Prokk.. prokk.. prokkk...
Suara tepuk tangan yang begitu nyaring, Lusi berjalan kearah Marvin.
"Pangeran Marvin bagus sekali, suami ku lihatlah apa yang dilakukan saudara mu itu!". Ujar Lusi dengan nada dan berjalan lamban.
Mulut Marvin seperti terkunci ia tak dapat berkata apa-apa.
" Marvin aku tak percaya kau melakukan ini, aku kecewa!". Ujar Marva padanya, seakan-akan Marvin lah yang membunuhnya.
"Tidak Marva ini tidak seperti yang kau lihat, aku tidak membunuh ayah!". Teriaknya namun bibirnya seperti bisu tak bersuara, Marvin menggelengkan kepalanya.
"Hiiks, hiiks.. Tega sekali diia.". Lisa berpura-pura menagis tersedu-sedu supaya mendapat perhatian dari Marva.
"Tidak,,, hentikanlah akting bodoh ini,, aku tidak melakukannya,,, Marva percayalah padaku,,, kenapa aku bisu,,?". Marvin berteriak namun tidak ada sepatah suara yang ia keluarkan, dan Marvin menarik-narik tangan Marva namun Marva mendorong Marva hingga tersungkur kelantai.
"TIDAK....."
"TIDAK...."
Marvin berteriak sangat keras,
ia tebangun dari tidurnya dan bernapass secara tidak beraturan.Pyuuuhhh..
Marvin menghembuskan nafas panjang sambil mengusap wajahnya.
"Haahh, syukurlah itu hanya mimpi!". Sambil menelungkupkan kedua telapak tanganyan dimuka.
Marvin berteriak begitu keras hingga Marva pun medengar suaranya khawatir padanya dan langsung datang kekamar.
"Kau baik-baik saja? Teriakan mu sangat nyaring sekali.". Tanya Marva khawatir.
"Aku baik-baik saja, hanya mimpi buruk!". Jawab marvin sambil mengatur napasnya.
"Pastikan kau tidak ngompol di kasur, kalau ada apa-apa aku ada di bawah!". Ucap Marva sembari berjalan pergi meningalkan kamar.