Kau tahu apa yang paling lucu?
Hyuuga lemah ini, sehabis menangis rupanya. Ada sayatan kecil yang entah mengapa menggores hati lelaki angkuh itu, kala irisnya menemukan jejak air mata yang sengaja dihapus oleh empunya sendiri.
Rasa penasaran menggrogoti Sasuke, ia sengaja semakin mendekat, membiarkan nafasnya yang dingin menerpa wajah si sulung Hyuuga yang tepat berada dalam kungkungannya.
"Kenapa ...." Kau menangis?
Benaknya bertanya-tanya, mengapa ia begitu ingin tahu mengenai penyebab gadis bodoh itu menangis?
Tetapi, respon Hinata semakin membuat sang Uchiha sendiri geram.
"Le-Lepas ...."
Kening Sasuke berkerut dalam.
Keh, suaranya saja bahkan tidak sanggup untuk membuat nyali seorang Sasuke menciut. Benar-benar, gadis bodoh. Cengkeraman kedua tangan Sasuke untuk menahan Hinata tetap berada dalam tempatnya, semakin menguat.
Sasuke tidak suka, saat semua yang ingin ia tahu, tidak diberitahu.
Lelaki pucat itu mendecih, memaksa wajah Hinata untuk terangkat membalas tatapannya yang sinis. "Brengsek, gadis lemah sepertimu benar-benar memuakkan," umpatnya tanpa mau tahu bahwa ucapannya menambah kesesakkan yang sedari awal menempel erat pada diri Hinata sendiri.
Apa laki-laki Uchiha itu salah? Sasuke hanya merasa kesal saat ... saat Hinata tidak menceritakan apa yang ingin ia ketahui, hanya itu. Tapi mengapa, cairan air bening itu mengalir, lagi?
Sasuke menggigit lidahnya sendiri, dan untuk kedua kalinya, dirinya merasa, sayatan yang menggores hatinya semakin dalam tertancap sehingga menimbulkan luka yang begitu sakit.
"... go-gomen ...,"
Tidak!
Mengapa malah harus meminta maaf?
"Gomenasai, Uchiha-san, go-gomenasai ...."
Bukan begini, maksud dari Sasuke. Tidak, bukan begini.
Air mata Hinata mengalir deras, satu per satu membasahi kedua pipinya yang memerah, dan itu semakin membuat Sasuke merasa bersalah, dengan spontan Sasuke melakukan tindakan, yang bahkan dirinya sendiri tidak mengerti kenapa ia melakukannya.
Lelaki itu mendekap Hinata kasar, merengkuhnya, memeluk tubuh mungil Hinata yang kecil dan ringan.
"Sial, berhenti menangis!"
Kau tahu? Sebenarnya bukan ucapan itu yang ingin Uchiha bungsu itu katakan. Sayangnya, hanya kata perintah nan umpatan yang tetap keluar dari mulut kotornya.
Dan ya, tangisan Hinata tidak berhenti sampai di sana.
Tangisan yang membawa mereka tetap saling mempertahankan posisi yang sedemikian intimnya. Suara isakan Hinata mengiringi malam yang sama sekali tidak dipenuhi jutaan bintang ataupun bulan yang bersinar terang. Sasuke tetap menunggu, tak mempermasalahkan kimononya yang mungkin saja sudah basah oleh air mata Hinata.
Ada yang bilang cinta bisa saja hadir sebab unsur dari ketidaksengajaan, rasa yang mereka bilang berasal dari kesederhanaan yang manis. Dan di sini takdir sedang membawa dua insan berkerpribadian berbeda, untuk perlahan menuju rasa yang mereka bilang kesederhanaan yang manis itu sendiri.
Pelukan Sasuke menguat, aroma Hinata yang lembut memenuhi indra penciumannya.
Tidak jauh dari tempat mereka berada, Naruto memperhatikan dengan jelas kedekatan yang begitu intim di lakukan oleh kedua ninja yang memiliki kemustahilan nyaris 95% untuk saling mendekap seperti itu.
Iris biru lautnya memantulkan bayangan Sasuke dan Hinata di tempat dimana gedung-gedung menutupi mereka menggunakan bayangan.
