Bab 10 Rep-Repan

11 1 2
                                    

Sementara, Aria dalam kecepatan cahaya merenggut dan memiting sejenis makhluk dari dimensi terjepit yang menindih tubuh Kanaya. Ia menyelamatkan gadis itu tepat sebelum wajahnya membiru akibat aliran oksigen yang terhambat.

Makhluk itu terpelanting ke sudut ruang. Sebelum benar-benar melarikan diri, Aria yang mengubah ukuran tubuhnya menjadi setara dengan makhluk serupa genderuwo itu, menariknya dengan segenap kekuatan. Tak dinyana kekuatan besar yang dikeluarkan Aria justru membuatnya kehilangan keseimbangan. Kesempatan itu digunakan untuk menyerang balik dan mengunci kedua tangan Aria di punggung.

Aria merasakan embusan berat napas di telinganya berpadu dengan hawa panas dari tubuh mengerikan itu. Makhluk itu terkekeh sambil memamerkan taringnya yang berkilat-kilat.

Dari mulutnya keluar serangkaian bunyi yang membentuk kalimat. Aria mengenalinya sebagai bahasa Sunda klasik. Bahasa yang sudah punah berabad lalu.

Bertarung dalam mode kamuflase, membuat kekuatan maha dahsyat yang dipunyai keduanya menimbulkan frekuensi yang menarik perhatian makhluk-makhluk lain di sekitarnya. Mereka menghentikan aktivitasnya dan  berkerumun demi mendapatkan tontonan yang menghibur.

Aria merasa hal ini akan menarik perhatian pasukan Adhyaksa di manapun keberadaan mereka. Jika hal ini sampai terjadi, penyamarannya akan gagal. Kanaya akan berada dalam bahaya. Dengan hanya memikirkan keselamatan gadis yang disayanginya, semangatnya bangkit lagi. Ia memohon pertolongan pada yang Maha Kuasa.

Seakan mendapat suntikan kekuatan, kalung pendant balung miliknya memancarkan pendaran sinar biru. Cahaya yang amat dibenci makhluk gaib karena menyerap energi sampai ke akarnya, menyebabkan kelumpuhan, hingga yang terparah menghilangnya seluruh ingatan. Hanya jin dari golongan kerajaan yang diberikan karomah ini dari kabuyutan. Sebagai proteksi turun temurun untuk menyelamatkan garis keturunan.

Hal ini berhasil membubarkan kerumunan. Mereka lari tunggang langgang menyelamatkan diri masing-masing, termasuk juga makhluk yang menindih Kanaya.

Sebelum menghilang, Aria dengan sekali hentakan memiting kepalanya. Makhluk yang kekuatannya melemah terserap cahaya biru itu tampak gusar. Matanya nyalang mencari celah untuk melarikan diri. Tatapannya licik dengan sorot yang tak dapat dimengerti.

"Siapa yang menyuruh kamu!" ujar Aria geram sambil memperkuat pitingannya.

"Grrrrh, sabodo!" Suara menggeram keluat dari mulut yang bertaring.

Aria semakin murka mendengar jawaban dari makhluk gaib menjijikkan yang dimanfaatkan manusia demi memuluskan rencana jahatnya.

Dalam sekejab, jadi-jadian itu diseret dan dilempar ke dalam kawah Gunung Tangkuban Perahu.

Usai memastikan bahwa makhluk itu sudah tak berdaya, Aria menatap bentang alam deretan Gunung Tangkuban Perahu yang terhampar di hadapannya. Suasana di sekeliling riuh laksana pasar. Ribuan makhluk gaib beraktivitas secepat cahaya.

***

Sudah seminggu ia menghindari Kanaya untuk alasan keamanan. Sejak tepergok oleh Ninin, perasaannya mulai khawatir.

Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya.

Kenapa Kanaya yang menjadi incaran makhluk gaib itu?

Apakah pasukan langit dimensi empat mulai mengendus keberadaanku?

Namun, bagaimana mungkin? Selama ini ia berbaur dengan manusia.

Atau ada seseorang dari golongan manusia yang mengetahui akan keberadaannya?

Hanya Kanaya yang tahu dan ... Bu Endah, tapi mungkinkah orang tua buta itu? Atau ia berbicara kepada orang lain?

DECISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang