Dara dan Undangan Satrio (P2)

3.6K 725 50
                                    

Halo! Maaf banget telat update, si saya lagi sibuk ngurus acara kampus dan persiapan bikin proposal skripsi 😭.

Enjoy the story!





Satrio
Dar
Dimana?

Di stand sosis bakar

Satrio
Tunggu di situ
Read.

Gue hanya membaca pesan Satrio lalu menerima sosis bakar yang tadi gue beli. Gue mulai memakan sosis bakar itu sambil menikmati sisa acara. Tadi setelah penampilan band Enam Pagi, gue memilih mundur dan keluar dari kerumunan. Padahal band utama sudah naik ke panggung. Tapi gue ngga minat.

Tepatnya, gue ngga fokus.

"Dara." Gue menoleh, Satrio sudah berdiri beberapa meter di samping gue. Gue mengulas senyum singkat kemudian kembali memakan sosis bakar. Dia menghampiri gue dan berdiri di samping gue.

"Tadi lo keren!" kata gue sambil mengunyah, Satrio tertawa.

"Tadi gue sempet grogi."

"Oh ya? Tapi ga keliatan." Gue sudah menghabiskan sosis bakar dan membuang tusuknya ke tong sampah. "Lo udah selesai semuanya?" Satrio mengangguk disertai gerakan memasukkan tangan ke saku celananya. "Yang lain masih beresin instrumen sih." Sekarang gue yang mengangguk. Gue merogoh tas gue, mencari tisu.

"Nyari apaan sih?"

"Tisu. Kayanya mulut gue celemotan."

Momen selanjutnya, dalam sekejap, Satrio mengusap sudut bibir gue dengan sapu tangan miliknya. Gue membatu, sedangkan dia terlihat tenang.

"Udah ga celemotan."

Deg.

Sialan.

Satrio sialan.

"Makasih."

"Sama-sama."

Gue menatap lurus ke depan. Entah bagaimana awalnya, yang jelas di atas panggung sudah ada DJ dan auditorium mendadak berubah jadi klub. Gue ngga suka jenis musik ini, boleh anggap gue kuno tapi memang begitu adanya.

"Lo mau ikut ke backstage ga?"

"Hah? Apa?"

Sumpah, ngga kedengeran.

"Ke backstage."

"Oh." Gue mengangguk. Satrio berjalan duluan dan gue mengikuti. Semakin ke belakang, suara musik semakin redam juga. Sampai akhirnya kami keluar dari auditorium melalui pintu belakang dan berhenti di depan tenda putih. Satrio mempersilakan gue masuk duluan. Di dalam, Wildan dan Yudha masih sibuk menggulung kabel-kabel, Awan memasukkan alat-alat drumnya, sedangkan Jae sedang berbicara dengan panitia. Yang menyadari kehadiran gue duluan adalah Wildan.

"Eh, Dar. Dateng juga lo?"

Sekedar informasi, pertanyaan tadi adalah sapaan pertama dari Wildan ke gue. Sebelumnya, kita tukeran senyum aja ngga pernah.

"Iya, hehe. Disuruh ka Satrio."

"Satrio tuh daritadi nungguin lo." celetuk Yudha.

"Yud, lo beresin gitar gue sekalian." sahut Satrio yang langsung disambut protes Yudha.

"Lo beresin lah, bukan punya gue."

"Sekalian."

Gue ketawa melihat bagaimana mereka yang tanpa canggung saling meledek, meskipun agak keki karena mengerti gue juga bagian dari ledekan mereka.

[1] 2958 MdplTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang