Three

428 48 2
                                    

Sebuah kotak makan kini berada di atas meja yang berada di ruang tunggu Yuri. Wanita itu terheran-heran siapa yang memberikannya kotak makan. Apakah fanclubnya memberikan makanan ke semua orang seperti saat ia bekerja di MBC? Tidak mungkin. Tidak ada yang tahu ia pindah ke SBS selain staf yang bekerja di sini.

Sebuah pesan masuk ke dalam notifikasi ponsel Yuri. Wanita itu segera membacanya.

'Semoga kau menikmati sarapanmu.'

Pesan itu dikirimkan oleh Kyuhyun kepadanya. Yuri belum menyimpan nomor itu sama sekali sehingga ia terheran-heran dengan sosok yang mengirim pesan itu sebelum memeriksa foto profilnya. Takut, jika yang mengiirm ternyata merupakan seorang sasaeng, seperti apa yang dialami rekan kerjanya dulu.

Yuri membalas dengan ucapan terima kasih sebelum membuka kotak tersebut dan memakannya dengan lahap. Ia memang membiasakan diri mengonsumsi sarapan paginya setelah siaran di pagi hari. Itu sebabnya ia merasa sangat lelah setiap menyelesaikan siarannya di pagi buta.

Namanya meroket hari itu bersama dengan Kyuhyun. Sambil menyantap kimbap yang dibawakan sang tunangan untuknya, matanya memantau setiap komentar mengenai berita yang dibawakannya hari ini. Syukurlah, pujian-pujian dan kekaguman masyarakat mendominasi segalanya. Bahkan kritik mengenai performa mereka berdua nyaris tak ada.

Kyuhyun yang berada di ruangan sebelah, juga sibuk memantau komentar yang masuk. Walau ia tahu bahwa mustahil komentar buruk akan masuk ke dalam penampilan mereka hari ini. Keduanya memiliki reputasi yang sangat baik. Penampilan mereka perfect dan profesional, tak pernah membahas kehidupan pribadi sama sekali.

Seusai memakan habis kimbap yang dibawakan, Yuri segera membereskan barangnya dan memutuskan untuk pulang dan istirahat. Lagi-lagi tepat ketika Kyuhyun keluar dari ruang tunggunya.

"Kau terlihat cantik hari ini. Sangat cantik." puji Kyuhyun. Yuri menoleh lalu tersenyum tipis untuk beberapa detik sebelum kembali melangkahkan kakinya meninggalkan studio. Kyuhyun di belakang wanita itu. "Appa memanggil kita berdua untuk segera ke ruangannya." kata Kyuhyun pelan.

Yuri menolehkan kepalanya. "Apakah ada sesuatu mengenai kita lagi?" tanya Yuri yang dijawab dengan Kyuhyun yang mengendikkan bahunya. "Aku akan membawamu ke sana. Kau pasti belum paham betul seluk beluk gedung ini." ucap pria itu, segera memimpin Yuri. Ia meninggalkan studio bersama wanita itu dan masuk ke dalam lift yang kebetulan pintunya terbuka lebar.

Kyuhyun menekan tombol tiga puluh sebelum pintu lift tertutup. "Kau keberatan jika aku mengajakmu jalan menyusuritaman setelah ini?" tanya Kyuhyun. Yuri menoleh lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, sama sekali tidak keberatan." jawabnya. Kyuhyun tersenyum.

Ia tahu hubungan di antara keduanya memang perlu dibina dengan baik, dikembangkan perlahan hingga mengembang di kemudian hari... atau mungkin layu? Tidak ada yang tahu. Setidaknya mereka mencoba, atau dirinya yang mencoba? Menngingat beberapa hari yang lalu, ketika pertunangan dadakan itu terjadi, ibu tiri Yuri mengatakan bahwa wanita itu menjadi komitmen dan pernikahan. Tentu ada alasan di baliknya.

Pintu lift terbuka di lantai tertinggi itu. Pemandangan meja sekretaris serba putih menyambut Kyuhyun dan Yuri yang baru melangkahkan kakinya keluar dari dalam kotak besi itu. Sang sekretaris Mr. Cho langsung berdiri dan membungkuk, membukakan pintu ruangan direktur eksekutif itu kepada kedua orang tersebut.

Kyuhyun menggenggam tangan kanan Yuri. "Kau harus membiasakan diri kedepannya, Kwon anchornim." ucap Kyuhyun sebelum memasuki ruangan itu. Yuri terdiam dan hanya bisa pasrah dengan perlakuan Kyuhyun kepadanya. Barangkali Kyuhyun memang memilki sifat seperti itu kepada semua orang di sekelilingnya.

"Anakku! Yuri!"

Untuk pertama kalinya, Mr. Cho memanggil calon menantunya itu dengan nama panggilannya dan menggunakan bahasa semi-formal. "Siaran kalian sukses besar hari ini. Aku bangga sekali terhadap kalian berdua. Memang terlihat serasi." kata Mr. Cho semangat sambil menepuk pundak putranya dan memeluk Yuri erat.

"Kamsahamnida, Mr. Cho." jawab Yuri pelan.

Kyuhyun menoleh ke Yuri, mempersilakannya untuk duduk di sofa sang ayah. "Duduklah di sofa, Kwon anchornim. Kau pasti lelah." kata Kyuhyun sambil melepas genggaman tangannya. Mr. Cho menatap pasangan di depan matanya itu dan tertawa kecil. "Kalian kaku sekali masih menyebut satu sama lain dengan 'anchornim' dan bahkan Yuri memanggilku dengan Mr. Cho." canda pria tua itu.

"Yuri, kau bisa memanggilku abbeonim. Kalian juga bisa menggunakan bahasa yang lebih non-formal." kata Mr. Cho. Yuri mengangguk paham. "Ne, abbeonim." Yuri menanggapi. "Aku ingin mengajak kalian pergi setelah ini. Ke sebuah restauran enak." ujar pria itu yang ditolak oleh Kyuhyun. "Appa, aku dan Yuri-ssi memiliki sesuatu untuk dilakukan bersama. Kita sudah dua minggu menjadi pasangan tunangan namun benar-benar seperti orang asing." ujar Kyuhyun.

Mr. Cho tersenyum. "Baiklah. Anak muda zaman sekarang memang senang berduaan saja. Iya sudah kalau begitu. Pergilah ke tempat yang kalian mau. Appa tidak akan mengganggu." kata Mr. Cho sambil mendorong sang putra ke arah pintu. Yuri segera meraih tasnya dan berlari ke Kyuhyun yang akan meninggalkan ruangan. Ia segera membungkukkan tubuhnya ke Mr. Cho dan menyusul Kyuhyun yang kini sudah berada di luar ruangan.

  Untuk pertama kalinya tadi, Kyuhyun menggenggam tangan seorang perempuan setelah belasan tahun? Ia tak yakin sudah berapa lama. Selain sang ibu tentunya. Ada rasa ingin mengenal lebih sosok yang dipasangkan dengannya ini. Sosok introvert yang katanya membenci laki-laki. Berbeda dengan Kyuhyun yang bukan membenci, namun menjauhi perempuan sebisa mungkin.

  "Ayo. Aku belum pernah mengajakmu ke taman gedung ini, bukan?" tanya Kyuhyun sambil mengajak Yuri masuk ke lift bersamanya. Wanita itu menurut dan berdiri di pojok kanan lift seperti biasanya. "Sepertinya kebiasaanmu adalah berdrii di sudut kanan lift." kata Kyuhyun, berusaha memecah kecanggungan di antara keduanya. "Aku tidak nyaman berada di tengah. Pasti akan ada orang datang." jawab Yuri pelan.

  Lift membawa mereka ke lantai dua puluh dua, di mana lantai itu dikhususkan untuk taman indoor yang besar untuk rekreasi dan melepas jenuh para karyawan dan staf lainnya. Kyuhyun lalu menunjuk ke sebuah bangku kosong di bawah pohon, mengajak Yuri duduk di sana. Memang tidak banyak karyawan sedang berada di sana saat ini dan lokasi itu agak 'tersembunyi' dari lokasi lainnya.

  "Ibu tirimu tidak berani mengatakannya secara langsung kepadamu tetapi dia sudah menikah dengan pria pilihannya satu jam yang lalu dan sudah meninggalkan kediamanmu dan ayahmu, Yuri-ssi." Kyuhyun memberitahu tunangannya itu. Ekspresi Yuri datar, seakan-akan ia sudah tahu hal itu sejak lama. "Kau tidak terlihat terkejut?" tanya Kyuhyun bingung. Yuri menggelengkan kepalanya. "Suatu hari, akan ada saatnya di mana aku akan ditinggal sendirian seperti saat ini. Tidak ada yang menemaniku. Aku harus belajar menghadapinya." kata Yuri.

  "Kau tahu, sebagai tunanganku, kau adalah sosok wanita misterius dan sangat menutup diri, walaupun pekerjaanmu berkaitan dengan banyak orang." ungkap Kyuhyun jujur sambil menatap wajah Yuri lekat. Yuri tertawa kecil, seperti dipaksakan. "Semua orang memiliki alasan atas sesuatu yang dilakukannya. Jika mereka mengatakan tidak, mereka belum menyadarinya." jawab Yuri.

  Kyuhyun meraih tangan kiri Yuri lalu mencium cincin yang melingkar di jari manisnya. "Setidaknya kau harus terbuka sedikit kepada calon suamimu yang satu ini. Aku tahu kau membenci laki-laki seperti kata ibu tirimu, namun ingatlah... suatu saat kita akan menikah." kata Kyuhyun.

  "Aku berusaha, menjadikan kau sebagai pengecualian sikapku."

  Kalimat itu membuat Kyuhyun tersenyum. Setidaknya wanita itu juga berusaha seperti dirinya dalam hubungan ini. Tidak hanya terus menerima apa yang dilakukan salah satunya. Yuri adalah wanita yang pintar, cantik, berkarisma, dan menarik. Ia yakin banyak pria yang menggilainya namun mengapa? Apa alasan di balik kebenciannya itu? Apakah benar kebenciannya terhadap pria itu hanya sekadar dan tidak berdasar sama sekali?

  "Kau mau pulang, Yuri-ssi?" tanya Kyuhyun. "Biarkan aku di sini sedikit lagi. Aku ingin mengamati bagaimana manusia menciptakan lantai ini." kata Yuri pelan sambil menatap sekelilingnya serius. 'Dia observan. Memantau dan meneliti semuanya satu persatu.' batin Kyuhyun melihat Yuri dengan tatapan elang di kedua matanya.

  Tak lama, Yuri memegangi perutnya. Wajahnya kembali datar. Hening melanda keduanya. "Kau baik-baik saja, Yuri-ssi?" tanya Kyuhyun mulai khawatir. Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Hanya sakit perut biasa. Akan hilang dalam hitungan menit." kata Yuri pelan, menjawab pertanyaan Kyuhyun. Pria itu memutuskan untuk mengantar Yuri pulang.

  "Sudah waktunya kau pulang, Yuri-ssi."

to be continued.

Everyday LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang