13

16 1 0
                                    

Saat kamu jatuh cinta pada seseorang,
jangan biarkan rasa cinta itu menghancurkan hubungan persahabatanmu.
Karena saat ini aku sadar, cinta bukanlah segalanya.
Ketika kamu jatuh, orang pertama yang membantumu berdiri bukan cintamu, tapi sahabatmu.





Seketika jiwanya seperti hilang separuh.

...

Tubuhnya seketika terasa ringan, tubuhnya seketika luruh bersamaan dengan hatinya, melihat gadis yang dikhawatirkannya itu terkapar tak berdaya di depan pintu kamar mandi dengan kondisi yang mengenaskan.

Muka pucat  dan mata yang sembab sudah sangat mewakilkan perasaan gadis itu. Beni tahu sahabatnya itu pasti menangis semalaman.

Beni mencoba merangkak untuk mendekati Cinta, hingga sebuah suara mengagetkannya.

"Kak Beni...Kak Cinta kenapa?"

Beni menoleh mendapati anak-anak itu berdiri dibelakangnya dengan ekspresi yang tidak jauh beda dengannya.
"Kak Cinta pingsan, kayaknya Kak Cinta sakit, biar Kak Beni telfon dokter dulu, kalian jagain Kak Cintanya di kasur sana ya?" katanya sambil mengangkat tubuh Cinta dan membaringkan di kasur.

"Cepet telfon dokternya, Kak! Kasihan Kak Cinta." ucap Riko sambil mengelus kepala Cinta.

"Iya kalian tenang dulu ya, ini Kak Beni lagi coba telfon dokter." jawab Beni sambil menekan nomor yang sudah ia hapal di luar kepala.

0o0

"Gimana keadaannya, Dok? Dia baik baik aja kan?" tanya Beni dengan raut wajah khawatir yang tidak dapat ditutupinya.

Seorang laki laki paruh baya berumur setengah abad dengan jas khas dokter itu tersenyum.
"Dia cuma kecapekan dan sepertinya sedang banyak pikiran, nanti saya buatkan resep vitamin, supaya keadaannya pulih lagi. Tidak usah khawatir."

Beni mengangguk paham. "Terima kasih, Dokter Fadlan. Tadi saya khawatir banget terjadi sesuatu sama Cinta, jadi saya segera hubungi dokter."

Dokter itu beralih menepuk pundak Beni. "Saya tahu kamu sangat menyayanginya lebih dari dirimu sendiri, Beni. Kamu sahabat yang luarbiasa. Gadis itu beruntung memiliki kamu dalam hidupnya."

Beni tersenyum kecil. "Dia segalanya buat saya, Dok. Saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri kalau sampai terjadi sesuatu sama dia."

"Kamu tenang saja, Beni. Saya yakin dia akan selalu baik baik saja karena kamu selalu melindunginya."

"Saya harap juga selalu seperti itu, Dok. Sekali lagi terima kasih."

"Sama-sama, Beni. Saya senang bisa membantunya. Dia anak sahabat saya, yang sudah saya anggap seperti anak saya sendiri. Rudi juga sahabat yang baik, walaupun sudah sukses dan punya bisnis dimana-mana, dia tidak melupakan saya sebagai sahabatnya." tutur Dokter Fadlan sedikit flashback.

"Iya, Dok. Saking banyaknya bisnis, beliau tidak pernah sempat untuk pulang kerumah."

"Ya, itu konsekuensi yang harus dijalaninya. Hidup itu pilihan, Beni. Kalau kita sudah menentukan A, ya kita harus siap kehilangan B. Begitupun sebaliknya. Orang yang sudah berumur seperti saya dan Rudi sudah sangat kenyang dengan hal seperti itu. Semuanya sudah tidak bisa seperti dulu saat kami masih SMA seperti kamu, kami sudah harus berjuang untuk hidup keluarga kami. Dan jujur saja, itu tidak mudah. Tapi namanya hidup, sekeras apapun harus dijalani. Suatu saat nanti kamu dan Cinta akan mengerti saat kalian sudah seperti kami. Pesan saya, jadilah orang kuat yang mampu berdiri di atas kaki kamu sendiri. Karena hanya itu yang mampu menolongmu di hidup yang akan datang."

BARRACINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang