Ten

172 12 0
                                    

Selamat membaca!

Sepuluh.

____________

"Della, Kak Zildan nge-chat gue katanya pengen ngajak lo ketemuan." Teriak Shania, membuat seisi kamarnya bergema. Tujuan mereka sebenarnya adalah membuat tugas, tetapi kacau seketika karena ucapan Shania. Vandella yang tadinya tengkurap, fokus menulis, tiba-tiba saja konsentrasinya luntur. Dia mengambil posisi duduk, mencondongkan tubuhnya berusaha menyebrat ponsel Shania. Bibirnya melengkung seperti bulan sabit.

"Tapi kok dia nggak nge-chat langsung ke gue ya? Kok mendadak gitu ya?"

"Nggak tau juga sih, gue juga udah kasih nomer lo, terus dia bilang malu buat nge-chat lo. Ya gini, minta sampein pesannya ke lo." Shania menunjukan pesan Zildan sebelumnya.

"Lo seriusan bakal pergi?"

"Lo tau kan gue udah jadi secret admirer nya Kak Zildan dari kelas sepuluh."

"Terus kaki lo gimana?"

"Udah 2 minggu, jadi udah sehat!" unjuk Vandella meloncat-loncat di atas kasur Shania.

Kamar Shania merupakan basecamp mereka berdua. Kamarnya dipenuhi oleh stiker dari berbagai karakter anime, jika ditelisik lagi cast dari anime Tokyo Ghoul paling mendominasi hingga ke alas kasurnya. Sebenarnya tempat nongkrong mereka dulunya adalah rumah Vandella, ya semenjak Vandezza meninggal, Shania sangat jarang berkunjung, jika berkunjung harus melihat situasi yang tepat.

Vandella sudah meminta izin ke Dina untuk menginap dirumah Shania dengan dalih membuat tugas. Tapi memang betul sebenarnya untuk membuat tugas, nyatanya diluar ekspetasinya. Dia tidak mau gagal atau menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Vandella si gadis cuek berhasil medapat misi pertama, kencan dengan pria idamannya. Ya walau mungkin Zildan tidak menganggapnya kencan tapi ajakan ini bagi Vandella itu adalah miracle.

Tanpa alih waktu dengan gercap Shania mengeluarkan baju-bajunya, Shania tau selera pakaian yang nyaman bagi Vandella. Gaya outfit sporty atasan oversized sweater berwarna abu-abu di padu dengan celana jeans, dan tidak lupa kombinasi seneakers putih. Sedikit polesan natural di wajah Vandella. "Nice!" Shania mengacungkan kedua jempolnya.

Tidak usah berdandan feminim, karena bukan gaya Vandella. Percuma wajah cantik, baju mahal tapi kalau hatinya busuk ibarat diluar bagai madu, didalam bagai empedu,
dan yang akhirnya kakak-beradik sama setan.

***

Vandella dan Zildan berjanji bertemu di cafe berfokus pada dessert. Pukul 7 malam, janji Zildan. Mobil putih mendarat dilokasi tersebut, kemudian Vandella turun.

"Semangat babe."

"Lebay lo. Gue duluan ya."

Vandella melambaikan tangan ketika mobil Shania melaju meninggalkannya sendiri. Dadanya berdegup kencang, nafasnya menjadi tak karuan. Vandella mengurut dadanya, mengumpulkan rasa optimis agar tidak nervous. Dia bercermin didepan kaca jendela cafe memperbaiki anak rambutnya yang mulai rusuh. Kemudian memasuki cafe, ternyata Zildan sudah duduk menunggunya.

"Maaf Kak, telat." ucap Vandella sedikit merasa bersalah.

Zildan hanya tersenyum, mempersilahkan Vandella duduk. "Kamu mau pesen apa?" Zildan menyodorkan buku menu ke Vandella.

"Samain aja sama kakak." Zildan memanggil pelayan memesan 
Avocado Coffee Crunch.

"Kak, kenapa kakak ngajak aku ke ketemuan? Ada perlu apa ya kak?" tanya Vandella polos, sungguh benar-benar polos.

Vandella [ Completed ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang