Jarak || 10

7.3K 802 42
                                    

"Hinata!" Panggilan itu sudah ketiga kalinya, jika Sasuke tidak salah mengingat. Matanya menajam, melangkah cepat mencengkeram seluruh tubuh Hinata agar berada dalam kungkuhannya.

"Ada apa denganmu?" tanya Sasuke buru-buru. Ia bukan laki-laki bodoh yang tidak mengerti dengan semua sikap yang ditunjukkan Hinata padanya. Gadis itu menghindarinya, membuat Sasuke merasa kesal karena dijahui tanpa penjelasan. Iris kelam si Uchiha mulai berkilat marah.

Hinata menunduk, wajahnya memucat luar biasa.

"Le-Lepas Uchi --"

Bahkan suaranya pun bergetar ketakutan. Dahi Sasuke mengernyit, menambah kekuatan dalam cengkeramannya pada bahu Hinata. Napas mereka saling beradu.

"Uchiha? Kau melupakan kesepakatan kita?" potong Sasuke tanpa mau membiarkan Hinata menyelesaikan kalimatnya. Memangnya Sasuke, lelaki seperti apa? Dirinya sudah cukup bersabar kemarin-kemarin walau ia tahu Hinata menghindarinya saat mereka tanpa sengaja saling menatap.

Awan mulai bergumpalan dilangit, menutupi bulan dan bintang untuk mengeluarkan isinya yang sudah lama disimpan. Warnanya memekat kehitaman.

Sasuke menarik napas dalam-dalam.

"Dengarkan aku, Hinata."

Hinata tidak mendengarkan, kelopaknya terpejam disertai tungkai kaki yang semakin melemas.

"Tatap aku, Hyuuga."

Tidak-tidak Hinata tidak mau menatapnya. Kepala gadis berambut indigo itu semakin tertunduk, sengaja untuk memberi sinyal pada Sasuke, bahwa ia tidak mau menurutinya.

Tidak, Hinata tidak mau menatap iris hitam yang mampu menghipnotisnya dalam waktu yang cukup lama.

Hinata ... tidak ... mau.

"Hinata!"

Jantung Hinata berdegup meletup-letup, napasnya mulai tersendat. Tubuhnya gemetar dengan mata yang memanas.

Sasuke memaksa wajah Hinata agar balas menatap wajahnya, iris berbeda warna itu saling bertemu, pelupuk Hinata yang penuh air mata nyaris saja jatuh membasahi pipi.

"T-Tolong ... lepas ...," lirih Hinata sesegukan. "lepas ...." sambung Hinata menjerit. Pipinya basah oleh air mata yang belum berhenti. Ia terisak kecil.

"Lepaskan aku U-Uchiha-san ...."

Berapa kali Hinata harus mengatakannya? Ia tidak bisa untuk menatap iris hitam milik Sasuke yang dipenuhi jutaan pesona. Hinata tak akan pernah bisa menahan air matanya. Padahal, jauh-jauh hari, Hinata sudah mempersiapkan akan hatinya, namun ketika bertemu. Semuanya benar-benar terasa salah.

Hinata tidak mengerti, Naruto adalah laki-laki yang ia kagumi, juga ia sukai, tetapi Sasuke sedikit berbeda. Ada hal yang membuat Hinata tidak bisa lari dari laki-laki angkuh semacam Uchiha itu. Ia adalah laki-laki yang memberikan apa yang dibutuhkan Hinata. Lelaki yang tahu, tanpa perlu Hinata menceritakan asal-muasal lukanya yang dulu terbuka lebar.

Hinata jelas mengetahui bahwa Sakura begitu sangat mencintai Sasuke pun sebaliknya. Maka dengan perlahan, Hinata akan memilih memundurkan diri dan melupakan segala rasanya. Menghindari Sasuke tanpa Sakura harus memintanya.

Tapi, jika Sasuke memperlakukan Hinata seperti ini, Hinata bisa melemah dan menjatuhkan diri dari pendiriannya.

Hinata terlalu takut, takut pada akhirnya ia akan menyerah dan membiarkan dirinya jatuh dalam dekapan laki-laki itu selamanya.

Karena bagaimana pun juga, Hinata adalah gadis yang jika saja sudah mencintai seseorang maka ia akan terus mencintainya sampai akhir.

Sasuke membungkam, jarak mereka hanya dibatasi beberapa senti, begitu kritis juga mendebarkan.

"Kau pikir jika kau menangis, aku akan melepaskanmu?"

Mata Hinata terbuka, irisnya membulat.

Sasuke menangkup wajah Hinata hati-hati, jari panjangnya dengan telaten membersihkan air mata Hinata menggunakan ekspresi yang masih sama datarnya.

Hidung mereka bersentuhan. Hinata menahan napas, ribuan sengatan listrik seolah memenuhi sekujur tubuhnya.

"Kau ini," keluh Sasuke dibuat-buat, tatapan Sasuke melunak "sungguh lemah dan cengeng," bisiknya pelan.

"Kau pikir dengan menangis, masalahmu akan selesai begitu saja? Ck, kau benar-benar bodoh kurasa."

Kenapa disaat seperti ini, Sasuke masih saja memberikan prilaku yang begitu baik padanya?

"Aku ...," Sasuke menyatukan keningnya dengan milik Hinata, "aku tidak bisa berhenti memikirkanmu saat tahu kau menghindariku, Hinata."

Hinata membatu.

"Kenapa?"

"Aku ...." jawab Hinata tidak bisa mengungkapkan isi hatinya. Rasa hangat mengalir memberi kenyamanan pada gadis itu saat mendengar penuturan sederhana yang diberikan Sasuke.

"Ada apa denganmu?"

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Hinata, jarak mereka mulai menipis. Hinata dengan jelas dapat merasakan hembusan napas yang berasal dari Sasuke, Tubuhnya tak dapat digerakkan saat Sasuke memeluk pinggangnya memperpendek jarak mereka. Telapak tangan berkulit pucat itu terasa hangat menelusuri tengkuk Hinata lembut.

Jantung Hinata berpacu menggila.

Wajah Sasuke benar-benar dekat, sampai-sampai Hinata merasa iris hitam Sasuke begitu intens memperhatikan bibirnya.

Bi ... bibir?

Hinata terbelalak, kewarasan mengambil alih otak Hinata. Gadis itu mendorong dada Sasuke cepat, pernapasnya kacau, Hinata memalingkan wajahnya yang memerah.

Cengkeraman Sasuke terlepas, lelaki itu memundurkan langkahnya terkejut.

"Go-gomen, gomennasai Uchi -- ah ma-ma-maksudku Sa-Sasuke-kun," Hinata menggaruk pipinya yang tidak gatal dengan gelagapan. "A-Aku harus pulang."

Hinata berjalan setengah berlari meninggalkan Sasuke, tangannya meremas jari-jemarinya gugup.

Bodohnya Hinata, tadi itu benar-benar nyaris saja. Hinata merutuk dirinya sendiri.

Hinata rasa tubuh dan otaknya benar-benar aneh, ia bahkan tidak bisa bergerak hanya dengan sentuhan kecil yang diberikan Sasuke padanya.

Hinata menutupi seluruh wajahnya, malu menggunakan kedua tangan, karena sungguh, nyaris semua wajah, telinga juga lehernya memerah pekat, merona begitu saja.

Sasuke menatap punggung Hinata yang menghilang, ia mengacak rambutnya mendecih. Lalu memukul dinding disebelahnya hingga meretak.

"Sial," umpatnya, dengan semburat merah yang memenuhi kedua pipi.

○○○

"Naruto."

Yang dipanggil segera menoleh, menghampiri gadis berambut merah muda itu menunggu Sakura menceritakan semua hal yang sudah terjadi belakangan ini.

Ingatan saat Hinata menangis untuk pertama kalinya masih membengkas dalam memori laki-laki kuning itu.

Iris biru safirnya menatap langit malam yang dipenuhi awan menghitam.

Ah jadi cuacanya sedang mendung ya?

"Aku mencintai Sasuke, Naruto."

Satu tetesan, Sakura menjadi mudah sensitif jika bersangkutan tentang hati dan Sasuke-nya.

"Sama sepertimu, yang mencintai Hinata."

Hening.

"Bisakah kau ...," Sakura memejamkan matanya, gomennasai Kami-sama. "Membuat Hinata menjauhi Sasuke, Naruto?"

You Are EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang