Park Woojin

73 12 1
                                    

~~~~

"Woojin-ah"

Yang dipanggil 'woojin' menengok ke sumber suara.

"Eoh? Ara?" Ucapnya.

Jung Ara tersenyum kemudian menghampiri namja bulat itu. "Nih titip ya buat Jihoon" seraya menyondorkan kotak makan berwarna ungu pada Woojin.

Woojin menerimanya dan mengangguk "kenapa enggak kamu kasih langsung ke orangnya" tanyanya. Ara terlihat salah tingkah ia menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Aku belum siap, tolong ya Woojin. Terimakasih" Ara membungkuk kemudian jalan melewati namja tampan itu.

Woojin menghela nafas dan memperhatikan sigadis yang hilang dibalik koridor. Ini bukan kali pertama dia dititipkan sesuatu seperti ini. "Jung Ara" gumamnya.

》》》

Ara berjalan dengan riang dikoridor sekolah, sesekali ia tersenyum ketika berpapasan dengan senior atau pun junior yang dia kenal.

"Woojin-ah" gadis itu berteriak ketika melihat seseorang yang sangat ia kenal. "Selamat pagi Woojin-ah" sapanya dengan tersenyum manis.

Namja tan itu terpesona sebentar sebelum membalas sapaan si gadis "e eoh, selamat pagi"

Mereka berdua berjalan beriringan menuju ruang kelas "jadi Woojin-ah, bagaimana? Apakah Jihoon menyukainya?" Tanya Ara.

Woojin mengangguk sebagai balasan "ya, sepertinya dia menyukainya"

Ara memekik senang bahkan sebuah senyum sudah kembali terukir "terimakasih Woojin kamu sangat membantu, aku akan mentraktirmu" .

Kringg kringgg.. bel istirahat berbunyi nyaring membuat guru-guru menghentikan pelajaran.

"Baiklah anak-anak, jangan lupa tugas yang tadi saya kasih"

"Nde Saem"

Ara membereskan buku-bukunya dan memasukannya kedalam tas, ia melirik bangku yang ditempati Woojin dan Jihoon yang kosong.

Ah iya dia baru ingat Woojin dan Jihoon dispen latihan futsal karena festival olahraga akan segera digelar. "Ara-ya, ayo ke kantin" ajak teman sebangkunya Yiren.

Ara dan Yiren berbincang santai mereka akan ke kantin untuk makan siang bersama sudah lama semenjak Ara sibuk dengan kegiatan organisasinya. Tapi ketika melewati lapangan outdoor mereka berhenti karena lapangan yang sangat ramai. "Yayaya, ada apa?" Yiren menjegat teman kelasnya.

"Itu loh Jihoon mau menyatakan cinta pada Mina" jawab temannya itu. Kedua gadis itu kaget "Mina? Maksudmu Mina dari kelas sebelah itu?" Tanya Yiren. Siswi itu mengangguk setelah Yiren melepaskan lengannya. Yiren melihat ke Ara dirinya tau kalau temannya sangat menyukai Park Jihoon.

"Ara-ya kamu gakpapa?" Tanya nya hati-hati, sigadis tersenyum manis dan mengangguk "tentu saja,kalau begitu ayo kita lihat" ajaknya suaranya masih ceria meski terdengar serak. "Kamu yakin?" Yiren memastikan. Namun tangannya sudah ditarik Ara dan menerobos keruman itu.

"Iya Hoon aku mau" tepat kedua gadis itu menerobos dan berada paling depan Mina menerima pernyataan cinta Jihoon. Ara melihatnya bagaimana Jihoon memeluk Mina dengan hangat dan tersenyum bahagia.

Ara pikir dia tegar, ia pikir dirinya sanggup menerima kenyataan ini namun kenyataannya tidak, gadis manis itu menahan tangisnya dan meninggalkan kerumanan itu dan pasangan baru itu.

Dan Park Woojin saudara Park Jihoon melihat itu, lantas si namja tan itu pergi menyusul Ara. Ia tau kemana gadis itu akan singgahi.

..

Hiks hiks hiks gadis manis itu tidak dapat menahan tangisannya, toh tidak akan ada yang mendengarnya. Dia berada ditaman belakang sekarang. Dimana tempat ini jarang disinggahi siswa siswi lainnya.

Sret. Heh?

Ara mendongak ketika sebuah sapu tangan berada tepat didepannya.

"Woojin-ah?" Sapanya serak

Woojin tidak menjawab ia kembali menyondorkan sapu tangannya. Dan mau tak mau Ara mengambilnya. Ara menggeser sedikit tubuhnya agar namja itu bisa duduk.

"Maaf" Ucap Woojin, gadis itu menatap Woojin bingung "untuk?" Tanyany. "Untuk kejadian ini, sungguh aku sebenarnya ingin memberi tahu mu kalau kalau" Woojin tidak melanjutkan.

"Kalau Jihoon menyukai Mina?" Tebak Ara. Woojin mengangguk, Ara tersenyum "hei, tidak apa-apa aku tidak menyalahkanmu" Ara menatap danau buatan didepannya "mungkin Akunya saja yang tidak peka pada keadaan" monolognya.

Woojin mengikuti arah pandangan gadis ini, ia seperti berpikir. Apakah ini waktu yang tepat? Apa Ara mau membuka hatinya? Baiklah Park Woojin mari kita coba.

"Ara-ya" panggil Woojin, Ara menggumam. "Aku berfikir ini waktu yang tepat untuk-" ucapannya terhenti ketika si gadis menatap tepat dimatanya.

"Untuk?"

Woojin menghela nafas "untuk mengobati luka mu dan menggantikan Park Jihoon dihatimu" ucapnya yakin. Ara terkejut. Ia tak menyangka Woojin akan mengucapkan itu.

Sementara Woojin nampak panik, ia takut gadis ini akan menjauhinya "ji jika kau sudah siap membuka hatimu untuk namja lain" ucapnya kikuk.

Ara tersenyum manis hingga matanya menyipit "ndee Woojin-ah, tolong bantu aku untuk mengobati luka ku"

..






Cut.

Haihai hehehe, anyeong. Gimana ceritanya? Terlalu monoton ya? Author lagi nganggur jadi belum nemu inspirasi deh. Tapi pasti book ini bakal author lanjutkan kok meski ceritanya makin gak jelas. Ayoo kalian request bias kesayangan kalian..

Vote dan comment juseyo..

Imagine with kpop idol ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang