Sixteen

133 8 0
                                    

Enam Belas !

_____________

Kenan menyerobot mancis api Evano, kemudian menyalakannya dan mendekatkan mancis tersebut ke ujung rokoknya. Kenan benar-benar ahli hisap, terkadang dalam 1 hari dia bisa menghabiskan satu bungkus rokok.

Mereka duduk dilapangan basket, menyaksikan pemandangan Azam dan Hanan bermain basket. Tubuh Evano dipenuhi keringat, karena sebelumnya ia juga ikut bermain bersama teman-temannya.

"Lo mau kemana?"

"Gue cabut dulu, mau jemput Mama gue," pamit Evano, yang lebih dulu pulang dari yang lainnya.

"Bro, mancis lo gue pakai dulu ya, soalnya punya gue habis."

"Lo ambil juga nggak papa. Gue duluan ya."

***

Selama perjalanan, sesuatu terasa aneh, Evano seperti diikuti oleh segerombolan motor. Untuk memastikan kalau motor-motor tersebut mengikutinya, Evano mengambil jalan pintas, masuk ke gang-gang sempit.

Perkiraannya betul, kalau motor-motor itu mengikutinya. Ada satu motor yang berhasil memotong Evano dan membuat Evano menjadi terhenti.

Pria tersebut turun, kemudian membuka helmnya, Evano sedikit terkesiap, pria itu ternyata Sean - pria yang terlihat dekat dengan Vandella. Kawan-kawan dari Sean pun ikut mendekati Evano. Jika ditotal, mereka semua ada 5 orang termasuk Sean.

Tidak ada kata pembuka, Sean langsung menarik baju Evano dan melayangkan tinju ke wajah Evano hingga ia terpental kedinding. Mendapat pukulan sepeti itu Evano tidak hanya diam, dia bangkit, kemudian membalas pukulan tersebut.

"Gue nggak suka lo dekat-dekatin Della." timpal Sean.

"Hak lo apa anjing? Gue rasa Della juga nggak punya hubungan apa-apaan sama lo."

"Diam lo bangsat!" Emosinya seketika meluap, "anak dari seorang pemabuk sama saja sepeti pecundang, nggak layak ada didunia ini, dan harga diri lo udah keinjek duluan karena ulah nyokap lo."

"Bacot lo! Tau apa lo tentang keluarga gue anjing!"

Mendengar hal itu, Evano langsung  Naik pitam, dan melayangkan tendangan hingga Sean akhirnya juga terpental jatuh. Walau Evano melakukan beberapa pukulan kepada Sean, Namun percuma saja, teman-teman Sean langsung mengeroyoki Evano.

Hingga Evano tersudut lemah, dengan memar yang begitu banyak diwajahnya. Sean tertawa renyah, kemudian jongkok mendekati Evano.

"Gue heran, kenapa Della kelihatan senang sama lo. Padahal gue udah bersikap lebih ke dia, tapi malah nggak ada respon."

"Maksud lo apa?" balas Evano berusaha meninggikan suara, tetapi terdengar dengan nada yang lemas.

"Lo nggak perlu tau," Sean berdiri, sebelum berbalik arah, dia menendang perut Evano, membuat Evano meringis dan terbatuk-batuk kecil.

"Nggak nyangka gue, orang yang super pendiam, kalau dikampus ngobrolnya cuma sama buku, ternyata nggak ada bedanya sama setan."

Sean berbalik arah, ingin meninju Evano lagi, namun ditahan oleh teman-temannya.

Evano benar-benar terkulai lemas, wajahnya yang memar dipenuhi oleh darah. Dia berusaha bangkit untuk berdiri, jika hanya diam saja, pastinya tidak ada yang menolong, karena daerah tersebut cukup sepi dilalui.

***

Sudah tiga hari Evano tidak datang ke kampus, tidak ada terdengar berita tentang Evano. Vandella juga bertanya pada Kenan, Azam dan Hanan. Hasilnya nihil, mereka juga tidak tau, karena Evano yang tidak masuk merupakan hal yang wajar, jadi tidak dianggap terlalu serius.

Vandella [ Completed ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang