"Kyuhyun, apakah Yuri belum terbangun?"
Mrs. Cho bertanya kepada sang putra. Pria itu menggelengkan kepala, tanda bahwa Yuri memang benar belum terbangun dari tidurnya sejak semalam. Mrs. Cho menganggukkan kepalanya, membiarkan calon menantunya itu untuk tertidur lebih lama. Memang benar ia membutuhkan istirahat yang lebih.
"Bangunkan dia lalu antarkan sarapan ke kamarnya. Bibi Yoon sudah menyiapkan makanan-makanan itu. Bawa sekalian breakfast table di dapur agar tidak sulit membawa semuanya." kata Mrs. Cho lembut. Kyuhyun segera menghabiskan makannya sebelum melangkahkan kaki menuju dapur, di mana seorang pelayan menyerahkan breakfast table itu kepada Kyuhyun.
Pria itu perlahan membawa meja berisi makanan dan minuman itu sebelum membuka pintu kamar sang puan dan mendapati sosok itu baru saja terbangun dari tidurnya. Selasa pagi, namun semuanya terasa seperti weekend yang ditunggu-tunggu semua orang.
"Kau sudah bangun?" tanya Kyuhyun sambil meletakkan breakfast table itu di atas kasur Yuri dan duduk di tepi kasur, merapikan rambut-rambut yang menutupi wajahnya. "Kau terlihat cantik saat kau terbangun dari tidurmu. Melihatmu seperti ini setiap hari sudah cukup membuat hari-hariku bersemangat." kata Kyuhyun jujur.
Senyum mengembang di wajah Yuri. Kali pertamanya Kyuhyun melihat Yuri dengan senyum mengembang yang begitu tulus di matanya. Kyuhyun mengembalikan senyuman itu kepada sosok yang memulainya pertama kali, rasanya tak ingin melihat senyuman itu menghilang dari wajah Yuri yang manis nan cantik itu.
"Ada sarapan untukmu. Sebaiknya kau makan terlebih dahulu."
Pria itu lalu mulai menyuapi Yuri bubur dengan sabar. Tubuh Yuri memang masih lemah, untuk bergerak pun ia masih belum bisa bebas. Kakinya belum kuat untuk menopang tubuhnya terlalu lama. Mungkin karena belum terbiasa karena sejak kemarin ia belum benar-benar menapakkan kedua kakinya di lantai. "Kau tidak berangkat bekerja, Kyuhyun-ssi?" tanya Yuri. "Sebaiknya kau segera berangkat. Aku bisa menghabiskannya sendiri."
Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Aku mengambil cutiku. Calon istriku sedang sakit." kata Kyuhyun sambil membantu Yuri meneguk segelas es jeruk yang segar. "Terima kasih." ucap Yuri setelah meminum es jeruk tadi. "Aku bisa melakukannya sendiri, Kyuhyun-ssi. Dokter berkata tenagaku akan pulih hari ini. Aku sudah bisa bekerja besok." sambungnya.
Pria itu langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau diam di kediaman atau pergilan menikmati waktu selama seminggu. Dokter menyarankan itu. Jangan membuat dirimu lelah dengan pekerjaan, Yuri-ssi." tolak Kyuhyun. Ia mengangkat breakfast table itu ke sudut kamar Yuri. "Tapi, Kyuhyun-ssi, aku sudah terikat dengan kontrak. Pekerjaan itu juga sangat aku su—"
"Kwon Yuri!"
Nada tinggi Kyuhyun membuat Yuri tersentak lalu terdiam. Ia terkejut karena ini kali pertamanya seseorang berseru kepadanya seperti ini. "A—aku tahu kau mencintai pekerjaanmu. Tapi, dokter mengatakan bahwa kau kelelahan. Jangan melawan perintah dokter, kumohon. Kau tahu aku sangat protektif terhadap wanita karena aku takut." ucap Kyuhyun frustasi.
"Aku takut kejadian dahulu terulang. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa membayangkanmu meninggalkanku."
Nada selanjutnya begitu rendah. Pria itu menggenggam tangan kiri Yuri. "Tolong, lakukan ini untukmu dan untukku." bisik Kyuhyun meminta dengan sangat sebelum berdiri dan meninggalkan ruangan Yuri dengan breakfast table tadi. Menyusuri koridor dengan kedua sisi berupa pintu sebelum mengarah ke dapur.
Tep!
Lampu seisi rumah mati seketika. "Eomma, apakah mereka mengadakan perbaikan lagi?" tanya Kyuhyun sambil meletakkan benda di tangannya ke meja pelayan di sudut ruangan. Mrs. Cho yang sedang mengaduk jusnua mengangguk. "Apakah Yuri sudah sarapan?" tanyanya yang dijawab dengan anggukan kepala Kyuhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everyday Love
FanfictionApa jadinya jika seorang Cho Kyuhyun, seorang pembawa berita dan calon direktur eksekutif sebuah stasiun televisi yang diberi julukan menantu laki-laki ideal bertemu dengan... Kwon Yuri, pembawa berita dari stasiun sebelah yang baru saja pindah ke...