"Chanu, ada telpon nih", Mama berteriak dari bawah. Yap kamarku dilantai dua, aku mengernyit bingung. Aku jarang sekali menerima telpon melalui telpon rumah. "Siapa mah?", tanyaku mengintip dari lantai dua ke arah mama berdiri.
"Temen kamu, buruan diangkat penting katanya", aku segera menuruni anak tangga. Mama memberikan gagang telpon itu, aku menerimanya dan menempelkannya ditelingaku.
"Halo", aku masih penasaran siapa yang menelpon lewat telpon rumah. Padahal aku punya ponsel.
"Apa kabar?", aku langsung membeku saat mendengar suaranya. Aku kenal sekali dengan suara ini.
"Katanya kamu pindah sekolah ya?", aku masih terdiam mendengarkannya. Tanpa sadar air mata ku keluar, aku segera mengusapnya.
"Maafin aku ya", aku mendengar jelas suara isakannya yang tak bisa ia tahan lagi. Aku mencengkram pinggir meja dengan kuat.
"Aku kangen sama kamu. Tolong kembali..", isakannya semakin kencang. Dan lagi lagi air mataku jatuh tanpa konsultasi padaku dulu, kali ini lebih deras. Dengan susah payah aku mengusapnya. "Cukup, Rosé. Maaf", aku segera menutup telpon nya. Dan terduduk lemas, kali ini aku tak bisa menahan air mata. Rasa sakit itu masih terasa sangat jelas. Masih teringat jelas kenangan manis nan menyakitkan itu.
~~~~
"Kamu cantik tapi sayang", Rosé menatap ke arahku. "Sayang kenapa?", ia menopang dagunya dengan tangan lembutnya.
"Cieee manggil sayang", ledek ku. Rosé langsung mengerucutkan bibirnya lucu, tingkah yang paling aku sukai.
"Emang tadi aku ngomong apa?"
"Sayang kenapa", jawabku polos. "Cieeee manggil sayang juga", Rosé balik meledekku. Senjata makan tuan. Aku tersenyum dan mencubit pipinya gemas.
"Mau makan apa?", aku merangkulkan lenganku padanya.
"Apa ajah, asal sama kamu", ia merangkulkan lengan nya ke belakang punggungku. Aku mengacak acak puncak rambutnya gemas. Kami berjalan ke sebuah kedai kebab, aku membeli 2 buah kebab jumbo kesukaannya.
"Wahhh, kebab", dengan antusias ia menyambar kebab yang ada ditanganku. Tanpa basa basi ia langsung memakan nya.
"Pelan pelan makannya, nanti keselek", aku hanya memperhatikan nya. Rasanya aku sudah kenyang walau hanya melihatnya makan. "Uhuk uhuk...", dia tersedak, aku segera menyodorkan sebotol air mineral ke arahnya.
"Kan, apa aku bilang"
"Ehehehe", dia tertawa dengan banyak makanan dimulutnya. Aku mengacak acak rambutnya lagi, sangat menggemaskan.
"Chanu... Chanuuu...", Lisa menyelonong masuk ke rumah.
"Loh? Lu kenapa? Kok nangis?", ia bergegas menghampiriku yang masih terduduk dilantai menyadarkan lamunanku, aku menengok ke arahnya dan langsung memeluknya erat. Lisa membalas pelukanku, dan memainkan jemarinya dipunggungku. Tak lama, ia segera membopongku ke kamar. Ia mendudukan ku di kasur dan ia menarik bangku mendekat ke arahku.
"Kenapa? Cerita sama gue", dia memang selalu menjadi tempat bersandarku. Hanya dia yang selalu mendengar ceritaku, meski kadang menyebalkan.
Aku masih terdiam tak kuat menceritakan apa yang baru saja terjadi. "Okey, gue gak akan maksa. Kalo lu udh tenang, lu bisa ceritain ke gua", ia tersenyum manis ke arahku.
Aku memutuskan untuk tidur, untuk mengistirahatkan fikiranku. Semoga saat aku terbangun nanti, aku menjadi hilang ingatan dan melupakannya.
"Chanu, bangun woy", Biay menedang pantatku dengan kencang, aku membuka mataku perlahan. "Gua dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS |Chanu X B.I|°ChanLis° or °HanLis°?
Fanfic"Jangan bilang siapa siapa kalo kita kembar. Oke?"-Chanwoo. "Bilang ajah lu takut kalah saing kan sama gue?"-Biay (B.I). "UPIN IPIN BERISIKKKK!!!!"-Lisa. "Heh curut curut yang berduri, siapa yang nyolokin catokan gueeee??? Liat nih rambut gue jad...