Bab 27

113 14 0
                                    

Silahkan mampir ke lapak Mbok_Dee...

Di sana lanjutan kisah ini.

Jangan lupa voTe yaa.. 😘😘

Bab 27

"Assalamu'alaikum, Mas"

...

"Mas."

...

"Sayang, kamu dimana to?"

...

"Maaaaaass! Aku kuatir ini, kamu dimana?"

...

"Mas, bales. Aku kangen."

...

"Mas baik-baik aja, kan?"

...

"Udah 4 hari, Mas gak kasih kabar ini. Lagi susah sinyal kah? Mas sehat kan?"

Kubaca percakapan satu arahku dengan Mas Andy selama 4 hari ini, rasa kuatirku sudah mencapai tingkat tinggi. Tekadku sudah bulat, jika sampai besok belum ada kabar apa-apa darinya, aku akan pergi kerumahnya dan menanyakan ke Mama.

Ting

Kulihat nama Mas Biru muncul,
[Hari ini jadi?]

Sudah 3 hari ini pikiranku terisi dengan Mas Biru saat tidak memikirkan Mas Andy. Karena selama 3 hari ini hampir setiap hari kami bertemu dan membahas tentang desain rumah kantornya.

[Mau di kantorku atau gimana, Mas?]

Gak perlu nunggu lama untuk membaca balasannya,

[Cafe biasa saja]

[Ok] jawabku singkat karena masih harus bersiap untuk mampir kantor lebih dulu sebelum meluncur kearah Surabaya Timur.

Setelah selesaikan pekerjaan dikantor, aku ijin untuk keluar. Papa gak masalah aku ijin keluar, asalakan semua pekerjaanku beres.

Siang ini aku malas untuk menyetir, pikiranku terlalu bercabang hingga membuatku meragukan kemampuan berkendara dijalan yang ramai. Setelah menunggu hampir 5 menit akhirnya taxi online yang kunanti sampai, "Selamat siang."

"Siang, pak." Balasku ke pak driver yang terlihat ramah, dan benar dugaanku. Karena gak perlu waktu lama hingga kami berdua terlibat pembicaraan lumayan seru tentang kondisi jalan yang padat dan cuaca Surabaya yang mulai panas menyengat.

Surabaya memang panas, bagi pendatang yang belum merasakannya pasti mengeluh. Tapi bagi orang Surabaya, panas ini sudah biasa.

Perjalanan yang biasanya memakan waktu 45 menit menjadi  hampir 60 menit karena macet mulai jalan HR. Muhammad sampai ke jalan Mayjend Sungkono karena proyek underpass di bundaran satelit. Proyek yang diharapkan bisa mengurai kemacetan ini memang menutup hampir 3/4 lebar jalan, membuat pengendara harus sabar bergantian menggunakan 1 lajur. Karena 3 lajur ditutup karena proyek tersebut.

Setelah mengucapkan terima kasih, aku turun dan menutup pintu mobil pelan. Aku mencari keberadaan lelaki berkacamata setinggi galah yang biasanya duduk diluar dengan esspreso dan rokok yang tidak pernah berhenti. Tapi siang ini ada yang berbeda, disana dia tidak sendiri. Kulihat ada perempuan berambut panjang yang duduk bersamanya.

Aku sempat terdiam saat melihat senyum di wajahnya, terlihat lebih cerah dari biasanya. Siapa wanita itu?

"Assalamu'alaikum. Siang, Mas" Salamku begitu berdiri dibelakang  wanita yang duduk di seberang Mas Biru.

"Wa'alaikumusallam." Jawab Mas Biru yang kemudian berdiri untuk menarik kursi di sebelah kananku,  aku tersenyum tanda terima kasih sebelum duduk dan melihat perempuan itu.

Dua Hati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang