❄️5: Kakak Tiri?❄️

425 73 25
                                    

❄️❄️❄️

Pagi ini di kelas Nara, pelajaran Biologi. Semua murid kelas XI IPA 3 diberikan tugas untuk meneliti tanaman yang ada di sekitar sekolah, mencatat hasilnya lalu mengumpulkannya.

"Baik anak-anak, maaf mengganggu aktivitas kalian. Ibu hanya memberi tahu kalau kelas XI IPA 1 bergabung dengan kalian, dikarenakan nanti siang ibu ada keperluan, jadi ibu gabungkan saja." Begitulah penjelasan Bu Nuri setelah mengumpulkan murid-murid kelas XI IPA 3.

"Baik Bu," jawab anak-anak serempak.

Nara yang sempat mendengarkan penjelasan Bu Nuri, kembali melakukan aktifitasnya yang tertunda.

Saat Nara sedang meneliti tanaman. Tiba-tiba ada orang yang menyenggolnya sehingga objek penelitiannya rusak, karena tangannya tadi sempat memegang tanaman tersebut.

Nara menoleh ke samping, di dapatinya Vano. Bahkan Vano tak meminta maaf sedikit pun padanya. Sebal! Kenapa es batu itu selalu menyebalkan. Ia melirik Vano sinis. Dengan wajah datarnya Vano berlalu pergi.

Nara menghela napas dan mengelus dada untuk menenangkan pikirannya. Sekarang ia harus mencari tanaman lagi karena tak mungkin ia meneliti tanaman yang sudah rusak. Padahal ia sudah mencatat setengah dari hasil penelitiannya. Memang dasar Vano menjengkelkan!

"Kin, kenapa tuh muka kusut amat?" tanya Andini yang baru saja menghampiri Nara.

"Kesel tahu gak, gara-gara Vano objek penelitian gue rusak," jawab Nara dengan wajah sudah merah padam. Marah. Jelaslah siapa yang mau kerja dua kali.

"Kok bisa?" Andini kelewat bingung.

"Dia nyenggol gue, gak minta maaf lagi! Kesel!" Nara semakin naik pitam saat menjelaskannya.

"Udahlah maklumin, Vano kan orangnya gitu."

Nara hanya diam dengan wajah cemberut.

"Yaudah gue bantu." Ucapan Andini mampu merubah raut wajah Nara.

Nara mengangguk setuju.

***

Suasana rooftop terbilang sepi hanya ada Vano dan kedua temannya yang sedang bersantai, rooftop memang jarang di kunjungi siswa-siswi. Kebanyakan siswa-siswi di sekolah ini lebih memilih ke kantin dari pada ke sini.

Andi melirik Vano yang sibuk dengan ponselnya. Ia berjalan mendekatinya.

"Van, lo tahu gak katanya Kinara punya kakak tiri."

Vano dan Riki kompak menoleh ke arah Andi. Dari tatapan keduanya seolah bertanya 'tahu dari mana lo?'

"Gosip."

"Gak tahu," jawab Vano acuh kemudian kembali fokus dengan ponselnya.

Sama halnya dengan Riki, ia pun kembali fokus dengan ponselnya. Meskipun ia penasaran dari mana orang-orang itu tahu Kinara punya kakak tiri. Tapi, untungnya mereka belum tahu siapa kakak tiri Kinara. Padahal Riki dan Nara berusaha menutupi itu semua. Ya karena alasan tertentu.

Andi merasa boring karena ponselnya mati di tambah lagi topik pembicaraan yang ia tanyakan pada Vano hanya di jawab singkat. Ia memutuskan untuk mengganggu Riki, sekaligus ia penasaran kenapa temanya itu tiba-tiba menoleh kearahnya. Setahunya Riki orang yang tak peduli dengan gosip.

"Rik."

"Hm."

"Lo kenal Kinara?" tanya Andi dengan wajah keponya.

"Gak," jawab Riki bohong. Ia masih terfokus pada ponselnya.

Andi menghela napas, sama saja dengan Vano. Tak ada bedanya kedua temanya sama-sama dingin. Tapi, bagaimana mungkin ia berteman dengan duo es ini. Membingungkan.

"Kalian berdua gak ada kerjaan lain apa? Main Hp melulu, di sini gue boring woy! Hp gue mati," ungkap Andi dengan kekesalan.

Duo es itu kompak melihat ke arah Andi dan seolah berkata 'terus?'

"Terserah lo berdua deh. Gue pergi duluan." Andi melangkah pergi dengan rasa kesal memenuhi hatinya. Duo es itu seolah mengabaikannya, ya walaupun sudah terbiasa tapi tetap saja ia kesal.

Tapi di sisi lain ia masih penasaran dengan tentang kakaknya Kinara. Andi memang diam-diam selalu mengamati Nara, ia juga bohong tentang kakak tiri Nara adalah ia tahu dari gosip. Padahal bukan, sebenarnya ia melihatnya langsung hanya saja ia tak melihat jelas wajah kakak Nara.


***

Nara membereskan alat tulisnya terburu-buru, ia baru saja mendapat WA dari Riki. Pasti ada sesuatu hal penting.

Nara menerobos kerumunan yang ada di pintu kelasnya dengan susah payah dan usahanya berhasil. Ia segera berjalan cepat menuju gerbang depan.

Begitu sampai Nara mengedarkan pandanganya, ia melihat motor Riki yang baru saja keluar dari gerbang. Ia segera menuju keluar gerbang.

"Cepet naik," perintah Riki.

"Iya bentar, gak sabaran amat, sih." Nara menaiki motor besar milik Riki dengan susah payah.

Riki melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Tanpa mereka berdua sadari ada seorang laki-laki yang mengamati gerak gerik keduanya. Ia menatap curiga.

"Katanya dia gak kenal," gumam laki-laki itu.

Ia memutuskan mengikuti keduanya. Walaupun tertinggal ia tahu pasti tujuannya ke rumah Nara. Andi menghentikan motornya tak jauh dari rumah Nara. Ia mengamati gerak gerik keduanya.

"Lo masuk duluan," ucap Riki dingin.

"Iya deh kak," jawab Nara berlalu memasuki rumah bercat krem.

Andi yang tak jauh dari situ mendengar jelas apa yang di ucapkan Nara.

"Itu artinya Riki kakak tirinya Nara," gumam Andi.

***

Pukul 06.15 Riki sampai di sekolah. Kebiasaannya mulai saat ini adalah berangkat pagi, salah satu alasannya adalah adik tirinya. Ya ia tak begitu suka dengan Nara dan ibunya menurutnya mereka hanya pengganggu saja.

Riki turun dari motornya. Ia memasukan tangannya ke saku celana berjalan santai menuju kelasnya. Langkahnya terhenti di depan pintu kelasnya, Andi menatapnya dengan tatapan aneh.

"Apa?"

"Gue tahu rahasia lo." Andi menunjuk ke arah Riki dengan telunjuknya.

Riki hanya diam menunggu penjelasan berikutnya yang keluar dari mulut Andi.

"Lo kakaknya Kinara 'kan, ngaku lo."

Riki terkejut dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Andi. Tapi, sebisa mungkin ia mengontrol ekspresi wajahnya.

"Iya."

Tanpa memperdulikan Andi yang menghalanginya di ambang pintu. Riki menyingkirkan tangan Andi lalu berjalan masuk kelas dan duduk di kursinya.

Andi menghampiri Riki yang sibuk dengan ponselnya.

"Kok lo gak pernah kasih tahu, sih."

Riki mendongak. "Penting?"

"Gak juga, sih."

"Lo gak usah ember ke mana-mana tentang itu," tegas Riki setelah itu kembali menatap layar ponsel.

Andi hanya mengangguk. Ia sebenarnya masih kepo dengan alasan Riki menyembunyikan hal itu. Tapi apa daya ia tak bisa bertanya lebih banyak pada Riki tak mungkin mendapat jawaban, yang ada kena amuk.

❄️❄️❄️

Terimakasih kepada para pembaca

Semoga suka ❤️

See you next part ❤️

SULIT [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang