Four

200 15 1
                                    


Selamat menikmati.

Empat.

_________

Malam ini suasana tampak ramai, semua orang berlomba-lomba untuk tampil semenarik mungkin. Di gerbang gedung terdapat spanduk bertuliskan 'Makrab Mahasiswa Hukum Tahun 2019.' Di pintu masuk mahasiswa baru disambut ramah oleh senior-senior Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum dan diantar ke ruang tempat berkumpul. Ruangannya terlihat elegant, dihiasi lampu-lampu dan pernak-pernik yang mempercantik ruangan.

Musik klasik juga mengalun indah, semua orang tampak berbincang saling mengenal satu sama lain. Sambil menunggu yang lain datang Evano sangat menunggu kehadiran Vandella, dirinya tidak sabar untuk bertanya langsung tentang semuanya yang menyangkut Vandezza. Selang beberapa menit Vandella datang dengan Shania dan langsung menuju keruang tengah. Tanpa berpikir panjang Evano langsung mendekatinya dan menariknya secara paksa ketempat yang jauh dari keramaian.

Vandella meringis kesakitan. Evano mengangkat dagu Vandella dan kali ini benar-benar menatap Vandella untuk mencari perbedaan dari wajahnya. Bola mata mereka saling beradu, mereka larut dalam tatapan itu. Lima detik beradu pandang Vandella pun melakukan perlawanan dan membuang kasar tangan Evano yang menempel di dagunya.

"Ngapain narik gue seenak jidat lo?" bentak Vandella dan mendorong Evano.

"Gue butuh sebuah kepastian." timpal Evano.

"Maksud lo kepastian? kenal gue aja nggak terus minta kepastian." sepertinya Vandella salah paham, mungkin kelamaaan jomblo.

"Lo pede banget sih. Gue butuh kepastian kalau lo benar-benar kembarannya Dezza karena gue nggak mau salah paham lagi ketika gue ngelihat lo ."

Vandella terdiam dari mana Evano mengetahui kalau dia kembar. Setiap kali dia mendengar nama Vandezza entah kenapa selalu membuat hatinya remuk apalagi Mamanya juga menudingnya. "Terus lo juga mau nyalahin gue atas kematian Dezza?" kemudian menundukkan kepalanya.

Raut wajah Vandella berubah sangat drastis setiap Evano berbicara tentang Vandezza. Seperti sangat mengganggu pikiran Vandella. Perdebatan kecil itu membuat Vandella jengkel kemudian meninggalkan Evano sendirian. Mulutnya terus bercerocos tanpa henti sepanjang jalannya.

Evano hanya menatap punggung Vandella yang mungil berjalan meninggalkannya, dia lebih memilih diam takut Vandella tersinggung mengenai hal itu. Mungkin malam ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah itu.

Shania melirik tajam Vandella, yang berbicara sendiri seperti orang gila,  "Woy kesambet apa lo? tadi Evano yang satu kelompok bareng kita kan?"

Vandella hanya mengangguk.

"Lo pacaran ya sama dia? nggak bilang-bilang ih."

"Ish.. amit-amit," Vandella berekspresi seperti orang jijik.

"Terus ngapain kalian berdua?"

"Evano dulu pacarnya Dezza!"

Shania tampak histeris, dunia terasa sangat sempit sekali. Dia tidak percaya bahwa Evano dulu adalah pacar Vandezza, lebih tepatnya pacar yang ditinggal mati.

"Omaigattt, demi apa!"

Vandella dan Vandezza memang berbeda SMA karena Vandezza tidak terlalu menyukai Vandella yang berbeda style dengannya. Semasa SMA Vandezza tidak terlalu sering berkomunikasi dengan Vandella. Vandezza sibuk dengan hal-hal yang tidak berfaedah seperti pergi ke klub malam. Vandezza dan Evano sudah menjalin hubungan selama 1,5 tahun dan itu pun mereka sering putus-nyambung.

Bahkan ketika mengajak Evano kerumahnya dia menyuruh Vandella untuk berdiam diri dikamar atau beraktivitas di luar rumah. Hal seperti itu tidak diambil pusing oleh Vandella, dia sudah hafal sifat adiknya. Sebagai kakak yang sayang pada adiknya, dia harus mengalah. Makanya Evano terkesiap ketika pertama kali melihat Vandella karena belum pernah bertemu.

Vandella [ Completed ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang