bab 34

122 17 0
                                    

Dihubungi adik tersayang, meski tengah malam pun akan tetap kuangkat. Apalagi dia berniat menuju kebaikan.

Dan pagi ini, melihat penampilan barunya membuat aku kembali meneteskan airmata bahagia.

"MasyaAllah ... cantik." Aku mengusap wajahku yang sudah bersimbah airmata.

"Terima kasih, Mbak. Kan, Mbak Anis yang bikin aku kayak gini. Itu lihat, masih ada setroli yang lainnya." Dia melirik tas besar yang tergeletak manja di kaki ranjangnya.

Aku tertawa sambil memeluknya.

"Oh ... jadi ini alasannya kenapa kamu sudah ada di sini lebih pagi?" Mas Bram menatapku dengan pandangan memuja. Aku tersipu dibuatnya.

Dini memutar bola mata jengah melihat tingkah kakaknya.

"Oh, ya. Karena kita sedang dalam situasi berbahagia, gimana kalau kita bahas kapan tanggal pernikahan kami?"

Tuk!!

"Auh!" pekik Mas Bram tertahan. Papa memukul kepalanya pelan dari belakang.

"Kamu, ini! Mbok ya, nanti kalau sudah sampai rumah. Ini masih di Rumah Sakit, Bram, Bram ...."

Kami semua tertawa melihat Mas Bram manyun. Aku menatapnya seakan ingin mengatakan, "Kasihaaan. Rasain!" Whahaha.

Kami segera mengemasi pakian dan perlengkapan selama Dini menginap di kamar vip ini. Setelah semua siap. Kami pun meninggalkan tempat ini dengan hati penuh syukur.

🍁🍁🍁🍁

"Ini berkas-berkasnya? Kita bertemu dengan penjualnya di kantor Notaris, kan?" tanya Mas Bram ikut merapikan dan menyiapkan berkas yang kubutuhkan untuk proses jual-beli tanah di sebelah tokoku.

"Iya. Satu jam lagi. Ayo, Mas. Nanti telat." Aku berjalan memutari meja. Mas Bram melangkah mendahuluiku.

"Eh, sebentar." Aku berbalik mengambil power bank yang tergeletak di atas meja.

"Sudah? Cek lagi, barangkali masih ada yang tertinggal." Mas Bram masih berdiri di belakang pintu. Aku segera memeriksa tasku. Alhamdulillah, sudah semua. Aku mengangguk dan memberi tanda sudah oke semua.

"Mas! Mbak!" Agung berteriak memanggil kami.

"Apa?" jawabku sedikit kesal.

"Mau ke KUA, ya? Keburu amat?" godanya.

Ya ampun, nih, bocah minta diapain, ya? Orang udah keburu malah digoda.

"Ya. Kamu dilarang libur sebulan penuh kalau kami menikah. Ingat itu!!" Agung melotot mendengar ancamanku. Rasain. Kulihat mas Bram tertawa sambil geleng-geleng kepala. Dia segera menarik tanganku agar segera berlalu dan tidak menanggapi Agung lagi.

Di mobil, mas Bram masih tertawa melihatku cemberut karna ulah Agung.

"Udah, ntar aku gemes terus khilaf gimana? Bibirmu itu, kalau cemberut kayak ngejek aku gitu. Jadi pengen kuemut."

Jeplak!!

Tanpa sadar kulayangkan map berisi berkas-berkas yang sedang kupegang itu ke lengannya.

"Ish! Sakit tahu!"

Sekarang gantian mas Bram yang meringis sedangkan aku tertawa mengejek.

"Abisnya, tuh, mulut kayak nggak pernah sekolah. Asbun aja."

Tilut tilut tilut.

Tiba-tiba terdengar dering ponsel mas Bram. Nampak sekilas raut wajahnya berubah. Namun, aku tak begitu peduli. Dia tidak mengangkat panggilan itu, malah ponselnya kemudian dimatikan. Siapa yang telpon ya?

"Em ... besok kita bahas tanggal pernikahan kita, ya?"

Aku terkejut mendengar permintaannya. Kenapa buru-buru sekali?

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Ya, nggak pa-pa. Biar nggak terlalu lama dosanya." Aku mengernyitkan kening. Tumben alasannya bener?

"Ya udah, ai nurut deh."

"Iya?" tanya mas Bram sambil melotot.

"He-em," jawabku kalem.

"Yakin?" tanyanya sekali lagi, senyumnya sudah mulai terbit di ujung bibirnya.

"Iyaa."

"Serius, kan?" Seolah tak ingin kecolongan lagi.

"Dih. Gimana, sih? Kalau nggak juga ga pa-pa, sih. Aku kan jadi bisa bebas nyari calon suami yang lain," jawabku kesal.

"Eh, ya, jangan dooong ... iya-iya, oke. Serius." Kini senyumnya merekah sempurna hingga ke mata. Aku ikut tersenyum melihatnya begitu senangnya.

🍁🍁🍁🍁

"Baik. Silahkan tanda tangan di sini. Paraf di sini. Di sini. Di sini ...."
Asisten notaris itu menuntunku untuk menanda tangani akta jual beli yang baru saja kami setujui. Alhamdulillah, tanah itu akhirnya bisa aku beli setelah sebelumnya sempat terjadi perundingan yang alot dengan pihak penjualnya.

Setelah melakukan pembayaran dan penanda-tanganan berkas-berkas, kami segera meluncur ke sebuah restoran di dekat bandara Juanda, untuk makan siang yang terlambat.

"Mas Bram?" Terdengar suara perempuan menyapa mas Bram saat kami baru saja masuk ke restoran itu.

Kulihat mas Bram sedikit terkejut, tapi dia berhasil menguasai situasi. Senyumnya kembali terkembang.

"Hai. Lama tidak bertemu," sapa mas Bram tak beranjak dari sisiku.

Tanpa kuduga perempuan itu tiba-tiba maju dan memeluk mas Bram.

Dhuaaarr!!

Mataku berkedip-kedip menahan airmata yang ingin meloloskan diri. Rasa seluruh sendi bagai dihantam palu. Dadaku berdebar tak beraturan.

Siapa? Siapa perempuan ini? Yang begitu saja memeluk lelakiku. Ha? Lelakiku?

"Nin ...." Mas Bram mendorong tubuh perempuan itu hingga terlepas dari pelukannya. Tatapannya beralih ke arahku yang masih terdiam di sampingnya.

"Anis. Maaf ... dia ...."

"Siapa dia Mas?" tanya perempuan itu sengit. "Kamu selingkuh? Kamu udah cari penggantiku hanya dalam waktu sesingkat ini? Apa maksudnya semua ini?" Dia berteriak histeris.

Aku masih mencoba menahan airmataku. Kugigit kedua bibirku agar isakku tak ikut keluar.

"Nindy!" teriak mas Bram. Sepertinya kami berhasil membuat drama di tempat ini. Bagus!

"Mas." Akhirnya aku berhasil mengeluarkan sepatah kata.

Aku mengelus pelan lengannya. Dia lalu meraih tanganku, digenggamnya erat.

"Anis, please. Ini salah paham."

"Aku tunggu di sana. Selesaikan baik-baik," ucapku sambil melepas genggaman tangannya. Aku segera beranjak menuju meja yang agak jauh dari mereka. Biar mereka selesaikan urusan mereka dan aku selesaikan hatiku.

Mas Bram melepas kepergianku dengan pandangan tak rela. Tapi perempuan itu juga semakin membuatku ingin menjambaknya.

"Silahkan, Mbak." Seorang waitress mengulurkan sebuah buku menu. Kupilih 2 makanan dan 2 minuman untukku dan mas Bram.

Setelah waitress itu pergi, aku kembali memasuki hatiku. Mencoba bertanya lebih dalam padanya, tentang rasa dan cinta.

🍁🍁🍁🍁

Ahahay...

Anis lari dikejar dugong. 🤭🤭🤭

Sabar ya pak, bu, mbak, mas, kakak...

Habis nih, kita slow down yaa...

Target sudah terpasang. InsyaAllah agustus ini beres. Karena kita ada project bikin cerita komedi. 🤣🤣🤣

Judulnya....

Eng ing eng...

Kasih tau nggak yaa...😅😅
Colek Mbok_Dee

Dua Hati [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang