Nineteen

128 8 0
                                    

19
______

Selama satu minggu penuh ini, Evano kembali menjadi si raja mabuk. Terkadang bermalaman di bar, dengan menikmati beberapa botol wine dan hiburan semata dari wanita klub malam.

Bagaimana dengan ujian akhir semester ? Evano tetap datang, tanpa persiapan belajar, otak seadanya dan terkadang datang ke kampus dengan bau alkohol.

Pria ini memasuki ruangan ujian dengan kantong mata yang sudah seperti panda, sedikit berbau alkohol, pintarnya ia tutupi dengan semprotan parfum nan begitu pekat. Evano dan juga Vandella tidak satu ruangan ketika ujian, karena nomor induk mahasiswa mereka yang berjauhan bagai matahari dengan neptunus. Bagaimana tidak, Vandella masuk ke kampus sebagai mahasiswa undangan, sedangkan Evano melalui jalur mandiri, hanya ditambah uang pembangunan ia akhirnya bisa masuk jurusan hukum.

Dia merebahkan kepalanya dengan melipat kedua tangan diatas meja, sambil menunggu pengawas ujian tiba. Waktu 10 menit cukup baginya untuk istirahat tambahan, kelopak matanya datar, ia memejamkan mata.

"BROO!!" teriak Hanan, hal itu membuat Evano mendesah kecil, kemudian menegakkan kepalanya.

Hanan mengendus tubuh Evano, "kok ke bar nggak ngajak-ngajak?"

"Lo kali yang nggak mau." ucap Azam,

"Lo juga Ken? Ikut? Kapan? Dimana? Bareng mereka?"

Jari-jari Kenan berhasil membuat Hanan berhenti berbicara, dengan membekap mulutnya. "Dasar mulut emak-emak, nyerocos mulu!"

"Berisik kalian, gue butuh istirahat nih!" Evano angkat bicara, karena ia merasa terganggu.

"Halah! Emang semalam lo main sama berapa cewek ?"

"Gila lo! Lo pikir gue om-om apa? Gue ke bar itu buat refreshing."

"Waduh bambank, refreshing kok ke bar sih? Kalau mau menenangkan pikiran itu ke pantai kek, gunung kek," Hanan tertawa, dan bercerocos kembali.

"Lo kayak nggak tau si Vano aja," kata Kenan.

"Pengawasnya dateng cuy," Azam memukul pelan meja, memberi aba-aba.

Pengawas membagikan lembaran kertas ujian, dan menyuruh mahasiswa menyelesaikannya dalam waktu 90 menit.

Dalam waktu 20 menit, Evano mengemasi tas nya, dan membawa lembar jawabannya kepada pengawas.

"Waduh nak, cepat sekali kamu ya? Pasti orang tua kamu bangga punya anak sepintar kamu,"

"Makasih Pak atas pujiannya, saya terharu, soalnya baru kali ini ada  yang muji saya pintar," seisi kelas tertawa, Pengawas tertipu daya oleh kecepatan Evano dalam mengerjakan soal. Kemudian ia bersalaman dengan pengawas disertai kiss bye sebagai bumbu pelengkapnya.

"Orang gila kali dia ya," ucap pengawas ujian sambil menggelang-gelengkan kepala.

***

Evano dan kawan-kawannya terkadang nongkrong di tangga penghubung lantai satu dan dua. Terkadang bagi mahasiswi yang lewat di bagian tangga itu risih, tentu saja untuk melewati tangga itu mereka harus bertarung dengan seribu gombalan dari laki-laki yang nongkrong disana.

Tujuan mereka nongkrong di tangga memang untuk menggoda mahasiswi yang lewat disana.

"Neng, rok nya kurang keatas neng," dia Rio, kakak tingkat yang paling di takuti perempuan, apalagi brewokan yang memenuhi wajahnya itu.

"Bang, lo punya cewek cakep-cakep karena hasil godaan kayak tadi ya?" Azam sepertinya tertarik menjadi murid dari Rio.

"Iya, lo harus cari gombalan semacam yang gue omongin tadi."

Vandella [ Completed ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang