Bagian 4 | Kelam

6.2K 308 3
                                    

.

Bagian 4 | Kelam

.

Vera menyandarkan bahu kirinya pada tumpukan tas yang sudah ia susun meningkat agar kepalanya tidak langsung menyentuh tembok jika bersandar nanti. Melihat keadaan sekitar yang sekiranya cukup aman, Vera akhirnya menyandarkan kepalanya. Duduk di pojok belakang memang bukan pilihan bagus, selain karena sudah terkenal sebagai sarangnya para mahasiswa pemalas yang doyan tidur, di bangku belakang juga menjadi tempat menggosip yang pastinya akan selalu di perhatikan ketika dosen menyampaikan materi. Maka dari itu, duduk di pojok tengah adalah pilihan bagus. Selain jarang di perhatikan, bagian tengah ini juga adalah tempat paling tenang. Jadi di sinilah Vera memilih untuk duduk dan tidur siang.

Sebenarnya Vera tidak sering kok melakukan hal-hal nekat seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, ia sangat mengantuk karna begadang mengerjakan tugas yang harusnya di serahkan hari ini, tapi menyebalkannya malah perkuliahannya di tunda dan di ganti sabtu depan. Padahal Vera sudah merencanakan jadwal rebahannya.

Mata Vera terpejam pelan, tapi indra pendengarannya bekerja ekstra, tentu saja Vera takut ketahuan. Bagaimana jika tiba-tiba namanya di sebutkan? tentu Vera tidak ingin mengotori cap mahasiswa teladan pada dirinya. Tapi tetap saja matanya tidak bisa berbohong jika ia sangat lelah. Dan pada akhirnya Vera tertidur lelap. Tapi baru lima menit terlelap, Vera sudah di kejutkan dengan buku yang ia pegang hampir saja jatuh. Untung saja Vera tersadar dengan cepat.

Tangan kanannya mengusap wajahnya kasar, sesungguhnya Vera ingin sekali tidur nyenyak.

--

Keluar dari kelas, Vera meregangkan kedua tangannya.

"Kek baru abis ngapain aja lo, Ver." Fani menggeleng pelan melihat sahabatnya itu yang seakan baru terbebas dari hukuman saja.

"Ya Tuhan, gue ngantuk banget. Keknya gak ke kantin lagi deh, mau pulang aja, kangen kasur cantik gue."

Fani mendengkus sebal, "Yee, kan udah janji mau makan bareng. Kita juga mau nyobain kafe baru di depan kampus, mumpung baru buka banyak menu gratis."

"Tapi gue ngantuk, lo kan tau sendiri gue paling gak bisa nahan ngantuk."

Vera mencoba berdiri tegak, kedua kakinya sangat lemas rasanya.

Akhirnya Fani hanya mengangguk saja, "Yaudah, nanti gue kasih tahu Cara deh kalau lo gak bisa." Fani juga merasa kasihan jika melihat Vera yang sudah seperti mayat hidup begini, padahal baru semalam gak bisa tidur. "Eh trus lo balik sama siapa?"

Vera menggeleng pelan, ia juga bingung mau pulang dengan siapa. "Udalah, paling naik ojol."

"Makanya cari pacar sana, biar ada yang nganter jemput."

Vera berdecak, "Itu pacar apa supir, bu. Ada gitu cowok yang di jadiin pacar cuma buat nyupirin doang?"

Fani tertawa, "Ya adalah, tu pacar gue."

Vera menggeleng, "Itu sih pacar lo aja yang sinting. Udalah, balik duluan ya."

Vera akhirnya kembali berjalan ke arah pintu keluar gedung fakultasnya, namun baru beberapa langkah ia sudah harus merelakan pinggulnya yang nyeri karena menghantam lantai dengan keras.

Melihat siapa yang menabraknya, Vera langsung saja melemparkan tas yang ia bawa tepat menyentuh kepala Regan, laki-laki yang menabraknya itu. Akibat rasa sakit yang Vera rasakan, kantuk yang tadi sangat menyiksanya langsung hilang entah ke mana. Fani yang melihat semua peristiwa yang terjadi barusan, hanya tertawa keras. Ia bahkan sampai terduduk di lantai saat melihat Vera melemparkan tasnya pada Regan.

Because of You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang