Permintaan Maaf || 16

6.9K 728 33
                                    

Taman Konoha.

Dua gadis itu berada di sana lagi.

Hinata mengulurkan tangannya yang bergetar meraih kedua tangan Sakura yang duduk berada di sebelahnya.

Kepala Sakura terangkat, namun tidak berani balas menatap iris keperakan Hinata dalam jangka waktu yang lama.

Dua ninja wanita itu masih mengenakan pakaian khas mereka seperti biasanya, Hinata dengan jaket ungunya sedangkan Sakura dengan baju merah muda kebanggannya.

Hinata menarik napas panjang lalu memulai ceritanya.

"A ... a ... aku tanpa sengaja pernah bertemu Sasuke-kun, dulu." Hinata tersenyum sejenak, memorinya kembali berputar saat ia tersesat di kuil. Saat di mana takdir memulai permainannya.

"Da ... dari awal a-aku tidak menyukai sosoknya yang memiliki sifat dingin, pemaksa, angkuh, arogan dan ... kasar." Hinata meringis, pelupuk matanya terpenuhi air mata namun gadis itu menahan sekuat tenaga untuk tidak menumpahkannya. "D-Dia memang jahat, sangat jahat ...." Mata Hinata terpejam. Tubuhnya bergetar.

"Tapi itulah dia, a-aku ... tanpa ku sadari aku ...." Hinata menarik napas sesegukan. "Aku malah menyukai semua sifat buruknya." Bersamaan dengan kata-katanya air mata Hinata jatuh disertai isakkan dan napas yang memburu.

Sakura bergeming.

"D-Dia yang dingin, d-dia yang pemaksa seperti anak-anak, dia yang angkuh dan suka sekali meremehkan banyak hal, dia yang semaunya sendiri ...." Jantung Hinata berdetak liar di dalam rongga dadanya. "Dia ... Sasuke-kun yang memelukku saat itu."

Hinata menangis. Isakannya terdengar tersendat.

Hinata tidak tahu apa yang nanti dilakukan Sakura saat Hinata mengungkap kebenaran mengenai perasaannya.

Walaupun rasanya Hinata ingin menghentikan pembicaraan yang akan melukai Sakura, gadis Hyuuga itu tetap berusaha menyelesaikan kalimatnya yang terputus-putus.

Karena Hinata tidak ingin menyakiti Sakura, lebih jauh lagi. Terlebih menggunakan sebuah kebohongan.

Hinata tak akan pernah lupa, pada seseorang yang sudah menutupi lubang mengangah pada hatinya. Merasakan dikhawatirkan oleh seseorang benar-benar terasa menyenangkan. Hinata merasa nyaman saat mengetahui Sasuke memberikan Hinata kekuatan untuk tetap berdiri kuat dengan cara-caranya yang unik.

Hinata menyukai semua tentang Sasuke.

Semuanya.

Tak terhitung hingga Hinata sendiri tidak bisa mendeskripsikan betapa Hinata sangat-sangat menyukai seorang Uchiha Sasuke. Menyukainya hingga berujung mencintai sampai jantungnya akan berdetak sakit merasakan Sasuke menjahui dirinya.

"Gomen ... gomennasai Sakura-san, gomennasai Sakura ...." Hinata terisak keras, wajahnya menunduk, kedua tangannya meremas jari-jari ramping Sakura gelisah. "Gomen ... gomennasai Sakura, aku ... aku ... a ... aku mencintai Sasuke-kun. Aku sangat mencintainya."

Tubuh Hinata meremang, dadanya terasa sesak.

"Aku mencintai Sasuke-kun, Sakura. Gomennasai, a ... aku melanggar janji kita, go-gomennasai Sakura-san."

Aku-Hinata sesegukan, terisak putus asa. Kedua matanya basah dan sembap. Bibirnya yang mungil mengulang permintaan maaf berkali-kali tanpa lelah.

Sakura mengangkat kepala, iris berbeda warna itu saling beradu. "Aku ... aku tak pernah melewati hari tanpa memikirkan Sasuke-kun." Suaranya yang halus mengalun lembut menusuk hati Hinata secara perlahan. Setelah beberapa menit keheningan menyelimuti mereka berdua, pada akhirnya Sakura membuka suara memberi Hinata perasaan was-was berlebihan akan sikap apa yang akan ditunjukkan Haruno itu.

"Detik, menit, jam, hari, bulan bahkan bertahun-tahun aku selalu memikirkan Sasuke-kun, Hinata."

Hinata bergerak resah, irisnya yang besar dan berwarna keperakan kini sedikit dihiasi kemerahan akibat terlalu sering mengeluarkan air mata.

"Go-gomen,"

Sakura menggeleng. Satu isakkan keluar dari bibirnya bersamaan dengan air mata yang mengalir seperti sungai.

"Aku sering bermimpi mengenai kehidupan bahagia bersama-nya. Melewati hari dengan canda tawa seperti gadis-gadis remaja lain yang sedang jatuh hati pada umumnya."

Hinata menahan napas, sekali lagi meremas telapak tangan Sakura yang masih berada dalam genggamannya dengan tidak tenang.

Lagi-lagi Sakura terluka. Lagi-lagi Sakura tersiksa. Hinata harus bagaimana?

Apa yang harus Hinata lakukan?

"Aku begitu menggilai sosoknya yang sempurna."

Sakura memiringkan kepalanya, matanya menerawang jauh seolah dapat melihat dirinya yang lain yang sering sekali membututi Sasuke kemana-mana.

Hinata memejamkan mata, "Gomen ...." bisiknya kecil.

"Kupikir ahh tidak apa, mungkin besok Sasuke-kun akan berubah, atau mungkin lusa, minggu depan, atau suatu saat nanti, Sasuke-kun akan melihatku, membalas perasaanku."

Sakura balas meremas kedua tangan Hinata yang kecil, suaranya terdengar pecah sesegukan, air mata kembali mengalir.

Hinata mengulang permintaan maafnya.

Lagi, Sakura menggeleng.

"Aku ...." Sakura menggantungkan kalimatnya.

"Terlalu mencintainya, terobsesi mengenainya ...." sela gadis Haruno itu tersenyum masam. "Tapi ... bukan berarti jika aku tidak bersama-nya aku akan mati, Hinata." Sakura mengulurkan tangannya, mengusap air mata Hinata perlahan. "Gomennasai telah berlaku egois, Hinata-chan."

Detik itu Hinata tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis semakin keras, terisak sesegukan begitu hebat.

Sakura memeluk Hinata yang segera direspon Hinata begitu cepat.

"Seseorang pernah mengatakan padaku, bahwa aku pantas dicintai oleh lelaki lain yang lebih pantas. Dibandingkan mengemis cinta pada laki-laki yang bahkan tak pernah melirikku."

Hinata mengangguk, mengeratkan pelukan mereka. "Ka-Kau tidak mengemis Sakura-san. T-Tolong jangan bicara seperti itu."

Hinata mengeluarkan air matanya, dadanya bergemuruh dengan begitu melegakan mendengar penuturan Sakura yang sudah memilih mengikhlaskan tentang Sasuke.

"Kau ... kau pasti bahagia, ka-kau pasti bahagia Sakura-san," lirih Hinata seperti sebuah doa kecil yang ia panjatkan pada Kami-sama.

Sakura tersenyum, "Pasti Hinata, itu pasti." Tangannya mengusap punggung Hinata.

"Kau tidak perlu khawatir mengenai janji yang ku utarkan saat itu, Hinata. Sebenarnya kau tidak melanggarnya, karena sekarang kau mencintai Sasuke-kun bukan menyukainya seperti perjanjian awal."

Pelukan mereka terlepas, Hinata mengerutkan dahi.

"Me-Memang berbeda?"

Sakura terkekeh, "Tentu saja, Ino memberitahuku bahwa suka dan cinta itu berbeda." Sorot Sakura meredup bersalah. "Jadi, gomennasai, telah membuatmu kesulitan dan menyewa beberapa ninja lain untuk mengurungmu Hinata."

Hinata menggeleng, senyumnya tetap terukir manis di kedua pipinya. "Tidak, sudah lupakan saja, Sakura-san."

"Kau pasti tertekan, ya? Gomen, itu semua salahku."

Hinata tetap menggeleng, mengatakan semua tetap baik-baik saja seperti biasanya. "T-Tidak, sudah lupakan saja. Menurutku kau gadis baik, Sakura-san. Kau gadis yang baik. A-Arigatou."

Sakura tersenyum lebar tertular oleh senyum Hinata yang menenangkan.

"Kau teman terbaik, Hinata."

You Are EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang