"Kyu, haruskah kau pergi?"
Pertanyaan Yuri membuat Mrs. Cho, Mr. Cho, dan Kyuhyun menoleh ke wanita itu. Yuri sejak semalam terus mengatakan bahwa Kyuhyun sebaiknya tidak pergi mengawasi salah satu syuting drama yang berlangsung di daerah Incheon. Namun, Kyuhyun mengucapkan berkali-kali bahwa dirinya baik-baik saja dan Yuri tidak perlu mencemaskan dirinya.
"Aku harus pergi, Yuri. Saat ini posisiku sudah sebagai seorang CEO. Hanya belum ada acara besar saja. Aku harus turun tangan langsung menghadapinya." kata Kyuhyun. Pria itu menangkap rasa khawatir dan cemas yang berlebihan dari seorang Kwon Yuri. Entah mengapa, kali ini Kyuhyun merasa bukan karena hormon ibu hamil yang dapat meningkat dan menurun kapanpun. Kyuhyun merasa Yuri benar-benar cemas karena hal lainnya.
Pria itu lalu mencium bibir Yuri lembut. "Aku akan pergi sekarang. Kau jaga diri baik-baik di rumah dengan eomma. Buatlah makan malam yang enak untukku malam nanti." ucap Kyuhyun sebelum masuk ke dalam mobil dan begitu saja.
Begitu mobil meninggalkan areal rumah, Yuri memegangi dadanya yang terasa sesak. Mrs. Cho menghampiri Yuri. "Yuri-ah, duduklah atau kembalilah ke kamar. Kyuhyun akan baik-baik saja." katanya, menenangkan menantunya yang kini hamil enam minggu. Yuri mengangguk lalu membungkuk kecil sebelum kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Kyuhyun, kini dalam perjalanan menuju lokasi syuting bersama sekretarisnya. Daerah Incheon memang agak jauh dari kota Seoul, sehingga sang supir harus menambah kecepatan mobil agar sampai di tujuan dengan waktu yang bisa dihemat.
Namun, ketika sebuah truk mendadak menabrak pembatas jalan, maka sang supir mengerem mendadak. Mobil yang ditumpangi Kyuhyun pada akhirnya menabrak sisi belakang truk.
Ini adalah firasat Yuri.
###
Mrs. Cho yang mendapat berita itu nyaris tak sadarkan diri. Ia sedang berada di dapur, memasak, ketika mendengar kabar tersebut dari kepala pelayan. "Aduh, tidak. Bagaimana bisa Kyuhyunku terlibat kecelakaan?" tanya wanita tua itu.
Ia lalu menoleh ke arah pintu kamar Yuri yang masih tertutup. "Bagaimana dengan Yuri? Apakah dia sudah tahu mengenai kabar sang suami?" tanya Mrs. Cho. Kepala pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Dia belum tahu, Mrs. Cho." jawab kepala pelayan itu sopan. Mrs. Cho segera meminta sang kepala pelayan unguk mengurus masakannya lalu berlari kecil ke kamar Yuri.
Ia mengetuk pintu itu pelan sebelum mendorongnya masuk dan melihat Yuri yang sedang tertidur pulas. Di sebelahnya, ada berbagai obat yang disarankan dokter untuk mengurangi rasa mualnya. Yuri-ah, kuatkan dirimu. Eommeonim tidak siap., batin Mrs. Cho ragu. Ia memejamkan matanya sejenak sebelum menepuk pundak Yuri pelan, membangunkannya.
Seketika, Yuri terbangun dari tidurnya. Ia duduk dan menoleh ke arah sang calon ibu mertua. "Ne, eommeonim? Waeyo?" tanyanya pelan. Mata Mrs. Cho berkaca-kaca. "Kyuhyun kecelakaan. Kita harus ke rumah sakit sekarang." ucapnya bergetar.
Napas tercekat.
Yuri langsung mengeluarkan diri dari selimut dan langsung menyambar ponselnya di atas nakas. "Eommeonim, ayo! Aku harus melihat Kyuhyun. Aku harus memastikan ia baik-baik saja." seru Yuri yang tidak dapat mengontrol emosinya lagi.
Keduanya segera pergi ke rumah sakit yang dituju secepat mungkin. Begitu Yuri berlari, Mrs. Cho menarik tangannya, berusaha memperlambat gerakan kaki Yuri, namun usahanya gagal. Wanita itu berlari ke depan pintu ruang operasi, di mana Mr. Cho, yang juga luka-luka karena terlibat di kecelakaan yang sama namun berbeda mobil, menunggu kabar sang putra.
"Kyuhyun!" seru Yuri cepat, berusaha membuka pintu ruang operasi sebelum bersandar pada salah satu tembok menangis. Calon ayah mertuanya langsung memeluk Yuri erat, menenangkan calon menantunya yang sedang mengandung itu. Mrs. Cho duduk di salah satu kursi, mengusap tangannya, berusaha mengurangi kepanikan dan kecemasannya terhadap keadaan Kyuhyun di dalam sana —yang menurut kata sang suami terlihat cukup parah—.
Suara sesuatu menghantam lantai terdengar keras.
Mrs. Cho langsung berlari ke Yuri yang menangis di lantai dan menundukkan kepalanya. "Yuri-ah, duduklah di atas, sayang. Jangan seperti ini.." ucap wanita itu pelan. Ia terdiam sejenak lalu menyadari ada cairan merah di kaki Yuri. Wanita itu segera memegang perut Yuri, lalu menatap wajah sang calon menantu serius. "Wae? Yuri? Kita ke UGD sekarang!" seru Mrs. Cho panik.
Mr. Cho menoleh, lalu membantu Yuri berdiri. Ia sudah menerawang sekelilingnya, matanya sudah buyar dan pendengarannya sudah tak lagi jelas. Yuri hanya bisa pasrah.
"Yuri-ah!" panggil Mrs. Cho.
Beberapa belas menit kemudian, satu-satunya. Berita buruk kedua menimpa kedua orang tua itu di hari yang sama; Yuri kehilangan janinnya. Di usia kandungan yang akan memasuki enam minggu. Beberapa hari menjelang pernikahan megah itu.
###
Situasi terpecah.
Yuri dan Kyuhyun memang berada di satu ruangan yang sama. Namun, Mrs. Cho mengawasi Yuri sedangkan Mr. Cho mengawasi Kyuhyun. Kondisi Yuri yang memburuk pasca kegugurannya membuatnya beristirahat banyak, sedangkan Kyuhyun seharusnya sudah terbangun.
"Yuri.."
Suara Kyuhyun membuat kedua orang tua itu menoleh dan menghampirinya. Kyuhyun membuka matanya. Ia mengalami patah tulang rusuk yang membuatnya kesulitan duduk. "Di mana, Yuri? Jangan berit—"
Kalimat itu terputus ketika Kyuhyun melihat Yuri berbaring di kasur seberang. Ia segera duduk tanpa aba-aba, membuatnya merintih kesakitan karena cederanya. "Jangan aneh-aneh, Kyuhyun. Kau baru selesai dioperasi!" omel sang ayah. Kyuhyun berusaha menggapai Yuri namun tak berhasil. Jarak antara keduanya terlalu jauh.
"Ada apa dengan Yuri? Mengapa dia berada di sana?" tanya Kyuhyun cemas.
Mrs. Cho menghela napasnya. "Ia tidak bisa mengontrol dirinya ketika mendengar kabar bahwa kau sakit, Kyu. Yuri berlari menuju ruang operasi. Saat menunggu, ia merintih kesakitan lalu... keguguran." jawab Mrs. Cho pelan. Mr. Cho hening. Ia hanya bisa menunduk melihat raut sedih di wajah Kyuhyun. Ia tahu Kyuhyun sangat menginginkan anak itu.
"Yuri... tidak mampu mengandung untuk saat ini, Kyu. Dia tersiksa dengan kehamilan itu. Kehamilan itu ternyata justru membahayakan keselamatan dirinya selama ini, namun ia menutupinya darimu. Dokter berkata bahwa kandungan Yuri seharusnya digagalkan sejak diketahui pertama kali." kata Mr. Cho, memberi penjelasan lebih mengenai apa yang seorang dokter katakan kepadanya tadi.
"Lalu, bagaimana Yuri? Dia belum terbangun? Dia belum tahu bayinya tidak ada?" tanya Kyuhyun panik.
Helaan napas menjadi jawaban dari pertanyaan panik Kyuhyun. Pria itu menangis, meminta sang ibu dan ayah meninggalkannya sendiri dengan Yuri, yang kemudian tentu saja dituruti oleh keduanya. Kyuhyun berusaha menggapai tangan Yuri, namun berkali-kali gagal.
"Padahal, aku tidak akan memarahimu jika kandunganmu tidak berkembang, Yuri. Aku akan merelakannya, jika memang mengancam nyawamu." kata Kyuhyun pelan. "Kenapa kau harus berbohong? Mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja? Nyawamu sangat penting.." sambung pria itu.
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everyday Love
FanfictionApa jadinya jika seorang Cho Kyuhyun, seorang pembawa berita dan calon direktur eksekutif sebuah stasiun televisi yang diberi julukan menantu laki-laki ideal bertemu dengan... Kwon Yuri, pembawa berita dari stasiun sebelah yang baru saja pindah ke...