Bab 5 -Dini

148 23 0
                                    

Written by Mbok_Dee

🌸🌸🌸🌸🌸

Assalamu'alaikum," salamku di depan pintu.

"Wa'alaikumusallam." Terdengar jawaban dari dalam rumah, 'sudah datang rupanya'.

"Nah. Ini dia yang ditunggu dari tadi, sini Sayang." Kulihat Tante Ratna dan Om Rinto yang beberapa kali sudah pernah bertemu.

"Om, Tante. Apa kabar? Maaf, tadi ada masalah di proyek." Kucium satu persatu punggung tangan mereka, juga Mama Papa.

Tadi pagi dr. Wiwin telpon meminta bertemu di rumahnya yang sedang di renovasi. Dokter yang sudah berumur lima puluh tahun ini ingin rumahnya barunya menjadi rumah ramah lingkungan, pagi-pagi harus menuju Pakuwon City dan meninggalkan Mama yang siap menerorku setiap jam jika sampai tengah hari aku belum sampai di rumah.

Disinilah aku, memasuki rumah tepat pukul 12.30 untuk menemui lelaki yang diharapkan menjadi calon suamiku kelak.

"Alhamdulillah baik, Dek. Adek apa kabar? Tante kangen, lama banget gak main ke rumah." Beberapa kali aku memang pernah main ke rumah tante ratna, karena diminta Mama untuk mengantarkan sesuatu. Tapi tak pernah sekalipun aku bertemu dengan lelaki yang harusnya kutemui disini. 'Mungkin dia tak datang' batinku.

"Maaf tante, akhir-akhir ini agak sibuk. Tante kan tahu, bos Adek galak." Aku mengerlingkan mata ke arah Papa.

"Kamu bisa aja, Papa sendiri dibilang galak." Mereka tertawa mendengar gurauanku.

"Nah, ini dia. Sini Mas." Deg! Tante Ratna memanggil seseorang yang berada tepat di belakangku.

"Adek, kenalkan itu Mas Andy. Anak Tante yang pertama." Kuikuti arah pandang Tante Ratna, aku mengharapkan bertemu dengan lelaki yang terlihat culun dengan kacamata di pangkal hidung dan rambut lepek.

Masya Allah, lelaki yang rambutnya masih basah sisa air wudhu ini membuat nafasku terhenti. Tinggi badannya yang diatas rata-rata, membuat badanku terlihat pendek. Kulitnya putih bersih, mata yang sedikit sipit menatapku tajam dibalik kacamata berbingkai hitam. Hidungnya tidak mancung tetapi pas, proporsional di wajahnya. 'Astagfirullah' aku menunduk setelah tersadar aku sudah menatapnya terlalu lama.

"Andy Wijanarko."

"Andini Ambhita Dyaningrum," kusebut namaku dan kujabat tangannya, hangat.

"Adek, ajak Andy ngobrol di belakang dulu. Sekalian tunggu makan siang siap," perintah Mama saat aku bersiap ijin meninggalkan mereka.

"Iya, Ma. Mari Mas." Kuajak Mas Andy ke teras belakang, menjauh dari para orang tua.

"Silahkan duduk dulu Mas, saya tinggal sholat dulu ya." Tanpa menunggunya menjawab aku berlalu ke kamarku yang terletak di lantai 2.

Lima belas menit aku meninggalkannya, kulihat dia masih di halaman belakang. Saat ini dia duduk di gazebo yang Papa pasang dibawah pohon mangga, salah satu sudut favoritku dirumah ini.

"Maaf lama, Mas."

"Gak masalah," jawabnya singkat. Aku jadi bingung mau ngomong apa. Dia seperti gak nyaman atau bosan.

"Saya paling suka duduk disini. Biasanya sambil baca novel, bahkan pernah sampai ketiduran." Kucoba untuk mengajak lelaki ini ngobrol.

"O gitu." Yah, singkat benar jawabnya. Jadi bingung sendiri.

"Suka baca, Mas?" tanyaku mencoba berbasa basi meski aku tak pandai.

"Iya." Jawaban singkat lagi. Cukup, aku gak kuat lagi!

Dua Hati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang