Dara dan Perubahan Kondisi Pt. 2

2.3K 312 58
                                    

Kami sudah berada di depan studio musik sejak 17 menit yang lalu, tapi entah kenapa Satrio terlihat tidak mau bergerak keluar dari mobil. Berbeda dari studio yang tempo hari ditunjukkan, katanya studio ini baru mereka dapatkan dan tempati setelah tanda tangan kontrak. Gue merasa bangga atas pencapaian Satrio dan bandnya, ke depannya pasti masih lebih banyak hal-hal baik yang bisa mereka raih.

Tapi, sebelum itu, tentu gue harus mendapat penjelasan kenapa Satrio cuma diam tanpa ngomong sama sekali. Canggung, gue bahkan bisa mendengar suara napas Satrio dengan jelas.

"Kenapaㅡ" gue menoleh ketika Satrio bersuara. "Rizky tiba-tiba mau deketin kamu?"

"Ngga tau." Gue menggelengkan kepala sambil mengedikkan bahu. Tidak ada asumsi tentang alasan Bang Rizky mendekat ke gue secara mendadak.

Di saat dulu pandangan gue hanya tertuju ke dia, dia bahkan cuma anggap gue adik dan rekan. Kenapa sekarang?

"Bukannya kamu suka sama Rizky?"

"Hah?!"

"Dulu, kamu pernah nangis abis ketemu Rizky sama ceweknya kan."

"Ah..." Gue tersenyum getir. Tapiㅡsebentar, kok Satrio bisa tahu?

"Loh kok tau....?!"

"Kita ketemu di depan ruang BEM malem-malem. Gapapa, ingatan kamu pendek kan? Sama kaya badan kamu."

"Kok ngeledek jadinya?!" Kesal, gue pun memukul lengan Satrio hingga berbunyi 'pak' cukup kencang. Dia meringis dan tertawa di saat bersamaan.

Dasar gila.

"Udah ah, ngapain sih lama-lama di mobil?! Ayo turun, aku pengen pipis!"

Satrio tertawa lebih keras sedangkan gue merengut kesal. Gue keluar mobil duluan karena ngga tahan sama diaㅡdan karena pengen banget ke toilet.

Setelah diberitahu letak toilet, gue setengah berlari ke sana. Kalau gue pikir-pikir lagi, gue tidak merasa emosi yang tidak stabil meski hari ini mendapat sedikit shock. Gue mengakui kehadiran Satrio seperti obat penenang bagi gue.

Sepertinya seluruh elemen tubuh gue juga menerima obat penenang berupa Satrio itu.

Usai menuntaskan urusan, gue merapikan penampilan di depan cermin wastafel. Keluar dari toilet, ternyata Satrio bersandar sambil menunggu gue.

"Hey!"

Satrio menoleh lalu tersenyum. "Udah selesai?"

Gue mengangguk dan meraih tangan Satrio yang ia ulurkan. Kami menaiki tangga ke lantai tiga. Lorong tempat ini dipenuhi figura-figura poster album, penghargaan, atau vinyl di dindingnya. Ada sebuah pintu berwarna coklat dengan tulisan 'Band Studio 3' yang tampak lebih baru dari tulisan lainnya. Satrio membuka pintu tersebut, rupanya para member lainnya sudah berada di dalam.

"Lama banget anjㅡeh ada Dara." Jae melambaikan tangan dengan cengiran yang dipaksakan, gue tertawa sambil masuk ke studio itu.

"Halo, hehehe. Maaf ganggu latihan kalian."

Gue tersenyum canggung. Meski sudah lumayan sering bertemu mereka, tapi gue tetap merasa aneh karena diajak secara pribadi buat melihat aktifitas mereka. Tapi, yah, gue tau mereka ngga keberatan. Emang gue aja yang overthinking.

"Asik banget ajak pacar."

Gue menoleh ke arah Yudhaㅡsi nyebelin itu yang tiba-tiba nyeletuk. Herannya, ngga tau kenapa, kalo dia ngomong bawaannya emosi terus.

"Makanya jangan jomblo."

Gue berbalik menatap Satrio yang dengan muka santainya membalas begitu. Aneh. Ini aneh banget. Tidak lama, sekitar tiga orang masuk ke studio. Gue memilih untuk duduk di sofa sedangkan mereka mulai fokus dengan musik mereka. Jujur saja, gue menikmati melihat mereka yang tampak antusias dan bersemangat dengan semua ini. Meskipun gue baru kenal mereka sebagai band beberapa bulan terakhir, tapi gue sadar perjalanan dan proses yang mereka lewati tidak mudah.

[1] 2958 MdplTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang