Twelve

431 43 2
                                    

  Bulan keempat mereka bersama.

  Tak terasa, empat bulan dilewati oleh pasangan yang selalu terlihat akur dan jarang menunjukkan afeksi romansa mereka, kecuali jika Kyuhyun tak tahan dengan sifat jahilnya yang tak pernah hilang terhadap Yuri. Mengganggu wanita itu seenaknya saja dan membuat Yuri memukul pria itu sangat keras.

  Hari ini, rapat dengan PD Hwang terasa sangat panas. Tidak, bukan karena pendingin ruangan rusak atau penghangat ruangan tidak diatur. Pasangan yang selalu terlihat akur itu bersitegang mengenai berita yang akan mereka bawakan di minggu selanjutnya.

  "Tidak. Aku tidak suka jika sudah membawa kepentingan politik ke dalam beritaku. Acara beritaku harus murni bersih dari intensi politik manapun. Aku tidak mau acaraku digabungkan dengan urusan dan interview politik antar dua pihak, lalu berakhir debgan perdebatan." ucap Yuri kaku, mutlak, tak ingin diubah lagi. Prinsip yang ia pegang sejak dulu harus dipegang teguh.

  "Ini bukan mengenai kepentingan politik. Ini mengenai dua pihak menunjukkan keunggulan masing-masing dan sangat diperlukan dalam pemilu ke depan. Penggunaan debat ini juga bisa menaikkan rating acara kita dan juga menunjukkan visi misi dari pihak dalam bidang politik tersebut." balas Kyuhyun sengit.

  Ini sudah nyaris dua jam meeting berlangsung, namun belum ada titik terang dari permasalahan yang didiskusikan. PD Hwang sudah tidak bisa lagi mengatur jalannya rapat dengan lancar, begitupula penulis dan staf lainnya. Mereka bingung bagaimana harus menyelesaikan konflik dari dua pembawa berita senior yang kini bersitegang. Jika keduanya tidak memiliki hubungan spesial, mungkin akan lebih mudah memisahkan dan membuat keduanya tenang. Namun, kesalahan sedikit saja dapat berakibat fatal baik pada pekerjaan maupun hubungan pasangan yang sudah bertunangan dan akan menikah bulan depan.

  Yuri meninggalkan ruang rapat itu tanpa kata-kata lagi. Kyuhyun lalu menatap PD Hwang tajam. "Undang dua pihak politik tersebut. Aku adalah calon CEO kalian. Lakukan apa yang aku perintahkan. Masalah Yuri biar aku yang urus." ucap pria itu final sebelum meninggalkan ruangan dan melangkahkan kedua kakinya menuju ruangan Yuri di ujung lantai. Tak mempedulikan asisten Yuri, ia masuk dan mengunci ruangan itu, berbicara dengan Yuri.

  "Kwon anchornim, keputusanmu hari ini sangat mengecewakan." ucap Kyuhyun yang emosi. Yuri, yang juga dalam kondisi emosi yang memuncak, membalas pria itu dengan sengit. "Oh, benarkah begitu, Cho anchornim? Kau mengatakan bahwa keputusanku untuk tidak melibatkan politik dan debat berujung keributan di studio salah?" tanya Yuri.

  "Kau tidak bisa mencegah politik ke dalam berita. Itu tugas kita sebagai seorang news anchor." ucap Kyuhyun sedikit meninggi. "Aku bisa, Cho anchornim. Aku bisa mencegahnya dan tidak membiarkan orang lain memasukkannya ke dalam acara berita yang kupandu karena tugasku bukan melerai perdebatan dan pertikaian orang!" balas Yuri, kini ikut menaikkan nada tingginya.

  Keduanya berdiri, bertatapan tajam antara satu dengan yang lain.

  "Kwon Yuri!"

  Suara menggelegar Kyuhyun berhasil membuat Yuri tersentak kaget. Beberapa pasang mata mulai mengamati mereka, apalagi dengan tirai di ruangan kaca Yuri yang belum ia tutup sama sekali.

  "Jangan karena aku tunanganmu, kau bisa seenaknya. Aku mempunyai keputusanku sendiri. Aku tidak pernah meminta bantuanmu untuk mengatasi traumaku di masa lampau. Aku tidak pernah berharap kau mencintaiku, Cho Kyuhyun! Jangan mengatasnamakan itu untuk segalanya!"

  Jeritan Yuri membuat Kyuhyun kini terdiam. Emosinya memuncak mendengar kata-kata yang tidak seharusnya Yuri ucapkan kepada tunangannya sendiri. Kyuhyun mengepalkan tangannya. Ini pertama kalinya Kyuhyun benar-benar marah dengan Yuri karena ucapannya yang menyakitkan hatinya.

Everyday LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang