"Lamaran?"
Adalah kata pertama yang keluar dari mulut pria paruh baya itu. Hinata tidak pernah berpikir bahwa, Hiashi akan memberi pertanyaan-pertanyaan pada Sasuke yang datang pada musim gugur di kala itu.
"Hinata."
Gadis Hyuuga -- tidak, kini Hinata telah resmi berubah menjadi seorang gadis Uchiha, ia menunduk, menatap Sasuke yang berada dipangkuannya yang baru saja memanggil namanya.
Akhir-akhir ini, lelaki angkuh itu menjadi lebih ingin diperhatikan, tidak mau berjauhan ataupun melakukan misi menguras energi yang diberikan Tsunade. Tentunya dengan alasan kekanak-kanakan pula, Hinata, isterinya.
Hinata mengusap rambut hitam Sasuke, bersandar pada pohon besar yang berada di halaman rumah mereka.
"Sedang memikirkan apa?"
Hinata mengelus dahi pemuda itu, memperhatikan wajah Sasuke yang putih dan memiliki alis tidak terlalu tebal, hidung mancung, dan kulit yang cukup halus.
Wajah gadis itu bersemu hanya dengan mengamati wajah suaminya sendiri.
"Eum ... hanya mengingat sa-saat Sasuke-kun datang dan menemui Tou-san,"
Sasuke tersenyum, mengeratkan pelukannya pada perut Hinata, memejamkan mata menikmati aroma yang keluar dari tubuh isterinya.
Aroma khas yang terasa menyenangkan bagi hidungnya.
"Kau membuatku malu."
Hinata tertawa, matanya menangkap telinga Sasuke yang memerah. Merasa geli sekaligus senang, tangannya yang kecil masih bergerak membelai wajah suaminya.
Memorinya berputar, mengingat kejadian ketika Sasuke mengucapkan bebarapa kalimat yang mengatakan bahwa ia benar-benar bersungguh-sungguh pada Hiashi.
Walaupun saat itu, Hiashi begitu meremehkan sosoknya.
Namun Sasuke tetap berdiri di sana, menatap Hiashi menggunakan iris hitam berkilat tajam tanpa keraguan.
"Seandainya lelaki tua bangka itu tidak merestui kita, aku akan menculik dan mengikatmu malam itu juga Hinata."
"Dia Ayahku, Sasuke-kun."
"Ya, ya. Maksudku Ayah mertua, tch."
Hinata tersenyum, mengusap kelopak mata Sasuke yang diciptakan tegas dan tajam. Sasuke menutup matanya, lalu membuka mata untuk balas menatap iris keperakan Hinata penuh damba.
"Ya, dan aku lelaki beruntung yang dicintai oleh gadis malaikat sepertimu, Hinata."
Sasuke mengambil telapak tangan gadis bermata perak keunguan itu, mencium jari-jemarinya. "Aku benar-benar beruntung," gumamnya berbisik.
Pernikahan mereka digelar begitu mewah, walaupun Hinata bersikeras dibuat sederhana, Sasuke tidak mau menurutinya. Hiashi pun lebih menyutujui keinginan menantunya, sehingga pernikahan mereka dibuat besar-besaran.
Ada yang membengkas di pikiran Hinata ketika itu.
"Jaga puteriku, aku menyayanginya."
Seumur hidup Hinata, untuk pertama kalinya kata sayang keluar dari bibir Hiashi untuk dirinya.
Hinata merasa benar-benar dianggap seorang anak.
"Hinata?" Gadis itu mengerjap menemukan Sasuke sudah mengerutkan dahinya sembari memajukan bibirnya merasa diabaikan. "Kau melamun lagi."
Hinata tersenyum lalu mengecup bibir Sasuke singkat. "G-Gomen Sasuke-kun."
Sasuke tersenyum berbinar sekaligus kecewa, "Hinata, lagi, disini. Yang lama," erang Sasuke menunjuk bibirnya.
Hinata mendengkus, memutar bola matanya jengah. Jika Hinata meladeninya, yang ada Sasuke akan terus memintanya sampai Hinata lelah sendiri.
"Sasuke-kun, bukannya kau ingin menanyakan sesuatu hal padaku?"
Sasuke memainkan rambut panjang Hinata, tidak tertarik dengan pembicaraan Hinata yang menurutnya membosankan, terlebih Hinata menolak menciumnya lagi.
"Sasuke-kun, jangan mengabaikanku."
Sasuke menghela napas, "Sesuatu hal yang mana?"
Hinata menggigit bibirnya berpikir. "E-Entahlah."
Sasuke berkedip -- baru mengingatnya, bangun dari pangkuan gadis itu, lalu tangannya mengambil telapak tangan Hinata untuk dirinya genggam. "Apa kau pernah berada di ruang rahasia clan Uchiha sebelumnya?"
"Ruang ... rahasia?"
Sasuke mengusap pipi Hinata, menyelipkan beberapa helai rambut gadisnya, setelahnya mencuri satu kecupan pada bibir Hinata yang mungil. "Pernah?"
Hinata balas menatap iris hitam Sasuke, terkunci oleh iris kelam sehitam gelapnya gulita malam.
Hinata mengangguk, "A ... Aku tidak yakin, tapi y-ya sepertinya pernah. Ta-Tapi itu hanya sebentar, lalu tiba-tiba aku sudah berada di tengah hutan."
Sasuke memeluk Hinata cepat. Senyumnya melebar tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya.
"Kau melihat aku dan Itachi?"
"Hmm, sa-saat itu hujan turun ja-jadi aku --"
"Aku mencintaimu Hinata!" potong Sasuke cepat mengecupi seluruh wajah Hinata yang sudah menjadi miliknya.
Kebetulan yang sangat menyenangkan sekali. Hinata adalah pemilik tangan yang mengusapnya saat itu.
Apa takdir memang senang bermain-main?
"Itachi, ah ayo kita menemui Itachi."
Sasuke menarik tangan Hinata, mengajaknya untuk menemui makam Itachi. Sasuke akan mengenalkan pada kakaknya bahwa ia telah benar-benar bahagia bersama gadis yang sudah dia ikat dengan pernikahan.
Hinata adalah segalanya. Walaupun Sasuke tahu Naruto mencintai Hinata begitu dalam, Sasuke tetap tidak akan pernah memberikan gadisnya untuk lelaki satu itu.
Sasuke jelas tahu, saat pernikahannya pun Naruto sengaja menjalani misi karena tidak ingin menemui Hinata yang berjalan diatas altar bersamanya. Bukan bersama lelaki kuning itu. Berbeda dengan Sakura, yang tetap hadir untuk mengucapkan permintaan maaf pada si lelaki Uchiha.
Ada perasaan bangga yang hinggap dalam diri Sasuke ketika tahu Hinata lebih memilih lelaki brengsek sepertinya dibandingkan Naruto si lelaki baik hati yang begitu berantusias saat menjalani suatu hal.
Semua terasa seperti mimpi, dan Sasuke bersumpah jika memang semua ini hanyalah mimpi lebih baik ia tidak perlu bangun untuk selamanya.
Sasuke mencintai Hinata melebihi ia mencintai dirinya sendiri.
"Sa ... Sasuke-kun? Ada apa?" Hinata mengusap wajah Sasuke yang terlihat sendu, mengecupi sudut bibir suaminya lalu tersenyum.
"Te-tenanglah, Itachi-nii pasti tidak senang jika melihat Sasuke-kun bersedih begini, Itachi-nii pasti sedang bahagia di alam sana."
Sasuke melirik kakinya yang sudah menginjak tanah merah, irisnya bergerak menatap makam Itachi kemudian beralih menatap mata Hinata yang sedang menatapnya khawatir.
Senyumnya melebar.
"Aku mencintaimu, Hinata."
Bersamaan dengan itu, angin berhembus agak kencang meniup beberapa daun kering melintasi rumput-rumput kecil.
Dan ciuman panjang sukses diterima Hinata tanpa pemberitahuan.
TAMAT
Terima kasih.
Gomen, lama update atau ceritanya agak ngecewain.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Everything
FanfictionNaruto Milik Masashi Kishimoto. SASUHINA CANON! [COMPLETED] Kau segalanya.