"Jadi gimana?"
Aku hanya melirik sekilas pada namja yang masih sibuk dengan makananya. Wajahnya tampak tenang ralat maksudku datar seperti biasa.
"Gimana Jinyoung? Kamu setuju kan?"
Jinyoung menghentikan kunyahannya, dia melirik sekilas pada Ibunya yang masih saja cantik.
"Aku terserah kalian saja"
Haah? Apa-apaan jawabannya itu?
"Nah Yera, Jinyoung udah setuju kalau kamu"
Aku menoleh bingung pada Ibuku, maksudnya jawaban tadi yang dibilang setuju? Oh astaga.
Aku berdehem sebentar " Jika Jinyoung setuju, Aku juga setuju" semoga aku tidak menyesali ucapan ku itu.
Para orang tua tersenyum puas mendengarnya "Kalian bisa perkenalan dulu sebelum pernikahan kalian" ujar Ayahnya Jinyoung.
Yayaya..kalian tidak salah dengar aku dan makhluk kulkas itu dijodohkan.
Jika kalian ingin tau, Aku dan Jinyoung sudah saling mengenal saat masih kecil dikarenakan orang tua kami bersahabat dari senior high school namun sifat Jinyoung yang tidak pedulian pada sekitar membuat hubungan kami seperti orang tidak saling mengenal.
Perjodohan ini pun sudah mereka rencanakan saat kami masih didalam kandungan Ibu kami. Memang niat sekali mereka itu.
..
..
..Aku sedang memilih gaun untuk aku kenakan ke pesta ulang tahun ibunya Jinyoung. Pilihanku jatuh pada gaun berwarna hitam yang sedikit terbuka.
Aku mendengus kasar. Jinyoung akan marah jika aku pakai-pakaian yang terlalu terbuka "Ah masa bodo dengan Bae Jinyoung"
...
...Aku berjalan didepan dengan bangga. Oh ayolah aku tidak menyombongkan diri. Hanya saja ..
"Bae" Aku berlari ketika melihat Bae Jinyoung berdiri di meja bar bersama dengan teman-temanya "hai Sunwoo,Jeno,Renjun,Eric,Guanlin" sapaku pada beberapa temannya.
"Hai Yera, kau datang rupanya"
"Basa-basimu terlalu monoton tuan muda Eric" ujar Jeno. Yang lain tertawa mendengarnya.
"Ibu menyuruhku menemuinya kalau kamu udah dateng" katanya sambil menatapku. Jika sedang berpakaian formal seperti ini dia terlihat beratus kali lipat lebih tampan.
Ctak..auuu astaga apa-apaan dia.. memangnya dia pikir jitakannya tidak sakit.
"Jangan berpikir macam-macam,ayo" dia berjalan lebih dulu setelah berpamitan dengan teman-temannya.
"Kalau gitu aku nyusul si kulkas itu dulu ya"
Aku berjalan dengan tertatih dibelakangnya. Manusia tidak peka itu sepertinya tidak ada niat membantuku berjalan.
Jduk..aku mengelus dahiku ketika menabrak bahu lebar Jinyoung.
"Hei..kalau berhenti itu jangan dadakan" protesku.
Heran, biasanya dia langsung mengomel jika aku memprotes seperti itu.
"Jinyoung?"
Tak ada sahutan
"Hai Bae, sudah lama tidak bertemu" hm? Siapa pria itu. Wajah Jinyoung nampak tak bersahabat.
"Hwang Hyunjin sedang apa kau disini"
"Aku kesini karena memenuhi undangan yang diberikan orang tuamu" sambil tersenyum miring. Pria bernama Hyunjin itu mengalihkan pandangannya padaku.
"Oh, siapa gadis cantik ini"
Ucapnya sambil mendekat padaku. Tapi aku mundur kebelakang punggung Jinyoung "Jinyoung dia siapa?" Bisikku pelan.
"Jangan berani kau menyentuhnya,karena dia milikku. Dan segeralah angkat kaki dari rumahku"
Dan Jinyoung langsung menarikku menjauh dari pria itu.
"Jin kakiku sakit"
Jinyoung berhenti dan berbalik ke arahku "Maaf" gumamnya
Heh? Kenapa dia minta maaf? "Ah tidak-tidak, Aku baik-baik saja"
Dia membuang nafas kasar "Yera" panggilnya.
"Hm?"
"Jangan mendekati pria bernama Hwang Hyunjin" nadanya sangat tidak bersahabat.
Maksudnya pria yang tadi kah "Hm. Tidak akan, lagian aku juga tidak mengenalnya" ucapku yakin.
Jinyoung mengangguk puasa "baguslah" dia berjalan lagi tapi kembali berhenti membuatku lagi-lagi menubruk bahunya.
Dia memperhatikan penampilanku dari atas sampe bawah dan langsung membuka jasnya setelah melihat gaunku "Dan jangan pernah memakai pakaian terbuka lagi" dan langsung menyampirkannya kebahuku.
Walau terlihat dingin dan tidak peduli tapi aku yakin Jinyoung sangat menyayangiku. Aku melingkari tanganku ke lengannya "Bae Jinyoung aku mencintaimu"
"Hm"
Dan hanya gumaman yang aku dapatkan, dasar tsundere.
.
.
.
.