❄️❄️❄️
Begitu Nara memasuki kelasnya, seperti biasa kelas sudah agak ramai. Ia menyimpan tasnya, lalu duduk di kursinya. Samar-samar ia mendengar perbincangan kedua teman sekelasnya yang biasa di sebut biang gosip Rara dan Ara. Ia tak memperdulikan apa yang baru saja di dengarnya. Seorang Vano yang menyebalnya kebagetan dan dinginnya kayak es batu tak di sangka dekat dengan Yurika yang dikenal gadis cantik dan ramah. Gosip yang sulit dipercaya menurut Nara.
Nara tak memikirkan dan memusingkan perihal gosip Vano. Lagi pula memangnya penting, tidak juga. Siapa peduli mau benar atau tidak gosip itu tak ada pengaruh apapun bagi Nara.
Seketika kelas tiba-tiba hening. Tak biasanya, Nara tersadar dari pikirannya dan mengalihkan pandangannya ke depan. Pantas saja kelas tiba-tiba hening ternyata sudah ada guru. Yaa ... meskipun kelas Nara terbilang kelas paling berisik tapi, kalau urusan menghormati guru itu nomor satu, atau bisa di bilang kelas Nara termasuk kelas yang paling bisa menghargai guru. Tapi kelas lain pun sama hanya tingkat kesopanannya sedang-sedang saja.
Pelajaran Sejarah Indonesia, memang membosankan. Semua teman sekelasnya sudah tau termasuk Nara bahwa Bu Mia pasti akan mulai bercerita, dan jangan harap ketika Bu Mia sedang bercerita kita bisa izin ke toilet. Karena Bu Mia sudah hafal betul itu hanya alasan belaka tapi nyatanya memang benar itulah satu-satunya cara terbebas dari kebosanan.
Banyak teman-teman sekelasnya yang susah payah menahan kantuk bahkan ada yang sudah tertidur. Suara bel pergantian pelajaran berbunyi. Dan akhirnya pelajaran Sejarah Indonesia berakhir juga. Nara menghela napas lega, ia memutuskan tidur sejenak.
***
Nara kesal bukan main, bagaimana tidak kesal dan emosi tadi sewaktu ia melewati segerombol anak kelas sebelah ia mendengar namanya di sebut-sebut dan lebih parahnya mereka mengira Nara sedang dekat dengan Vano. Yang benar saja dekat denganya saja sudah muak, ini semua karena gosip yang unfaedah itu. Kenapa pula ia ikut terlibat dalam masalah Vano.
Nara berjalan menuju perpustakaan dengan perasaan kesal dan emosi meluap-luap. Ia melihat Vano yang santai menunggunya. Ia duduk dengan raut wajah kusut.
Vano yang melihat perubahan raut wajah Nara tak memperdulikan itu. Ia segera memulai pembelajaran saja. Seperti biasa ia memberikan latihan usai menjelaskan materi.
Nara yang sedang tidak fokus, begitu melihat latihan soal jadi bingung. Karena kekesalannya ia sampai lupa kalau sedang belajar dengan Vano. Saking kesalnya ia mencoret-coret bukunya sendiri dan melemparnya asal.
"Bukannya dikerjain, malah ngerusak."
"Pikir aja apa kesalahan lo!" Nara berdiri menatap Vano tak suka.
"Ehm." Pak Adi mengintrupsi, supaya tidak berisik saat di perpustakaan.
Nara kembali duduk dengan tenang, tapi ia masih tak suka dengan sikap Vano yang seakan tak tahu apa-apa.
"Lo tahu 'kan gosip hari ini?" tanya Nara meskipun sedikit gemas dengan sikap Vano.
"Hmm." Vano hanya berdehem tanpa menatap Nara, ia sibuk memainkan ponselnya.
Nara merebut ponsel Vano dengan tak sabaran, ia tak suka jika lawan bicaranya tak mendengarkan betul-betul apa yang dibicarakannya.
Vano menatap Nara tajam, ia tak suka dengan sikap gadis itu. Sudah mengganggu kehidupannya sekarang mengganggu ketenangannya.
"Karena gosip lo yang unfaedah itu, gue di kira lagi deket sama lo," ucap Nara dengan penuh penekanan.
"Gue tahu."
"Terus lo diem aja gitu."
Vano tak memperdulikan ocehan gadis itu, ia mengambil ponselnya dan berlalu pergi. Tapi, bukan Vano tak menangkap maksud Nara, ia tahu maksud gadis itu membahas perihal gosip yang sedang memanas. Vano pergi karena ingin segera menghapus gosip tak benar itu.
Sedangkan Nara ia sudah mengumpat dalam hati, ia merasa di anggap kaset rusak yang tak berguna. Dengan sikap Vano seperti itu ia semakin tak suka.
***
Yuri mendengarkan penjelasan Vano yang baru saja ingin dikatakannya. Mereka berdua juga tak paham dari mana gosip itu bermula.
"Gini deh, lebih baik kita sikapi dengan biasa aja. Pasti lama-lama bakal hilang juga," saran Yuri.
Vano mengangguk setuju.
"Tapi ada yang terlibat juga dalam gosip ini."
"Siapa?"
"Nara."
Yuri mengangguk. Ia hafal nama itu, nama yang sering di sebut-sebut teman-teman sekelasnya, yap ... dia orang yang Vano ajari. Dan Yuri merasa aneh dengan sikap Vano, biasanya ia tak akan mempermasalahkan orang yang terlibat dengannya, biasanya ia akan bersikap acuh.
"Yaudah nanti gue ngomong sama Nara," ucap Yuri ingin segera mengakhiri perbincangan ini.
"Oke." Setelah mengatakan itu Vano berbalik, lalu perlahan berjalan menjauh.
Yuri menatap kepergian Vano sekilas setelah itu bergegas pergi menuju kelasnya. Ia tak mau terlalu memusingkan tentang gosip itu. Padahal Yuri dan Vano hanya rekan satu organisasi tapi orang lain menganggapnya berlebihan.
❄️❄️❄️
Semoga suka ❤️
See you next part ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SULIT [TERBIT]
Novela Juvenil[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] Gara-gara kelemahannya di pelajaran kimia, Kinara harus bertemu dengan Divano. Walaupun sikap Vano yang terkesan dingin, bermulut pedas dan tukang perintah kerap kali membuat Nara kesal. Divano yang menganggap Kinara sebag...