"Yuri, ingat jangan stress."
Mrs. Cho memberi pesan kepada calon menantunya yang kini sedang mencoba gaun pernikahannya. Dalam kondisi hamil dan stress, berat badannya terus menyusut. Gaun pernikahan ini sudah dikecilkan dua kali. Desainernya sendiri pun bingung bagaimana seorang ibu hamil justru kekurangan berat badan, bukan mengalami kenaikan berat badan.
Yuri memandang pantulan dirinya di depan kaca.
Gaun itu begitu simple. Bermotif bunga dan tak memiliki model yang begitu aneh atau mewah. Polos, membentuk lekuk tubuhnya, dan berekor sedikit panjang. Ia sudah merasa cocok dengan gaun ini. Setelah mencobanya lagi, Yuri melepaskannya, beralih dengan pakaian biasanya; blazer, tank top putih, dan rok span sebelum melihat pakaian yang akan dikenakan Kyuhyun pada hari pernikahan mereka.
"Kau suka dengan hasilnya?" tanya Mrs. Cho sambil memeriksa bahan yang digunakan untuk pakaian itu. Yuri mengamati secara detil lalu menganggukkan kepalanya. "Sepertinya ini sudah cukup, eommeonim. Kyuhyun juga sudah mencobanya." jawab Yuri pelan.
Seusai fitting baju tadi, Mrs. Cho membawa Yuri kembali ke kantornya, SBS. Begitu ia turun dari mobil, semua membungkukkan tubuh mereka sopan ke arah Yuri dan Mrs. Cho. "Jaga dirimu baik-baik, Yuri sayang. Ingat. Kesehatanmu jauh lebih penting daripada apapun." pesan Mrs. Cho sebelum menutup kaca mobil, meninggalkan Yuri di pintu lobby yang mewah itu. Ia membungkuk kecil sebelum membalikkan tubuhnya, mendapati Kyuhyun berada di belakangnya sejak tadi.
"Selamat datang kembali ke tempat kerja, Kwon anchornim." ucap Kyuhyun sambil tersenyum, menyelipkan beberapa helai rambut Yuri ke belakang telinganya. Ia lalu melangkah bersama dengan Yuri bersebelahan mesra menuju ruangan mereka di lantai sembilan belas. Begitu pintu lift terbuka, ucapan dan seruan selamat atas kehamilan Yuri menyambutnya. Wanita itu tersenyum lalu membungkuk berterima kasih.
"Selamat atas kehamilanmu, Kwon anchornim!"
Seluruh staf menyodorkan Yuri sebuah kue dengan lilin yang menyala. Wanita itu melangkah ke depan lalu meniup lilin tersebut. "Terima kasih banyak atas semua ini." ucap Yuri pelan sambil membungkuk kecil. Ia lalu memegang kue yang tadi diberikan dan bercengkrama sebentar, hal yang paling ia jauhi dan takuti sejak dulu, sebelum kembali ke ruangannya.
"Aku belum sempat membaca pidatomu untuk pelantikan sebagai CEO nanti. Kau bawa tidak?" tanya Yuri pelan sambil meletakkan kue tadi di atas meja kerjanya. Kyuhyun menggelengkan kepalanya. "Aku tidak membawanya. Ada di ruang kerjaku di rumah." jawab Kyuhyun sambil perlahan meletakkan kedua telapak tangannya di pundak Yuri.
Mata Kyuhyun menatap wajah cantik Yuri yang terlihat begitu letih. "Apakah kau lelah?" tanya Kyuhyun khawatir. Ia lalu mengusap pipi Yuri lembut. "Tidak. Aku hanya butuh banyak istirahat saja." jawab Yuri pelan. Kyuhyun terdiam sejenak. "Kalau begitu kau seharusnya kembali ke rumah. Jangan buat dirimu sendiri letih dengan segala hal ini." kata Kyuhyun, memberi masukkan.
Yuri meraih tangan kanan Kyuhyun lalu mengajaknya duduk di sofa yang ada di ruangan kerjanya itu. "Aku berencana untuk berhenti bekerja selama satu hingga dua tahun. Sampai anak ini lahir, jika kau tidak keberatan." ucap wanita itu. Mendengar apa yang diminta oleh sang istri, Kyuhyun sontak saja menoleh tidak percaya.
'Apa katanya? Dia sangat suka dengan pekerjaannya dan memutuskan untuk mundur demi calon buah hatinya?' batin Kyuhyun.
Pria itu terdiam. Ia kini menatap kedua bola mata Yuri, mencoba mencari penjelasan lebih mengenai apa yang sebenarnya terjadi kepada sang calon istri. Kyuhyun dapat menangkap rasa takut yang jelas tersirat di sana. Ia tidak berani bertanya mengapa sang tunangan takut, namun ia hanya bisa menduga-duga dalam hati.
"Kau sudah memikirkannya matang-matang, Yuri? Ini terdengar tidak seperti dirimu. Kau sangat menyukai pekerjaanmu hingga menolak untuk izin absen jikalau ada sesuatu, bahkan jika kau sakit sekalipun." ucap Kyuhyun cepat sambil menggenggam kedua tangan Yuri.
Yuri menganggukkan kepalanya beberapa kali, kurang dari lima kali, lalu menyunggingkan sebuah senyuman tipis di wajahnya. "Aku sudah memikirkannya. Tidak apa-apa. Anggap saja sebagai istirahat lamaku. Jika memang suatu hari aku menerima tawaran menarik untuk kembali, maka aku akan melakukannya." jawab Yuri.
Kyuhyun tidak berharap banyak. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menyetujui apapun yang Yuri inginkan. Ia tidak bisa menolak apa yang Yuri inginkan, karena ia tahu ia yang menyeret Yuri ke dunia seperti ini; dunia pernikahan dan komitmen yang sejak dahulu dihindarinya.
###
Semburat senja di langit terlihat begitu menenangkan.
Kwon Yuri, di dalam kamar mandinya, terus memuntahkan makanannya tanpa henti. Hal itu pertama kali diketahui oleh calon ibu mertuanya, Mrs. Cho, yang memanggil Yuri berkali-kali di depan pintu kamar namun tak dijawab sama sekali —sehingga mau tidak mau ia masuk begitu saja—.
Morning sickness yang diderita Yuri cukup parah, hingga mau tidak mau ia benar-benar harus memajukan pengunduran dirinya dari stasiun televisi dan membayar penalti sesuai kontrak. Kyuhyun dan sang calon ayah mertua masih sibuk di kantor mengurus berbagai macam hal seperti pemindahan kekuasaan dll., mengingat peresmian dirinya sebagai CEO akan dijadwalkan dalam waktu kurang dari seminggu.
"Eommeonim, rasanya berat sekali. Aku tidak bisa melakukan ini selama sembilan bulan ke depan." kata Yuri pelan.
Mrs. Cho tak bisa mendengar kalimat seperti itu. Pertama, ia menginginkan seorang cucu. Kedua, ia sangat menyayangi menantunya dan tidak tega melihatnya tersiksa seperti ini. Yuri sudah berjuang banyak dan ia tidak ingin menekan Yuri secara berlebihan. "Yuri-ah, eommeonim yakin kau pasti kuat." bisik wanita itu sambil mengusap kepala Yuri lembut, penuh rasa keibuan.
"Eomma, waeyo?" tanya Kyuhyun yang baru tiba dari kantor dengan sang ayah. Ia langsung meletakkan tasnya di atas meja kerja di sudut ruangan sebelum berlari duduk di tepi kasur Yuri yang berlawanan dengan sang ibu. "Yuri, dia mengalami morning sickness yang parah. Mungkin sebaiknya ia segera mengundurkan diri, Kyu. Ia butuh banyak istirahat di trimester pertama ini." kata Mrs. Cho.
Kyuhyun memegang erat tangan kanan Yuri yang begitu dingin itu. Ia lalu menggenggamnya dan menatap kedua manik Yuri yang benar-benar menunjukkan rasa takut yang besar, namun tersembunyi.
"Jangan paksakan dirimu, Yuri-ah. Kau harus banyak istirahat. Aku akan urus pengunduran dirimu. Kau istirahat dan menjauhlah dari pekerjaan sebisa mungkin." kata Kyuhyun yang dari nada suaranya terdengar sangat cemas.
Anggukkan kecil membuat Kyuhyun dan Mrs. Cho merasa sedikit lega. Setidaknya, Yuri akan memiliki banyak waktu untuk istirahat lebih banyak, itu yang dipikirkan oleh kedua orang tersebut. Jika kebanyakan ibu hamil mengonsumsi makanan yang berlebih, maka berbeda dengan Yuri yang tidak berminat makan sama sekali.
"Yuri, sudah berapa banyak kau turun berat badan?" tanya Mrs. Cho khawatir. Yuri menoleh lalu berpikir sejenak. "Sepertinya empat kilogram, eommeonim. Tubuhku terasa sangat letih hingga untuk berdiri saja terkadang aku tidak sanggup." ujar Yuri.
Kyuhyun semakin merasa bahwa sang istri benar-benar sedang dalam kondisi yang buruk. Dengan kenaikan jabatan dirinya, pernikahan dalam waktu sebulan kurang, hingga berbagai trauma yang menghantui tidurnya, Kyuhyun tahu Yuri merasa sangat tertekan dan sangat pusing dengan berbagai hal yang harus ia tangani.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everyday Love
FanfictionApa jadinya jika seorang Cho Kyuhyun, seorang pembawa berita dan calon direktur eksekutif sebuah stasiun televisi yang diberi julukan menantu laki-laki ideal bertemu dengan... Kwon Yuri, pembawa berita dari stasiun sebelah yang baru saja pindah ke...