"Sasuke-kun."
Cinta itu ... seperti kutukan. Seberapa kuatnya Sakura berusaha untuk melupakannya, maka semakin kuat rasanya terhadap Sasuke.
Sasuke menghentikan langkahnya, Sakura berlari menghampiri, semburat merah dan deretan giginya yang rapih ia tunjukkan, gadis berambut sewarna kebahagiaan itu tersenyum lebar. Bisa berdekatan hingga beberapa jengkal seperti ini saja, sudah menjadi mimpinya sejak dulu.
Kedua tangannya menggenggam kotak bekal yang dilapisi kain sederhana berwarna hijau muda, seperti warna pada irisnya, ia mulai tersenyum malu-malu.
"Aku membuat Onigiri kesukaanmu, kau menyukainya kan? Jadi aku mencoba membuatnya, hmm kau bisa mencobanya Sasuke-kun. Terimalah."
Oceh Sakura berantusias, ia menyodorkan kotak bekalnya, tiupan angin segar berhembus meniup rambut pendeknya.
Sasuke menatap kotak bekal tersebut, suasana berubah menjadi hening.
"Sakura."
Sakura mengangkat kepala, senyumnya masih tak memudar dari pipi porselennya. Jantungnya berdegup meletup-letup.
"Apa? Terimalah dulu Sasuke-kun, aku berani bersumpah rasanya tidak terlalu buruk."
Sakura menahan napas, was-was akan jawaban yang nanti Sasuke utarkan.
Mungkinkah Sasuke akan mengucapkan terima kasih seperti yang dibayangkan Sakura, diam-diam?
Oh, Sakura sangat menantikannya. Senyum kebahagiaan mulai terukir di sudut bibirnya.
"Gomen."
Sakura tertawa garing, "Kau meminta maaf untuk apa Sasuke-kun? Leluconmu tidak lucu sama sekali." Keringat dingin mulai mengalir dari pelipis Sakura.
Gadis Haruno itu mencengkeram kotak bekalnya gemetar.
"Sakura, kau tahu apa maksudku. Berhentilah melakukan hal yang percuma." Uchiha bungsu itu mengembuskan napas, "Kau membuang waktu sia-sia, Sakura," sambungnya berusaha untuk berhati-hati.
Tidak terlalu sakit kan, jika ia menolaknya pelan-pelan?
Satu -- ah tidak, dua-tiga tetesan air mata jatuh membasahi pipi Sakura, gadis itu terisak keras, jantungnya berdetak diiringi getaran-getaran memilukan.
Sejujurnya Sasuke merasa bersalah, karena, Sakura merupakan salah satu temannya yang berharga. Teman satu tim-nya bersama Naruto.
Mereka terdiam beberapa saat.
"Apa ...." Sakura menelan ludahnya menahan pahit, "Apa karena Hinata?"
Sasuke tidak berniat mengusap air mata yang mengalir tanpa henti dari iris emerald Sakura, kepalanya terangguk ringan.
"Hm, kurasa ya."
Mata Sakura membulat.
"Dia hanyalah gadis lemah, Sasuke!"
Kurang dari tiga detik, Sakura telah berakhir terkurung di dinding oleh Sasuke yang menatapnya dingin. Cengkeraman Sasuke pada bahunya menguat, seolah laki-laki itu tidak peduli pada siapa ia telah berhadapan.
Kotak bekal yang digenggam Sakura jatuh, hasil jerih payahnya terbuang.
Kenapa Sasuke tidak sesuai dengan apa yang ia perkirakan?
"Jaga ucapanmu, Haruno."
Sakura tersenyum nanar, air mata lagi-lagi keluar dari kelopak matanya. Hatinya benar-benar terasa perih.
"Menjaga? Itulah kenyataannya, Sasuke! Bukankah kau hanya menyukai orang yang kuat, bungsu Uchiha?!" Dan itu adalah aku! Aku orangnya.
Berkedip sejenak, Sasuke tersenyum, kilasan-kilasan saat Hinata menjadi keras kepala, sedikit membuatnya lupa akan emosinya pada Sakura.
Sakura membungkam, tubuhnya kaku, untuk pertama kalinya dia melihat sosok Sasuke yang tersenyum seperti ini, mudah marah dan menatapnya tajam hanya karena si gadis Hyuuga.
Sebenarnya apa yang dilakukan Hinata pada Sasuke?
"Kau benar Sakura, aku hanya menyukai orang yang kuat. Dan aku memang menyukainnya."
Sasuke memundurkan langkahnya. Sakura melupakan caranya bernapas, matanya terbelalak sempurna.
"Kau payah, Sakura."
Saat itu, Sakura sudah tidak bisa menahan tangisannya yang pecah. Kenapa? Kenapa dirinya yang sempurna, diperlakukan seperti ini oleh seorang yang dirinya cintai?
Dia sudah berusaha menjadi yang terkuat, dibanggakan oleh hokage kelima lalu menjadi kunoichi paling berbakat. Tapi, kenapa?
Telapak tangan Sakura terulur, memeluk tubuh Sasuke memaksa, ketika gadis itu tahu Sasuke akan pergi meninggalkannya.
"Sakura," desis Sasuke tajam.
Pelukan Sakura menguat, air mata tak dapat lagi terbendung, tetesan demi tetesan membasahi dada bidang Sasuke.
"Aku mencintaimu," bisiknya sendu. Sakura terisak sesegukan, "Aku sangat mencintaimu."
Hinata menghentikan langkahnya menuju tempat latihan yang melewati jalan berbelok seperti biasanya. Namun, ah seharusnya ia tidak perlu menjalani latihan hari ini, ya.
Sasuke dan Sakura berpelukan disana.
Apa yang diharapkan Hinata? Kenyataannya, Sasuke tak pernah memiliki rasa apapun terhadapnya, kan?
Hinata memang tidak bisa disandingkan oleh Uchiha itu, seharusnya memang begitu.
Dari awal, Hinata harusnya lebih menepati janjinya pada Sakura. Dia benar-benar telah berubah menjadi gadis tidak tahu diri. Harusnya Hinata tidak boleh begini.
Hinata menggigit bibirnya, berlari melawan arah, tangannya terkepal memukul dadanya berulang kali menahan sesak.
Tak ada rasa hangat yang mengalir pada rongga dadanya. Hinata tahu, ia memang tidak pantas, tahu, sangat.
Tapi, mengapa rasanya sakit sekali, sih.
Pernapasan Hinata tidak teratur, ia sesegukan menahan napas seperti terserang penyakit asma. Matanya berkabut kemudian berembun.
"Ba ... bagaimana ini? Aku telah terlanjur melakukan kesalahan."
Hinata menutup wajahnya frustasi, air mata mengalir keluar dari sela-sela jemarinya. Tubuhnya bertekuk lutut, begitu lemas.
Rasanya ada ribuan pisau yang mengiris hatinya yang sedari dulu sudah memiliki luka yang kering.
"Aku ... telah terlanjur melakukan kesalahan."
Kesalahan karena telah mencintai orang yang salah.
Tangis Hinata pecah, terdengar putus asa dan hampa. Dia seseorang yang sudah menutup luka lama di hati Hinata, namun dia juga yang sudah memberinya garam.
"Kesalahan ... aku sudah ... melakukan kesalahan ... salah ... salah ...."
"Sst, Hime, jangan menangis."
Hinata terpaku. Aroma citrus memenuhi indra penciuman Hinata. Tubuhnya terasa diliputi dekapan yang hangat.
Naruto datang.
Hinata memejamkan matanya terisak.
[***]
Tau? Dikit lg liburan saya abis, sakit tp g berdarah :'))
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Everything
FanfictionNaruto Milik Masashi Kishimoto. SASUHINA CANON! [COMPLETED] Kau segalanya.