Sasuke itu ...
apa alasan ia tiba-tiba kembali pada Konoha, ialah sulung dari clan Hyuuga yaitu Hinata?
Jantung laki-laki Uzumaki itu, berdenyut nyeri.
Oh, dan sekali lagi, apa Naruto akan merasakan patah hati terhebatnya untuk gadis yang berbeda? Kenapa Sasuke bisa mendapatkan apa yang, ia inginkan dengan begitu mudah? Mengapa harus Hyuuga yang itu? Mengapa harus Hinata?
Naruto menelan ludahnya susah payah, iris birunya menggelap, melirik Sakura yang sudah terisak berlinangan air mata di sebelahnya.
Kenapa seringkali, cinta mempermainkan perasaan mereka dengan mudah begitu saja? Perasaan manusia, tidak selucu itu, kan?
○○○
Lima hari telah berlalu, dan dalam jangka waktu yang lumayan singkat tersebut, Sasuke menyelesaikan urusannya terhadap Tsunade, hokage dari desa Konoha.
Setiap hari Sasuke sangat-sangat mencoba untuk tetap bersabar melakukan kebaikan yang bisa dikatakan sangat bukan dirinya itu, menolong tanpa di upah, membantu mereka yang kesulitan tanpa di bayar, eits itu bukanya sama saja intinya ya? Ataupun bekerja lainnya yang pastinya tidak diberi uang.
Walau begitu, setiap hari Sasuke diam-diam mencari tahu tentang tradisi ataupun adat-istiadat Hyuuga yang membuat Hinata menangis ---ekhem malam itu padanya.
Kecanggungan memang sering terjadi pada mereka berdua semenjak insiden malam itu, tetapi Sasuke tidak terlalu mempermasalahkannya. Selama, Hinata masih mau berbicara padanya satu dua patah, hal itu sudah lebih daripada cukup.
Satu hal lagi yang sedikit mengganggu pikiran Sasuke ialah, teman satu se-timnya. Sakura Haruno. Ada yang berbeda pada gadis itu ketika bersama dengannya. Terlebih lagi Naruto yang seakan menghindarinya. Memangnya ia merupakan salah satu jenis hama?
Menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya, Sasuke menengadah, memandang kediaman Hyuuga yang kelewat sunyi untuk ukuran rumah besar yang dihuni satu keluarga besar. Mengingat kata keluarga, lagi-lagi bayangan masa lalu menyelinap masuk menelusuri hati Sasuke.
Ia ... sangat-sangat merindukan kehangatan keluarganya, saat itu.
Semilir angin meniup sebagian wajahnya halus, Sasuke menjadi penasaran apa yang sedang di lakukan Hyuuga itu, di tengah malam?
Baiklah lupakan masalah tentang penguntit, Sasuke bukan penguntit, sungguh! Dia hanya ... begitu penasaran tentang apa yang sedang dilakukan gadis berambut biru indigo itu. Jadi sudah jelas bukan, Penguntit dengan penasaran, sangat jauh berbeda.
Yup, dan di sini lah, Sasuke bersembunyi, mengintip dari luar jendela yang belum tertutupi gorden.
Sebenarnya, Sasuke tidak berniat -- ralat belum berniat untuk memasuki kamar Hinata melalui jendela. Namun, tubuhnya yang tidak lagi menuruti kata logikanya sendiri, ketika di dalam sana, Hinata bertekuk lutut di lantai dengan penampilan yang cukup dibilang berantakan.
Sasuke tidak bisa lagi hanya mengintip ataupun bersembunyi di balik dahan pohon yang besar, kedua tangannya sudah berakhir mendekap -- yang entah ke berapa kalinya -- tubuh Hinata, untuk menenangkan Hyuuga sulung itu, yang sekali lagi Sasuke bertanya-tanya, mengapa gadis itu sering sekali, menangis? Tak bisakah Hinata tersenyum, walau hanya sebentar saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Everything
FanfictionNaruto Milik Masashi Kishimoto. SASUHINA CANON! [COMPLETED] Kau segalanya.