Bab 17 Penghianat

3 0 0
                                    

Untuk semua hal yang terjadi dalam mengarungi kehidupan, kehilangan Kanaya adalah puncak penyesalan bagi Ninin. Ia tak sanggup menjaga amanah almarhum suaminya untuk menjaga cucu satu-satunya kesayangan Subagja. Dimana semua harapan untuk melanjutkan silsilah keluarga tercurah di pundaknya.

Desas-desus berita kehilangan Kanaya bahkan tersebar sampai ke desa tetangga. Tak sedikit dari mereka yang mendatangi rumah vila untuk mencari tahu. Ninin yang masih merasa terpukul menolak menemui siapa pun yang datang ke rumah, kecuali Ken karena pernah menjadi dewa penolong ketika Aya kecelakaan.

Ninin merasakan penyesalan yang tak terkira. Alih-alih perjodohan, dalam hati yang terdalam ia mengakui menjual Kanaya pada Pak Adang demi harta yang dijanjikan akan berlipat. Perempuan itu tak mengira perjanjiannya melibatkan makhluk halus yang meminta tumbal. Kanaya dijadikan mediator pesugihan. Pak Adang menyembunyikan fakta itu darinya. Ken lah yang memberitahu Ninin fakta tersebut. Ia mengetahui dari hasil mencuri dengar percakapan ayah dengan bodyguard-nya. Sekarang Ninin harus bersembunyi dari kejaran anak buah juragan sapi itu yang menuntut uangnya dikembalikan.

Ninin hanya bersedia ditemani oleh Bu Endah, perempuan buta yang selalu setia mengikuti keinginan Ninin. Darah rendahnya kembali kumat sehingga ia lebih banyak berbaring di atas tempat tidur. Sesekali ia naik ke lantai atas memeriksa kamar cucunya, berharap ada keajaiban.

Rumah vila begitu sepi tanpa kehadiran Kanaya. Melihat kamar cucunya, air mata merebak. Aroma parfum Kanaya bahkan masih tertinggal, hal tersebut semakin membuat Ninin down.

Sungguh, aku bukan pengganti orang tua yang baik bagi Aya, ratapnya penuh penyesalan. Dilipatnya satu-persatu pakaian yang berserakan di atas tempat tidur single milik Kanaya sambil menahan duka. Jemari rentanya menelusuri setiap inci pakaian-pakaian itu seolah hal tersebut dapat membawa cucunya kembali. Air mata menetes satu-satu, membasahi wajah rentanya.

Aya, maafkan Ninin. Kamu di mana Nak?

Aparat desa yang penasaran juga mendatangi rumah vila. Namun, Ninin tidak mau menemui dengan alasan sakit. Bu Endah yang menemui hanya diamanahi untuk menjawab seperlunya tanpa memberitahu kejadian yang sebenarnya. Ninin takut urusannya sampai ke polisi.

***

Sepintar-pintarnya menutupi api, asapnya akan terlihat juga. Beberapa warga berinisiatif melaporkan hal ini kepada Abah Elan, tetua desa. Warga berharap Si Abah dapat membantu keberadaan Kanaya. Beberapa dari mereka meyakini, gadis itu dibawa makhluk gaib ke alam lain.

Menurut kepercayaan warga sekitar, hilangnya seseorang karena dipindah ke dunia lain dapat ditemukan dengan memukul tabuhan sekeliling kampung. Selain itu juga dengan memberi sesajen yang disukai makhluk tersebut. Kedua cara tersebut dilakukan dengan harapan makhluk halus yang menahan korban bersedia mengembalikannya.

Bahkan tawaran bantuan pencarian juga datang dari daerah-daerah lain. Mereka yang katanya mempunyai kekuatan supranatural mengaku dapat melihat Kanaya disekap. Sebaliknya, aparat kepolisian justru belum melakukan tindakan apa-apa karena belum ada laporan dari pihak keluarga. Mereka sifatnya hanya pengamanan lingkungan saja agar tak terjadi keributan.

Kedatangan warga desa ke rumah Abah Elan disambut dengan hangat. Abah Elan mendengar dengan saksama penuturan dari warga tentang hilangnya Kanaya cucu Subagja secara misterius tepat di hari pernikahannya.

Namun, herannya ia tak begitu terkejut dengan kejadian tersebut. Sikapnya biasa saja. Meskipun, ia menyesali kecerobohan Ninin yang tidak memedulikan keselamatan cucunya dengan menjodohkan dengan Adang bekas muridnya yang membelot dulu. Seandainya Ninin tidak merahasiakan hal ini pada Abah, tentunya tetua desa itu dapat mencegah transaksi terjadi antara Adang dengan Ninin.

DECISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang