8

17 3 3
                                    

Hina aku sepuasmu,
aku tidak masalah.
Belum tentu yang menghina,
lebih baik dari yang dihina.

Cinta Aureliesnya




Gadis itu kesal bukan main. Sedari tadi cowok di sampingnya itu sama sekali tidak menanggapi pertanyaannya. Jangankan menjawab, menoleh saja tidak. Cowok itu hanya diam melamun, seperti sedang ada sesuatu yang dipikirkan.

Gadis itu mendengus kesal. Usahanya sia sia saja. Dari tadi dia sudah berusaha mengajak cowok itu mengobrol, tapi nihil, cowok itu masih saja acuh.

Tidak tinggal diam, akhirnya gadis itu memberanikan diri menyentil dahi cowok itu, membuat sang empunya mengaduh kesakitan.

"Apaan sih lo!" ucap cowok itu mengelus dahinya.

"Lo yang apaan,Barr! Kesel tau gak dari tadi gue ngomong panjang lebar tapi lo gak dengerin!" jawab gadis itu sambil menatap Barra tajam.

Barra menoleh ke samping menatap Cinta yang duduk di sampingnya. "Maaf tadi gue ngelamun, jadi gak dengar lo ngomong."

"Lo kenapa sih? Ada masalah?"

"Gue...gue gak papa."

"Bohong!"

Barra menghela napasnya pelan, kemudian menatap Cinta lekat. "Tadi gue berantem sama maya, dia marah sama gue."

"Kok bisa?"

"Gue gak bisa cerita masalahnya sama lo, maaf." ucap Barra menundukkan kepalanya.

Cinta menggenggam tangan Barra erat. "Yaudah, nanti biar gue coba ngomong sama Kak Maya deh, lo jangan sedih gini dong, biasanya kan lo galak, kenapa tiba tiba jadi lembek gini sih!"

Barra tertawa pelan. "Lo gak perlu bantuin apa apa, biar nanti gue sendiri yang ngomong. Dari tadi juga gue belum ketemu sama Maya, tadi gue gak ke kampus."

"Maksudnya lo bolos?" tanya Cinta kesal.

Barra mengangguk. Memang benar bahwa cowok itu memilih untuk bolos ke kampus, dia takut bertemu dengan Maya. Bukan karena lari dari kesalahan, tapi cowok itu memang butuh berpikir.
"Gue masih butuh waktu buat ngomong sama dia."

"Gue emang gak tau sih masalah kalian apa, tapi kalau boleh gue saranin sih, lo cepetan minta maaf deh, kalian kan saudara, masa berantem sih! Kaya anak kecil!"

Barra tertawa mendengar ucapan Cinta.
"Harusnya lo yang lebih cocok dipanggil anak kecil!" ucap Barra gemas sambil mengusap rambut Cinta.

"Gue udah gede, Barr!"

"Apanya yang gede? Tepos semua gitu!" jawab Barra sambil melirik ke arah Cinta.

Cinta yang mengerti arah ucapan Barra akhirnya melayangkan tinjunya ke lengan cowok itu.
"Ihh dasar mesum!"

Barra tertawa keras melihat ekspresi lucu gadis disampingnya.
"Oh ya, nanti kalau lo ketemu Maya bilang ke gue ya, gue mau ngomong sama dia."

"Oke sip!" jawab Cinta mengacungkan jempolnya sambil tersenyum manis.

0o0

Dibawah rintik hujan Cinta berlari kecil menghampiri Barra yang sedang  asik mengobrol dengan seorang gadis yang Cinta ketahui itu adalah Marta.

"Bar, boleh ngomong sebentar gak? Penting banget!" tanya Cinta masih dengan napas ngos ngosan.

Barra menoleh ke arah Cinta, menaikkan alisnya seakan bertanya "kenapa".

Cinta melirik ke arah marta dan sedikit tersenyum. "Kak Marta, gak papa kan kalau Barra aku pinjem sebentar? Maaf ya kalau aku ganggu."

Marta tersenyum ke arah Cinta. "Santai aja kali, yaudah kalau gitu aku tinggal dulu ya," kemudian beralih menatap Barra, "Barr, gue ke stand duluan ya!"

BARRACINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang