Sasuke menghampiri semak-semak yang berada di belakang kediaman Uchiha, penasaran. Kalian tahu bukan? Selama Sasuke tinggal di Konoha, tempatnya untuk tidur, makan dan lain sebagainya adalah di sana. Pernah Naruto menawarinya untuk tinggal bersama, dan ya, Sasuke lebih memilih tinggal di Hutan sekalian dibandingkan sekamar dengan lelaki kuning temannya itu.
Selanjutnya iris kelamnya menemukan hewan berbulu putih, bertelinga panjang tersangkut akar pohon besar.
Mata bulat kelinci itu seolah meminta pertolongan pada Sasuke, lelaki itu tersenyum samar, matanya benar-benar persis seperti mata Hinata yang bulat dan lucu.
Kalau diingat-ingat, Hinata pernah menolong hewan hutan lain yang membuat mereka bertengkar kecil. Pemikiran Hinata yang terkesan aneh itu membuat Sasuke semakin penasaran akan sosoknya yang lemah namun kuat bersamaan.
Gadis itu akan terlihat keras kepala, jika sudah menyangkut nyawa makhluk-makhluk yang berada di sekitarnya.
"Dia, makhluk kecil ini layak hidup lebih lama, Sasuke."
Saat itu juga, pertama kalinya gadis itu menyebut namanya. Sasuke melepaskan lilitan yang sudah menjebak si kelinci, ketika selesai di bebaskan kelinci itu segera menjahui Sasuke cepat.
Tak seperti dulu lagi, Uchiha satu ini sedikit demi sedikit terpengaruh akan sifat yang dimiliki Hinata.
Apa Hinata melakukan semacam jurus yang ia tidak ketahui, sehingga membuatnya berubah seperti ini?
○○○
"Hinata, bisakah kau ..." Sakura mengigit bagian dalam bibirnya ragu, sudut terdalam dari hatinya mengatakan tak seharusnya ia berbicara seperti ini pada Hinata. Bibirnya kembali merapat.
Malam ini merupakan kesempatannya, Sakura sengaja mengajak Hinata hanya berbincang berdua, duduk di bangku panjang yang berhadapan langsung dengan taman Konoha.
"A-Ada apa?"
Jauhi Sasukeku, Hinata!
Sakura tersenyum kering, berusaha mengontrol dirinya sendiri, ia berdehem sebentar.
"Aku ... pernah tak sengaja melihatmu bersama Sasuke-kun, Hinata, ngh em maksudku ... bisakah kau ...." Gadis berambut pink itu menahan gejolak dadanya yang berdentum keras. Sekali lagi ia memaksakan bibirnya agar kembali tersenyum.
"Kau tahu, aku menyukai Sasuke, kan?"
Hinata membisu. Tak mengangguk ataupun menjawab pertanyaan yang terlontar dari Haruno satu itu.
Benar.
Memangnya siapa yang tak tahu perasaan Sakura pada Sasuke Uchiha? Seisi konoha pun tahu tentang hal itu, bahkan Naruto si lelaki yang menyukai Sakura pun tahu tentang perasaan yang dimiliki si Haruno.
Dia cantik, berbakat juga bersinar.
Lagipula, penduduk desa hampir semuanya telah menebak bahwa pada akhirnya Sasuke akan takluk dengan Sakura yang begitu sempurna.
Sakura menggenggam kedua tangan Hinata yang kecil. Menatap mata keperakan Hinata menggunakan emerald hijaunya yang berkaca-kaca.
"Aku begitu sangat menyukainya, Hinata." Satu tetesan jatuh, hal itu cukup membuat Hinata semakin merasa bersalah.
"Sakura-san ...."
"Aku begitu sangat menyukainya, kau pun tahu Sasuke juga memiliki perasaan yang sama denganku. Bisakah kau ... menjahuinya dulu? Aku rasa, aku rasa d ... dia akan mengakuinya cepat atau lambat, Hinata."
Gadis itu memenjamkan matanya erat, Sakura tahu, ia berbohong. Lalu, memangnya ia peduli apa? Selama hal itu bisa membuat Sasuke tetap berada disisinya seperti dulu, Sakura rela melakukan kebohongan berkali-kali.
Hinata mengigit bibirnya gelisah, balas menggenggam kedua tangan Sakura seolah memberi kekuatan.
"Sa-Sakura-san ...."
"Aku mohon, hiks. Tolong, jahui dia, jahui Sasuke, Hinata. Aku sungguh sangat mencintainya." Gadis itu terisak kecil, membasahi punggung tangan Hinata dengan air matanya bagai sungai.
"Aku ... mengerti, aku mengerti, sudah, jangan menangis lagi, Sakura-san," bisik Hinata pelan, mengusap air mata Sakura lembut dengan jemarinya.
"Gomen, ka-kami tak pernah memiliki hubungan khusus seperti yang kau bayangkan, Sakura."
"Benarkah?"
Hinata tersenyum mengangguk, lalu membalas sembari meremas halus bahu Sakura. "Huum."
"Kau masih menyukai Naruto kan, Hinata?"
Na - ru - to
Satu nama yang menyadarkan diri Hinata bahwa ... mengapa hatinya begitu merasa sakit mendengarkan penuturan Sakura mengenai Sasuke, dibandingkan Naruto sendiri?
Naruto sang mataharinya.
Tempat dimana ia bisa tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakan lelaki itu.
Kali ini, mengapa rasanya berbeda?
Hinata membungkam beberapa saat, sedetik setelahnya senyumnya merekah kecil.
"Sa-Sakura-san dengar ... kau tidak perlu--"
"Kau menyukai Naruto kan? Jawab aku Hinata!" raungan Sakura sedikit membuat Hinata terkejut, disana terselip nada marah, tidak sabar dan ... ketakutan (?) Memangnya apa yang perlu ditakutkan? Hinata berkali-kali menelan ludahnya gugup, jantungnya berdetak cepat. Ucapannya bahkan belum selesai, namun Sakura sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Gomenasai Hinata, hiks, aku hanya merasa, aku ... aku ...."
"S-Sudah Sakura, j-jangan menangis lagi, matamu bisa--"
"Berjanjilah Hinata, berjanjilah padaku bahwa kau tak akan menyukai Sasuke-kun! Kau tak boleh menyukainya, berjanjilah, aku mohon, hiks, aku mohon Hinata!" jerit Sakura frustasi, matanya menyorot penuh pengharapan, rambut merah mudanya tertiup hembusan angin malam yang dingin.
Sakura tidak peduli, sudah berapa kalinya dirinya memohon demi Sasukenya? Ia kalut, merasa Hinata akan merebut Sasuke dari genggamannya.
Hinata bagaikan sang malaikat, maka dengan kebaikan hatinya Sakura memanfaatkannya. Tidak apa kan?
Dan seperti apa yang diprediksi. Hinata mengangguk berjanji, kemudian tersenyum, masih dengan mengusap air mata Sakura tanpa lelah.
"A ... aku berjanji Sakura-san, s-sudah, berhentilah menangis, sudah ya,"
Katakanlah ia egois.
Lalu, kenapa?
Karena bagi Sakura sendiri, Sasuke bukan lagi hanya separuh jiwanya melainkan Sasuke adalah hidupnya.
Mencintainya, Sakura terlalu mencintainya. Mencintai Sasukenya.
Sakura menarik Hinata dalam pelukannya, refleks, si gadis Hyuuga membalas Sakura tanpa sungkan, menepuk punggung Sakura yang sudah dianggap saudaranya sendiri, menenangkannya.
"S-sudahlah Sakura-san, sudah jangan menangis lagi."
Tidak apa, tidak apa. Hinata menahan seluruh perasaannya yang nyeri tak terkira. Benarkah ia sungguh, tidak apa-apa? Karena Hinata sendiri pun sudah jatuh dalam pesona Uchiha itu tanpa ia sadari.
Tak terasa pelupuk Hinata penuh oleh air mata, sebelum air mata itu jatuh, segera saja Hinata mengusapnya kasar.
Hinata menghembuskan napasnya perlahan, mengapa rasanya begitu sesak sekali?
"Terima kasih, Hinata."
"Umm."
Sasuke berdiri memperhatikan, semua yang dibicarakan Sakura maupun jawaban Hinata, sudah ia dengar, dan ia simpan dalam diam.
Awalnya ia hanya berniat menemui Hinata, namun saat di tengah taman, ia menemukan Hinatanya tepat berada di sana.
Tak ada kata yang keluar dari bibirnya, bibirnya merapat terbungkam.
Siapa yang harus disalahkan, di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Everything
FanfictionNaruto Milik Masashi Kishimoto. SASUHINA CANON! [COMPLETED] Kau segalanya.