Bab 31

119 14 1
                                    

Eng ing eng...

Hahaha...

Yuk cek lapak mbak Mbok_Dee

Sssttt... Lagi rajin dia
Sehari update dua kali.

😍😍😍😘😘😘

Yuk cus meluncur.

Jangan lupa vote yaa...

Terima kasih...😍😘🙏

Bab 31

Lengkap. mungkin itu yang kurasakan setelah drama pingsan kemarin, aku merasa lengkap. Selama ini aku selalu merasa ada bagian yang hilang, jangan salah sangka terlebih dahulu. Mama, Papa dan Mas Bram tidak pernah berhenti membuatku nyaman dan disayang kapanpun itu. 

Semenjak kecil Mama selalu mengingatkan bahwa diluar sana ada Ibu, Ayah dan seorang kakak yang menantiku datang. Bukan untuk membuatku merasa bukan bagian dari keluarga Ambhita tetapi untuk membuatku selalu ingat bahwa ada sepasang orang tua yang senantiasa mendoakanku dan sudah menjadi kewajibanku untuk mendoakan mereka kembali.

Malam ini aku merasakan dipeluk seorang kakak perempuan. Kemarin aku merasa ada sesuatu dengan Mbak Anis yang aku tak bisa menjelaskan, mungkin ini perasaan itu. Hatiku merasakan bahwa dia adalah kakak yang selama ini terpisah jarak tanpa mengetahui keberadaan masing-masing. Allah mengatur pertemuan kami sebagai keluarga didalam acara lamaran mas Bram.

Ah, Mas Bram. Calon pengantin itu menang banyak. Tadi kesempatan peluk-peluk dengan alasan menenangkan calon istrinya, lihat aja sekarang menyandar di sofa dengan pundak sebagai sandaran Mbak Anis.

Setelah mendengarkan cerita tentang Ibu sepertinya aku tertidur entah berapa jam, "Mas," panggilku yang membuat mereka berdua terkejut dan menghampiriku.

"Adek butuh apa? Minum?" Ini bukan suara Mas Bram tapi Mbak Anis, aku kok jadi terharu mendengarnya.

"Gak Mbak. Mas, anterin Mbak Anis pulang dulu. pasti gak nyaman pakai baju itu terus." Mbak Anis masih memakai baju lamarannya kemarin. Pasti gak nyaman hampir seharian memakai baju yang sama ditambah lagi harus tidur di sofa.

"Ini masih jam 10 malem lho Dek. Kalau Mas tinggal anter Mbak mu dulu gak papa?" Mas Bram mengusap lembut puncak kepalaku.

"Gak papa, palingan tidur lagi." Mataku memang masih berat, sepertinya efek obat membuat ngantuk.

"Ya udah, Mas anter Anis pulang dulu terus balik kesini. Love you Adek, cepet sehat ya." Mas Bram mendaratkan ciuman dikeningku sedikit lebih lama dari biasanya dan bergumam, "Love you Adek, jangan pernah lupa itu."

Salah satu lelaki yang berpengaruh dalam hidupku selama ini, dengan lengan kokohnya yang selalu siap menggendong dan melindungiku dari anak lelaki usil selama ini. "Love you too,Mas. Hati-hati bawa calon menantu Mama. Kalau lecet, Mas digantung diatas pohon mangga ntar." Selorohku yang dijawab dengan ketawa khas Mas Bram.

"Mbak pulang dulu ya, Dek. InsyaAllah besok kesini lagi."

"Heem, makasih udah cerita tentang Ibu. Salam untuk ... Om. Eh, Ayah," jawabku kikuk.

Setelah membereskan barang bawaan, mereka keluar dan meninggalkanku sendiri. Ternyata mata ini tak perlu menunggu lama untuk terpejam lagi.

***

"Assalamu'alaikum anak Mama." Pertama kubuka mata pagi ini, yang kulihat adalah senyum cerah Mama dengan gamis biru dongker yang membuat kulitnya terlihat semakin putih. Berbeda denganku yang cenderung berkulit coklat. Akhirnya asal usul kulit coklat ini terkuak sudah. Om. Eh, Ayah memang berkulit coklat.

Dua Hati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang