Two

260 23 0
                                    

Lagi dan lagi, salah satu kebiasaan yang sangat sulit dihilangkan dari Evano.Telat. Kebiasaan ini tidak hanya berlaku ketika masih menjadi anak sekolahan tetapi masih berlaku ketika menjadi anak kuliahan. Bagi Evano itu adalah tradisi yang mungkin menurutnya sudah masuk jadwal hariannya.

"Mau jadi apa kamu? masih maba tapi kelakuan udah kayak gini,"tegur Nadien. Nah kan, pagi-pagi udah dimarahin singa.

"Santai kak jangan ngamuk lah, tuh kan yang lain pada takut." gurau Evano.

"Eh lo pikir gue binatang apa?"

"Lahh, ngaku sendiri kan, saya nggak bilang loh kak."

Anna menghentikan perdebatan kecil mereka. "Oke, semuanya jangan kumpul dengan kelompok kecil dulu soalnya ada sedikit pengumuman," pinta Anna kemudian menyerahkannya kepada Rama.

"Btw teman-teman, besok kita bakalan ngadain malam keakraban atau biasa disingkat 'makrab'. Jadi ini seperti prom night teman-teman ketika SMA, disini kita bakalan ngadain games dan lain-lain semacam party ngerayain perjuangan teman-teman yang lulus di jurusan Hukum ini." Jelas Rama panjang lebar.

"Kak boleh dandan kan," sembur Hany dengan intonasi manja.

"Dasar cewek, sekali-kali natural face dong nanti ujung-ujungnya muka lo kayak badut juga kalau didandani, menor sana menor sini." repet Kenan sambil mempraktekkan cara menggunakan blush on.

Ketika istirahat Ospec Anna mengajak Evano untuk mengikutinya, ketika hendak meninggalkan tempat tersebut dia berselisih jalan dengan Vandella. Gadis itu menatap Evano jengkel namun Evano malah menghiraukannya dan memberikan kedipan nakal lalu tersenyum. Vandella bergidik ngeri ingin muntah setelah mendapatkan kedipan itu.

Sebenarnya Vandella sangat risih atas perlakuan Evano terhadapnya. Mulai dari selalu menatapnya, mengikutinya, memegang tangannya, dan bahkan sekarang memberikan kedipan layaknya cowok playboy haus perhatian perempuan. Dia tidak terbiasa dengan hal seperti itu kelakuannya melebihi batas wajar untuk orang yang baru bertemu bahkan belum cukup 1 minggu.

Anna membawa Evano ke belakang gedung kelas C, dari raut wajahnya Anna seperti ingin meminta sesuatu dari Evano. Anna menarik kencang pergelangan tangan Evano dan menatap dengan tatapan memelas kepada Evano.

"Lo mau nggak bantuin gue?" celetuk Anna tanpa basa-basi. Mungkin karena sudah merasa menjadi senior.

"Lo mau gue bantu apa?"

"Jadi pacar gue nanti di makrab,"

"Kenapa harus gue?" tanya Evano.

"Karena lo ganteng,"

Evano tertawa renyah, ucapan itu selalu terdengar basi ditelinganya.

Evano mendekat dan menyandarkan Anna ke dinding sehingga Anna tertahan oleh lengan Evano yang mengapit ruangnya untuk bergerak. "Kalau gue mau, lo mau kasih gue apa?"

Anna membelalakkan matanya dan menelan ludah, "Apa aja yang lo mau. Pakai tubuh gue juga gue welcome."

Bibirnya mendekati telinga Anna dan berbisik seketika itu juga terdengar deruan nafas Evano.

"Perempuan sundal."

Kemudian Evano meninggalkan Anna yang terdiam kaku mengumpulkan emosi dari ubun-ubunnya.

Anna berteriak kesal "Cowok anjing! Lo bakalan nyesel."

***

Kegiatan Ospec berakhir hari ini, dan seluruh mahasiswa Fakultas Hukum diberikan waktu istirahat besok untuk mempersiapkan diri pada acara 'makrab'.

"Vandella, lo besok malem dateng kan?" tanya Shania, sahabat Vandella dari SMA dan kini kembali menjadi sahabatnya di kampus.

"Udah gue bilang panggil Della aja, nanti lo keteteran manggil nama gue." Vandella sedikit mendengus kesal.

"Iyeee, Della. Gimana dateng nggak?"

"Gue malas dateng, banyak cewek 'laco' alias lapar cowok."

"Bisa aja lo. Apa lo takut ketemu kak Zildan?"

"Emang dia kuliah di sini?" tanya Vandella pura-pura tidak tau.

Shania berkecak pinggang dan menunggingkan bibirnya, "Halah sok gak tau lo. Lo masuk jurusan ini biar bisa ketemu kak Zildan, ngaku aja lo."

"Tapi gue nggak lihat dia selama di kampus," mata Vandella menyisir seisi kampus.

"Dia itu penanggung jawab kelompok garuda," timpal Shania. "Gue udah di jemput Satria. Lo harus dateng ya!" Shania kemudian berlari meninggalkan Vandella sendiri.

"Siapa Satria? lo ganti cowok lagi?" pekik Vandella. Shania hanya mencibir perkataan Vandella.

Senyum tipis dibibir mungil Vandella tampak cerah melihat tingkah laku sahabatnya. Dia tidak sadar bahwa sedaritadi dirinya diperhatikan oleh Evano.

Kini Evano mendekatinya.

Suara motor Evano terdengar sangat nyaring ditelinga Vandella, "Aku antar kamu pulang."

Vandella diam, dan terus berjalan.

"Kamu, ayo naik." bujuk Evano

"Bisa nggak sih nggak manggil aku-kamu, sok akrab banget."

"Gue bakal turutin deh, asal lo mau ngobrol sama gue dan nggak ngacangin gue terus."

"Gue nggak suka lo ngikutin gue terus. Apa maksud lo terus ngikutin gue?" sergah Vandella.

"Karena lo mirip seseorang," terdiam sejenak "cinta pertama gue."

Pupil matanya membesar tubuhnya terdiam, Vandella terpengah. Evano harus tau bahwa dia adalah kembaran Vandezza, tapi Vandella sulit untuk mengungkapkan itu, bibirnya kelu.

"Gue bukan seseorang dan juga bukan cinta pertama lo!." kemudian bergegas pergi meninggalkan Evano yang masih memperhatikannya.

Vandella langsung menaiki angkot menuju rumahnya, dia tidak tau bahwasannya Evano mengikutinya.

Selama perjalanan menuju rumah Vandella, dia mengenali rute tersebut. Persimpangan kemudian belok kiri dan angkot itu pun berhenti di depan rumah Vandezza.

Motornya terparkir sedikit jauh dari pemberhentian angkot itu. Vandella memasuki rumah itu. Evano bungkam benar-benar linglung sekaligus sangat shock, gadis itu juga tinggal dirumah Vandezza. Mana mungkin orang yang sudah meninggal hidup lagi bahkan Evano sempat berhalusinasi Vandella adalah sosok hantunya Vandezza.

_____________

Gimana nih? Apakah Evano bakal tau kalau Vandella adalah kembaran Vandezza. Terus gimana reaksinya?

Terima kasih udah baca cerita ini. Kasih vote dan komen ya. Kritik dan saran teman-teman sangat berguna bagi saya untuk evaluasi diri.

Vandella [ Completed ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang