Ya Tuhan, ini anak bunda apa jombi? Serem banget mukanya," heboh bunda muter-muter badan Yujin.

"Lagi galau dia Bun, ditinggal nikah pacarnya."

Yujin cuma bisa senyum.

"Sini duduk." Chaeyeon nepuk sofa sebelahnya, nyuruh Yujin duduk daripada ngeliat dia berdiri bikin pegel.

"Jiejie tumben gak maen?" tanya Yujin sambil duduk.

"Lagi ada bencana ya?"

Yujin noleh ke Chaeyeon. "Kok nanya gitu?"

"Muka lu madesu."

Masa depan suram, YHAA.

Kalau ada nominasi kakak terpeka, pasti bakal Chaeyeon yang jadi pemenangnya.

Di panti itu gak ada cowok, semua cewek. Paling Felix yang sesekali maen, dia jadi cowok sendiri. Keseluruhan anggota panti itu pure
cewek.

Tapi pandangan Yujin sama setiap keluarganya beda. Kayak Chaeyeon misalnya.

Chaeyeon adalah sosok kakak laki-laki bagi Yujin. Setiap Yujin ada pikiran, Chaeyeon bakal tau adeknya itu lagi butuh perhatian lebih. Gak jarang juga Chaeyeon jadi tempat curhat.

"Jie, Yujin orangnya gimana sih?" tanya Yujin suram. Chaeyeon bisa liat ada bayangan hitam di bawah matanya.

Sebelum mereka memulai sesi curhat, Chaeyeon nyomot donat punya Hyewon di meja.

"Eem, seorang Sufira Gita Yujin Widyatama sejauh yang gua kenal orangnya suka nutupin masalah, labil, kadang manja, iseng-tengil-nyebelin nauzubillah, baterai gak pernah habis, sekalinya habis butuh waktu lama buat ngisi lagi," jelas Chaeyeon secara rinci yang gak mungkin ditulis semua disiniㅡkarena bakal panjang banget pasti. "Kenapa pertanyaan lu begini dah?"

"Yujin gak tau salah Yujin dimana. Yujin udah berusaha yang terbaik, tapi balesan mereka malah begini. Yujin merasa gak dihargain. Lebay gak sih, jie?"

"Terlalu banyak kata 'Yujin' di kalimat lo," Sakura nimbrung. Padahal dia lagi sibuk sama game-nya. Iya dah, yang nilai bahasanya bagus mah terserah.

Kurangajarnya pula, celetukan Sakura gak didenger sama dua orang ini.

"Gak papa sih, kadang kita emang harus sedih karena manusia kalo udah dibaikin gak tau diri. Kita udah capek berusaha, malah gak dianggep.

Semua orang punya masa sedihnya sendiri."

"Betul banget, guguk!" satu lagi yang nimbrung tiba-tiba.

"Nyoung apasih, sono lanjut belajar. Ini omongan orang gede, lu masih bau kencur."

Wonyoung mendesis macam Joko. "Owh, jadi gak masuk sekolah empat hari gara-gara pusing dituduh nyuri berkas yayasan...."

Oh iya. Yujin lupa kalau Sunjing sama Wonyoung itu temenan dari dulu. Udah pasti bontot laknat ini tau dari Sunjing.

"Wah anjir! Bisa-bisanya dituduh?? Gimana ceritanya?!" Chaeyeon langsung turn on pas denger kata yayasan keluar.

"Ish, mulut lu!" pinggang Wonyoung dicubit Yujin pelan. "Gini jie, si uler Emnet ngasih foto Yujin lagi masukin berkas ke tas. Tapi bukan berkas yang Yujin bawa yang ilang."

"Singkatnya, kak Yujin dijebak," imbuh Wonyoung sambil ngusap pinggangnya yang ngilu.

"Dari mana bisa dia dapet foto lu? Anjir keliatan banget ngejebaknya."

"Kok kayak orang tolol yah mereka main jebak-jebakan begitu. Bisa aja orang nuduh biar dia sendiri gak dicurigai. Seorang pencuri yang teriak paling kencang, biasanya dia yang paling banyak dapet untung." HitomiㅡSang jenius, cucunya Albert Einstein dan titisan Sherlock Holmes, numpang lewat sambil minum Mawar berkuah. Aura savage-nya mulai keluar.

"Jadi menurut Hitomi, si uler nuduh Yujin buat pengalihan biar lepas dari tuduhan?" tanya Chaeyeon ternganga atas kepinteran seorang Hitomi.

"Itu cuma asumsi aku aja. Siapa yang tau?"

"Lu ngambil kesimpulan dari 'Siapa tau'?" Suara Sunjing tiba-tiba lewat di kepala Yujin.

Ohhhh sekarang Yujin nemuin titik terang.

Yang diomongin Hitomi bisa aja bener. Seperti yang dibilang si uler kemaren, Siapa tau?  Semua bisa aja terjadi Siapa tau?, kan?

Jadi si Emnet ini mau main-main sama Yujin dan keluarganya? Hohoho, tidack semudah itu Ferguso.

Pantesan Hitomi menangin olimpiade nasional, orang otaknya seencer itu. Sekarang Yujin maklum kenapa Hitomi suka savage dan geram sendiri kalau dia udah bego.

Otaknya gak selevel orang biasa.

"Kenapa gak tuduh balik aja tu orang?" Sakura nambahin.

Semuanya natap ke Sakura. Yang ditatap masih main lewat hapenya dengan santai.

"NAH, BENER!" jerit Wonyoung semangat. "Baru mau ngomong, udah keduluan."

Kenapa gak kepikiran dari kemaren?? Yujin tarik deh omongannya tadi, untung dia keluar kamar.

"Sekarang masalah ini cuma tinggal dikasih percikan bumbu drama, baru abis itu kita bom dan berubah jadi kepingan kebenaran."

"Papa Zola, is that you?" kata Wonyoung bergurau di saat yang gak tepat.

Gara-gara ngomong gitu, kepala Wonyoung ditoyor Yujin.

Ganteng | YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang