Dara dan KRL.

4K 801 161
                                    

Hari sabtu itu harusnya jadi waktu yang tepat buat ndusel-ndusel di kasur. Tapi berhubung gue anak tau diri, jadi gue harus menyimpan hasrat tiduran gue demi mengejar KRL ke Bogor. Ada acara keluarga di Bogor, biasanya gue berangkat sama Mama dan Ayah ㅡPapa tiri gue. Tapi gara-gara semalem gue harus nugas dan ngga sempat pulang dulu, gue memutuskan untuk menyusul menggunakan transportasi umum kereta listrik alias KRL.

Di sini lah gue sekarang, di stasiun Manggarai sambil meminum kopi kaleng yang tadi gue beli di minimarket. Gue berdoa semoga penumpang ke arah Bogor ngga banyak. Egois sedikit boleh kan?

Tapi ya, sekali lagi, gue tau diri. Ngga mungkin penumpang KRL tiba-tiba jadi menyusut.

Sebenarnya gue cukup malas, gue bisa saja bilang ke Mama kalau ngga mau datang dengan alasan nugas. Tapi, gue harus ambil sleeping bag yang sempat dipinjam sepupu dari satu bulan lalu. Kalau ngga gue ambil, tidur pakai apa gue pas mendaki nanti?

"Dara?"

Gue nengok ke kiri, merasa ada yang manggil gue. Tapi ngga ada satu pun manusia yang gue kenal. Halusinasi kali ya?

"Dar."

Sekarang gue nengok ke kanan, kaya lagi pemanasan SKJ aja sih anjir.

"Loh, Satrio?"

Konspirasi apa ini gue bisa ketemu Satrio di Manggarai? Ngga lucu sumpah.

"Lagi ngapain?"

"Lagi berenang nih."

Dia ketawa. Ya menurut lo aja sih gue berdiri di stasiun ngapain kalau bukan lagi nunggu kereta kencana menjemput.

"Oke oke gue salah nanya. Mau ke mana?"

"Nah gitu kek nanya yang masuk akal. Ke Bogor."

"Kok sama?"

"Hah?"

Apa lagi ini Ya Gusti nu Agung.

"Lo juga mau ke Bogor, Sat? Eh kasar banget sih gue manggilnya."

Satrio ketawa lagi. Gue jamin dia awet muda kalau di samping gue terus.

"Iya gue mau ke Bogor, besok ada seminar jadi gue berangkat sekarang."

"Oh gitu."

"Lo sendiri ke Bogor ngapain?"

"Acara keluarga."

"Oh gitu."

Diam. Gue ngga mau mencoba membangun obrolan. Meskipun gue tau ini canggung. Untungnya ngga lama kereta datang dan benar saja penumpang lumayan ramai. Satrio berjalan duluan dan gue tepat di belakangnya.

Anggap gue salah lihat tapi Satrio pasang badannya supaya gue ngga kena dorong sana sini.

Duh, apa sih. Halusinasi kan gue.

Masuk ke gerbong, rupanya ngga seburuk itu. Maksud gue, ngga penuh sesak sampai gencet-gencetan. Gue berdiri di bawah AC, panas banget gue ngga tahan. Satrio berdiri di samping gue.

Gue berani sumpah, kalau semua perempuan di gerbong ini menancapkan pandangan mereka ke Satrio.

Najis drama banget sih gue.

Tapi emang bener, bahkan ibu-ibu yang duduk di depan kami ㅡgue dan Satrioㅡ masih setia mendongak demi melihat Satrio. Gue bisa jamin setelah ini banyak anonim yang akan nyari Satrio di OA Line Draft SMS atau di automenfess twitter.

Gue merogoh sling bag gue dan ngambil masker, bukan masker wajah ya masa gue maskeran di kereta. Tapi masker penutup hidung, gue emang biasanya di KRL selalu pakai ini.

[1] 2958 MdplTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang