Bab 22 Forget Me Not

6 0 1
                                    

Di Plaza Espana Cadiz ada restoran halal yang terkenal, El Jardin del Califa. Berarsitektur khas Mediterania dengan warna cokelat tanah mendominasi. Interiornya perpaduan gaya Maroko, Spanyol, dan Prancis. Di salah satu sudut indoornya terdapat kolam air mancur kecil dengan kolam batu alam disekelilingnya.

Seorang pria berwajah tampan perpaduan Asia, memilih kursi di sudut dengan pemandangan menghadap ke kolam. Sambil menunggu pesanan Chicken Tajine sebagai main course, ia mengudap appetizer berupa Marzipan atau kue manis yang terbuat dari gandum ditemani Mosto, minuman non-alkohol populer di Spanyol. Minuman ini terbuat dari anggur yang diperas, tapi tidak difermentasi seperti wine. Hasilnya adalah jus anggur murni. Mosto tersedia dalam dua varian, merah dan putih. Mosto disajikan dingin dengan atau tanpa es.

Sesekali ia melihat jam tangan sport yang melingkar di pergelangan tangan. Sudah hampir lewat jam makan siang. Tampaknya ia menunggu seseorang.

Seorang wanita dengan pembawaan elegan memasuki ruangan sambil mengedarkan pandangan. Senyum terkulum dari bibirnya yang penuh dan merekah setelah menemukan siapa yang ia cari. Kaki jenjangnya menelusuri lantai tegel bermozaik warna-warni menuju teras outdoor dekat air mancur kecil.

Pria itu melambaikan tangannya melihat orang yang ditunggunya akhirnya datang.

"Hai, Ayana. Iam glad you can make it. Senang akhirnya kamu datang."

"Arkan, udah lama ya nunggu. Maaf, ada urusan dikit tadi. Aku gak bisa ninggalin gitu aza."

"Ooh, gpp kok. Kebetulan aku juga lagi gak sibuk. Mau pesan apa? Langsung order, ya. Kamu pasti lapar."

"Samain aja deh sama kamu."

"Oh, gitu. Ok, tadi aku pesan chicken tajine. Samain aja gpp?"

"Iya. Aku suka kok Chicken Tajine."

Setelah memesan menu tambahan, Arkan kembali fokus pada Ayana.

"So, Ayana. Tell me what brings you here in Andalusia?"

Ayana memandang pria di depannya. Bagaimana bisa ia tak dapat  mengingatku?

"Harus mulai dari mana ya. Ceritanya panjang dan aku gak tahu penting apa gak untukmu."

"Ok, gini deh aku ganti pertanyaannya. Apakah sudah ketemu dengan laki-laki yang kamu tunggu di Alhambra?" Arkan tak dapat menahan dirinya untuk tidak menanyakan hal yang membuatnya penasaran.

Ayana menarik napas panjang dan mengembusnya perlahan. "Gak akan ketemu," jawabnya pelan.

"Lho, kenapa gak?"

Ayana gak sanggup memandang wajah Arkan, terlalu mirip dengan pria yang pernah bersamanya bertahun lalu.
Jujur Arkan, aku mau menemuimu karena kamu mengingatkanku pada seseorang.

"Karena—," jawabannya menggantung ketika pesanan main course datang.
Chicken Tajine adalah ayam berbumbu rempah-rempah dalam mangkok tembikar yang bertutup kemudian dipanggang hingga empuk dan bumbu meresap. Disajikan bersama roti khubs yang keras di permukaan, tetapi renyah di dalam.

"Go ahead. Lanjutkan ceritamu yang terputus tadi," tuntut Arkan.

"Sebelumnya boleh aku tanya sesuatu? But, it's a bit personally actually."

"It's ok, Darl. Coba kamu mau nanya apa?"

"What do you do for a living. I mean do you live here or just stopping by?"

Arkan terdiam sejenak mendengar pertanyaan Ayana. Makannya terhenti

"Ma-maaf, pertanyaanku terlalu personal ya?"

DECISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang