Matamu adalah ketakutanku,
Sorotnya yang tajam bak mata pisau belati membuatku takut tersayat, lalu menimbulkan luka dalam yang tak kunjung sembuh.Cinta Aureliesnya
Merasa asing. Itulah yang Cinta rasakan saat pertama kali memasuki kampus dengan fasilitas luarbiasa mewah ini. Salah satu kampus terbaik di Jakarta, yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya.
Dengan langkah santainya gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu melihat sekeliling, tak henti hentinya mengagumi bangunan yang ia lewati itu.
Bagaimana tidak,kampus dengan bangunan menjulang tinggi dan sangat luas itu memiliki fasilitas yang jarang dimiliki kampus lain. Salah satunya yang sekarang sedang Cinta pijak kali ini, yaitu eskalator atau lebih mudahnya disebut tangga berjalan.
Ya, kampus itu menyediakan eskalator bagi seluruh warga kampus agar tidak perlu repot menaiki tangga biasa. Pastinya lebih cepat dan tidak melelahkan. Selain itu ada juga lift yang berada di setiap sudut ruangan, tetapi hanya orang orang tertentu yang menggunakanya, karena mahasiswanya lebih memilih menggunakan eskalator.
Cinta sampai geleng geleng kepala melihatnya, bukan apa apa, ia hanya penasaran berapa biaya yang harus dikeluarkan setiap mahasiswa per semesternya, jika melihat fasilitas yang disediakan?
Sepertinya biaya yang tidak sedikit dan hanya orang orang kalangan atas yang bisa kuliah disini.
Asyik berkutat dengan pikiranya, Cinta tidak sadar jika dirinya sudah berada di tempat lain.Kali ini dia berada di lantai 3 kampus itu diantar Barra, tidak tau untuk apa. Sedari tadi ia hanya diam mengamati, tanpa berani bertanya.
Ketika sampai di depan sebuah ruangan dengan pintu berwarna coklat itu, barulah gadis itu berani mengeluarkan suara.
"Ini ruangan apa?"
Barra membuka handdle pintu dan meminta gadis itu masuk.
Setelah berada di dalam, Cinta baru mengerti bahwa ruangan itu adalah ruang ganti atau mungkin bisa juga ruang make up.
Disana terdapat banyak orang dengan kesibukannya masing masing. Ada yang sedang merias diri, menata rambut, berganti kostum, bahkan ada juga yang sedang asyik berselfie.
Cinta mendadak gugup. Kali ini dia berada satu ruangan dengan para mahasiswa, tentu mereka cantik cantik, tinggi semampai, jauh sekali bila dibandingkan dengan dirinya yang masih anak SMA.
Ia takut mereka tidak menerimanya, mengucilkanya, atau bisa jadi langsung mengusirnya? Astaga..itu akan sangat memalukan!
Barra yang melihat gadis disampingnya dengan ekspresi aneh itu mengernyit heran.
"Kenapa lo? Udah sana lo tinggal cari Maya aja, masa iya harus gue yang nganter?"
Cinta merangkul lenggan Barra erat.
"Gue takut, Barr! Temenin gue dong!Plisss!"
Barra melepas rangkulan Cinta kemudian menatapnya.
"Apa yang lo takutin? Mereka juga manusia sama kaya lo!"
"G--guu-e takut nanti mereka gak nerima gue, nanti kalo gue dikucilin gimana? Disini kan cuma gue yang masih SMA, Barr! Terus liat cewek cewek disana, cantik cantik, tinggi udah kaya model.
Lah gue? Gak ada apa apanya. Tinggi juga gak seberapa." ucap Cinta merendahkan diri.Barra tertawa keras.
"Maksud lo, lo minder gitu? Astaga lo bego apa gimana sih hah? Lo punya kaca gak?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BARRACINTA
Teen FictionBarra Adijaya, sosok lelaki tampan yang menutup dirinya soal cinta ataupun hubungan sejenisnya. Suatu kejadian telah membuatnya menutup hatinya bagi gadis manapun. Bukan hanya karena pernah terluka begitu dalam, tapi juga sebuah kata "janji" yang ma...