Tembok tinggi yang memisahkan perasaan mereka. Mereka bersama tapi tak dapat menyatu. Lantas apa yang akan mereka perbuat? Melanjutkan ini dengan harapan tembok tinggi akan rubuh sendirinya? Atau mengakhiri agar tidak ada yang sedih dan kecewa lagi nantinya?
.....
"Alisya''
Pagi itu aku sedang berada ditempat makan pinggir jalan sebrang gereja katedral saat seseorang memanggil namaku.
"Eh Mark, udah selesai?"
Laki-laki yang aku panggil Mark itu mengangguk. Mendudukan dirinya disampingku dan langsung menyendok bubur yang belum kuhabiskan.
"Kirain tadi masih di masjid" ucap Mark.
"Kamu tadi kesana?" tanya ku. Mark ngangguk. "Masuk?" Mark ngegeleng.
"Enggak tadi ketemu Diza minta tolong liatin kamu masih ada didalem apa enggak"
Aku bergumam 'oh' sebagai jawaban.
Mark melirik arlojinya. "Mau berangkat sekarang gak?"
Aku mengangguk mengiyakan, menyondorokan sesendok bubur kearah Mark dan langsung diterima olehnya.
"Belum sarapan kamu ya?" tanyaku.
Mark berdiri mengulurkan tangannya yang aku sambut dengan senang hati.
"Udah, tapi ngeliat kamu makan aku jadi laper lagi" senyum Mark terkembang menggemaskan.
Aku mencubit pipinya itu "alesan aja dih emang nya aja kamu tuh gada kenyangnya"
Mark balas mengelus kepalaku yang tertutup hijab. "Aku serius, ntar mampir dulu ke drivetru deh"
Kan Mark tuh emang tukang makan.
.
.
.Selesai berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan diibu kota kami memutuskan mampir dulu ke monumen nasional.
Mark yang ngajak, katanya udah lama gak ke monas.
"Sya sya" panggil Mark. Laki-laki itu masih asik dengan kamera ditangannya.
"Apa?"
Mark melirik sebentar kearahku. "Berdiri disana" titahnya.
Aku mengernyit. "Ngapain"
Mark melirik ku gemas. "Mau aku foto. Ayo berdiri disana"
Tanpa menunggu perintah ketiga kalinya aku menuruti ucapan Mark. Berdiri diposisi yang tadi ditunjuk oleh laki-lakiku.
"Oke siap" Mark memberi aba-aba.
"1 2 3 cekrek"
Mark menurunkan kamera polaroid itu mengibaskan kertas foto yang muncul dari sana.
Senyum tampan terkembang dari belah bibirnya begitu gambar sudah tercetak jelas.
Alisya sangat cantik dengan jilbab yang menutupi rambutnya, senyum manis itu... Apakah Mark akan terus bisa melihat senyum manis itu.
"Markeuu"
Mark menoleh, mendapati Alisya berjalan ringan kearahnya.
"Mana?" tangan Alisya mengadah.