Tomat ; Onigiri || 08

7.9K 829 48
                                    

Hinata berkedip, kepalanya sedikit terangkat akibat tinggi badannya yang hanya mencapai dada lelaki itu. Kini dirinya berada di Kediaman Uchiha bersama Sasuke, jika saja Hinata tidak mengingat akan kebaikan Sasuke saat menghiburnya waktu itu, Hinata mungkin akan takut berduan dengan laki-laki itu sekarang.

"Ano ... i-itu Uchiha-san memintaku untuk memasak?" tanyanya ragu memastikan pendengarannya yang bisa jadi sedang bermasalah, matanya mulai menjelajahi setiap ruangan dan menemukan bahan-bahan seperti buah, sayur atau bahan masak lainnya di atas dapur dekat wastafel lengkap.

"Hm, aku terlalu banyak membeli bahan makanan, jadi kau saja yang mengurusnya." Ada jeda sejenak, Sasuke mulai melangkah menduduki ruang makan yang tidak jauh dari dapurnya berada. "Aku sudah muak menikmati banyak makanan instan terus-menerus, Hyuuga."

Hinata ikut menoleh pada Sasuke yang berada di ruang makan, dahinya mengernyit.

"Tapi ... kenapa aku?"

Sasuke berdecak, irisnya balas menatap tajam Hinata, mengintimidasi, "Lakukan saja apa kataku."

Hinata tersentak, lalu mengigit bibirnya gelagapan.

"Ta-Tapi --"

"Keras kepala. Kau ingin aku adukan pada adikmu, hm?!"

Hinata menggeleng cepat. Hanabi sudah bekerja keras, jika adiknya itu tahu kalau dirinya sering menangis, dia bisa ikut bersedih nanti, dan Hinata tidak ingin hal itu terjadi.

Sekali ini saja, Hinata mengikuti kemauan Uchiha satu itu, lain kali ia akan menolak jika Sasuke meminta bantuan lagi padanya. Lagipula memasak merupakan pekerjaan mudah bagi Hinata.

Dimulai dari membersihkan beberapa sayur yang akan ia masak nanti di wastafel, Hinata mengambil apron yang sepertinya terlihat masih baru, dan menggunakannya.

"U-Uchiha-san ingin ... kumasakan apa?"

Tidak mendengar jawaban, Hinata menghentikan air yang mengalir dari keran, menoleh bingung yang berakhir mendapati Sasuke menatap punggungnya intens, jantung Hinata berdetak tidak karuan.

"U-U-Uchiha-san?"

"Hyuuga."

"H-umm?"

"Jika suatu saat rambutmu panjang, kau harus memotongnya hingga seperti sekarang ini, mengerti?"

"Kenap --"

"Tidak ada bantahan, kau ini sering sekali membantah aku. Kau paham?!"

"I-Iya." Hinata mengangguk kaku, lalu memilih melanjutkan untuk membersihkan peralalatan masaknya sebelum digunakan. Setelah selesai, tangannya dengan lihai memotong beberapa sayur untuk dijadikan bumbu.

"Uchiha-san kau ingin kumasakan apa?" tanya Hinata lagi tanpa menoleh.

"Terserahmu saja."

Hinata mengangguk, mulai memanaskan penggorengan di kompor.

"Hinata."

Hinata menghentikan aktivitasnya, jantungnya berdegup cepat saat namannya meluncur dengan mudah pada suara Sasuke yang berat.

Gadis itu mulai menggigit bibirnya -- kebiasaan, tanda bahwa ia merasa gelisah dan bingung.

Seharusnya jantungnya tidak boleh berdegup secepat ini.

"Bisakah kau panggil namaku seperti aku memanggil namamu tadi?"

Hinata membalikkan badan, meremas ujung apronya.

"Tapi Uchi --"

Sasuke mendengkus keras, "Kau memanggil Naruto dengan begitu dekat, mengapa aku tidak boleh? Kau pilih kasih sekali, Hinata."

"Bu-Bukan begitu Uchi -- ah Sasuke-san, aku hanya merasa ma-masih sedikit canggung denganmu."

"Panggil aku dengan akhiran yang sama seperti Naruto. Sudah berapa kali kau membantahku Hinata Hyuuga?!"

"Tapi ...." Hinata menghembuskan napas menyerah ingin membantah pun pada akhirnya gadis itu yang akan kalah, kekanak-kanakan dan harus dituruti. Baiklah, Hinata mencoba sangat memaklumi. "Sa ... Sasuke-kun."

Detik itu rasanya Sasuke ingin tersenyum lebar seperti orang idiot.

Melanjutkan aktivitasnya yang tertunda, Hinata mulai memasukkan bahan-bahan yang sudah ia potong-potong. Aroma bumbu rempahan memenuhi kediaman Uchiha hingga terasa hidup kembali.

Sasuke mengamati punggung kecil itu, telingannya yang peka dengan samar-samar dapat mendengar senandungan Hinata yang bernyanyi persis seperti Mikoto saat dulu Kaa-sannya masih bersamanya.

Kalau diperhatikan lagi ... Hinata itu memang sedikit mirip dengan Mikoto, mendiang Ibunya.

Tanpa disadari, sudut bibir Sasuke terangkat membentuk garis senyuman simpul.

Ya, mereka benar-benar mirip.

"Hinata."

"Hmm?"

"Aku menyukai tomat dan onigiri."

Hinata mengerjap tidak mengerti, "Hmm?"

"Ck! Kau harus mengingatnya, bodoh!"

"Ah ... ba-baik."

Hinata mengaduk beberapa bumbu lain yang mulai siap, kemudian melumuri ayam yang nantinya akan ia goreng bersamaan.

"Hinata."

Dahi Hinata berkerut, Uchiha bungsu itu mengapa tidak bisa berhenti untuk memanggilnya, sih.

Hinata menjadi geli sekaligus gemas sendiri.

"Hmm?"

"Apa kau tidak bisa belajar untuk mementingkan dirimu sendiri, Hinata?"

"A-Apa maksud --"

"Sesekali demi kebahagiaanmu, tidak apa."

Hinata menelan ludahnya susah payah, kelopak matanya terpejam erat.

Sasuke selalu saja berhasil membuatnya memiliki perasaan bercampur aduk, hingga terasa sesak.

Pelajaran baru apalagi yang ingin diajarkan Sasuke padanya?

○○○

Naruto memasuki jendela yang menghubungkan langsung pada dapur Sakura, karena dirinya terbiasa melakukan seperti itu dan gadis Haruno tidak mempermasalahkan, hal itu pun menjadi kebiasaan si Uzumaki.

"Sakura apa yang sedang kau lakukan?"

Sakura mengangkat kepalanya antusias, senyum ceria tergambar dari wajahnya.

"Memasak Onigiri dan beberapa masakan yang lain untuk Sasuke-kun, Naruto."

Naruto mengangguk, memutari meja dapur menyelidiki. Kemudian, matanya memincing.

"Tumben sekali, kau kan buruk dalam hal memasak." Naruto terkekeh lalu dihadiahi sebuah pukulan di bagian bahu hingga ia meringis kecil. Pukulan Sakura benar-benar terasa sakit.

"Aku sudah belajar memasak dari beberapa buku yang sudah aku pelajari, kau mau mencobanya?"

Naruto menggeleng cepat juga ngeri, "Tidak, terima kasih."

"Rasanya lumayan, sungguh."

"Tidak-tidak terakhir kali aku mencoba masakanmu, aku berakhir bolak-balik ke kamar mandi terus ttebayo, menyebalkan sekali saat itu!"

Lalu Naruto tertawa saat Sakura membalasnya dengan mata melirik tajam juga kesal.

Naruto jadi berpikir, apa ia harus memberi sesuatu pada Hinata juga ya? Mungkin dengan hal itu Hinata bisa kembali seperti Hinata yang dulu, Hinata yang begitu sangat mencintainya. Mungkin saja, kan. Diam-diam Naruto menaruh harapan lebih.

You Are EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang