Ujung Kewarasan || 13

7.1K 862 60
                                    

"Dimana?"

Sakura memukul tangan Sasuke yang berada di lehernya putus asa, wajahnya memerah membutuhkan napas segera. Iris emeraldnya berkaca-kaca.

Sakura tidak mengerti, sebesar itukah efek seorang Hinata bagi Sasuke Uchiha?

Kemarin malam Naruto, lalu sekarang ... Sasuke?

SIAPA SEBENARNYA HINATA?!

Pernapasan Haruno itu kacau, memukul pergelangan tangan Sasuke yang semakin erat mencekiknya. Matanya membulat, merasa kedua tungkai kakinya tak lagi memijak tanah. Sakura khawatir sekaligus ketakutan, ia memberontak semakin menjadi.

Kenapa Sasuke menjadi seperti ini?

Padahal, Sakura selalu memberikan cintanya yang murni dan utuh. Cinta yang Sakura jaga sedari kecil tanpa mengeluh. Cinta yang tumbuh semakin besar seiring berjalannya waktu.

Sasuke merupakan impiannya. Mengapa Sasuke tidak mengerti akan perasaanya juga?

Harus melakukan apalagi, agar laki-laki Uchiha itu menatapnya sebagai perempuan dan balas mencintainya?

Sakura mengerang, air mata kembali jatuh, ia memejamkan mata merasa nyeri di ulu hatinya.

Sasuke ... apa yang harus Sakura lakukan pada perasaan cintanya yang terbuang?

Kenapa bukan Hinata saja yang merasakan hal semenyakitkan ini?

Sakura terisak, "Le-Lepaskan aku Sa ...hh, Sa-Sasuke-kun. Kau membuatku kesulitan bernapas."

"DIMANA HINATA!" bentak Sasuke di ujung kewarasan.

Tubuh Sakura menegang, kemudian tremor, bergemetar.

Memangnya Sasuke peduli apa selain Hinata-nya?

Sasuke hanya menginginkan bertemu gadisnya yang manis, merasa candu akan semua hal mengenai Hinata. Memeluknya, mendekap tubuh mungil gadisnya.

Sedari awal perasaan Uchiha itu sudah tidaklah tenang, ia mencoba mencari Hinata di beberapa tempat, bahkan memasuki kamar Hinata tanpa izin.

Dan merasa aneh pada sikap Sakura belakangan ini.

Memangnya Sasuke sebodoh apa?

Matanya menajam, dingin tak tersentuh, menatap Sakura bringas tanpa belas kasih.

Bagaimana jika Hinata di sana terluka?

Bagaimana jika Hinata di sana menangis?

Juga, bagaimana jika Hinata di sana sedang membutuhkannya?

Sasuke sudah menemukan tujuan hidupnya, alasan mengenai keberadaanya di dunia penuh kamuflase ini. Namun, Sakura malah membuat semuanya menjadi rumit.

Sasuke bisa saja dengan mudah membunuh Sakura. Sekali lagi, memangnya Sasuke peduli apa selain Hinata-nya?

Jika Hinata menginginkan hidupnya pun, Sasuke berani menjamin ia akan memberikannya secara sukarela.

Hinata adalah dunianya.

Dunia Sasuke yang baru.

Gadis pertama yang merupakan titik dari segala kelemahannya, kunci kehidupannya.

Gadis Hyuuga satu-satunya yang membuat Sasuke sulit bernapas hanya karena berjauhan akan sosoknya.

"Brengsek, kau mau membunuhnya, hah?!"

Sasuke terpental di dinding, Naruto memukulnya kencang, Sakura jatuh terduduk dengan air mata yang berlinangan. Si gadis Haruno itu mengambil napas sebanyak-banyaknya, detik setelahnya terbatuk-batuk. Leher jenjangnya terhiasi cengkeraman Sasuke yang memerah.

Sasuke balik membalas, memukul rahang Naruto marah. Kegiatannya terganggu, membuat Sasuke kesal setengah mati.

"Sial ini sakit, brengsek!" jerit Naruto memegang sudut bibirnya yang berdenyut, laki-laki itu mendecih, darah segar keluar dari mulutnya. Sedetik setelahnya tanpa aba-aba, Sasuke memberi pukulan dari sikutnya pada perut Naruto kuat-kuat, kemudian menjauhkan diri dan menarik kusanagi-nya, menempeli ujung pedangnya pada leher Naruto tepat di denyut nadi lelaki Uzumaki itu.

"Ku bunuh kau," ancam Sasuke dingin.

Naruto tersenyum, terkekeh, lalu tertawa keras.

Sasuke mengernyit, menggoreskan pedangnya pada tubuh Naruto membelahnya menjadi dua tanpa ragu, napasnya memberat, menatap berkilat Naruto yang berubah menjadi asap dan menjadi batang pohon.

Pupilnya membesar, Sasuke menoleh cepat di belakang punggungnya, memukul perut Naruto, sedang Naruto balas memukul rahang Sasuke namun berakhir memukul bahu laki-laki itu sebab Sasuke sempat menghindar beberapa detik.

Mereka sama-sama terlempar. Napas keduanya memburu. Sasuke benci mengakuinya bahwa Naruto sahabatnya merupakan seseorang yang tidak bisa di remehkan. Diam-diam bungsu Uchiha itu merasa mati rasa di bagian bahunya sendiri.

Sakura masih menangis, tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan sekarang.

"Sial mati saja kau brengsek! Seharusnya kau berterimakasih padaku, baka!" Naruto mengatur pernapasannya, meludahkan darah di sembarang tempat. Pukulan Sasuke memang tidak main-main.

"Aku ... aku sangat mencintai Hinata-chan, tau!" dengkus Naruto menggeram. Matanya beradu pandang pada mata Sasuke yang arogan.

Naruto menghela napas. Menatap langit biru penuh luka. "Sangat ... sangat mencintainya," aku-nya serius. Ah kapan ya terakhir kali Naruto tidak main-main terhadap ucapannya jika sudah menyangkut Hinata-nya?

Naruto rasa tidak pernah.

Ya, Hinata ... gadis yang baru-baru ini Naruto menyadari bahwa benar ia begitu membutuhkan sosoknya.

Hinata-nya yang kini malah mencintai lelaki bajingan semacam Uchiha Sasuke, sahabatnya.

Sasuke menahan napas menatapnya.

"Kau benar-benar beruntung, bajingan," umpat Naruto terkekeh kecil.

"Kau tahu, jangan lukai dia, atau kau yang ku bunuh, brengsek," tegas Naruto mengancam, tangannya melempar sebuah gulungan kecil. Matanya menerawang menatap Sakura yang masih tersedu.

Ah gadis gulali itu perlukah diberi pelajaran, ya?

"Hinata sedang menunggumu," jelas Naruto melirik Sakura lagi, dan kembali menatap Sasuke yang buru-buru membuka gulungan yang sudah ia berikan. "Aku yang akan mengurus-nya."

Sasuke mengangguk tidak peduli, menatap Naruto sekilas. Tatapannya melunak. Bibirnya terbuka berniat mengucapkan rasa terimakasihnya.

"Ya, ya, ya, tidak perlu berterimakasih, akan sangat menjijikan jika kau yang mengatakannya, ttebayo!" sungut Naruto merasa horror, mengangkat kedua tangannya menyerah.

Sasuke tersenyum kecil, "Bodoh," bisiknya mengatai. Berbalik, lalu berlari melewati beberapa dahan pohon.

Terima kasih Naruto, terima kasih.

Setidaknya Sasuke tahu, Naruto sudah memberinya ruang. Si bodoh itu sudah memberi kesempatan padanya yang brengsek ini dan memberitahu bahwa Hinata juga memiliki perasaan yang sama. Ada beban yang seperti terangkat dari punggung Uchiha itu. Sasuke tidak bisa menahan senyumnya yang mengembang.

Punggung Sasuke sudah menghilang dari pandangannya, Naruto menghampiri Sakura. Tubuhnya yang besar menutupi cahaya matahari, Sakura mendongak, kedua matanya membengkak, pipinya basah oleh air mata yang belum mengering. Naruto tersenyum manis.

"Ahh Sakura-chan kau ketahuan berbohong, ya ...."

Sakura terbelalak menelan ludahnya gugup.

Sori up trs, gatel pen namatin :'

You Are EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang