Motor hitam ala Brat Bobber berhenti di depan gedung berwarna biru muda berlantai dua di ujung jalan Sudirman. Pada bagian depan gedung itu terpasang baliho besar bertuliskan nama sebuah perusahaan. Gadis muda pengendara motor tersebut bekerja di sana.Dia memarkirkan motornya di samping gedung. Mengenakan kaos putih lengan pendek, dipadukan dengan jaket denim berwarna hitam, serta celana jeans warna senada. Tak lupa sebuah kaca mata hitam tersemat di wajahnya.
Tubuhnya proporsional dengan tinggi semampai. Rambut hitam sebahu dia biarkan tergerai. Nay, begitu dia biasa disapa.Bekerja pada bagian survey untuk perusahaan jasa renovasi rumah-rumah tua. Usianya mendekati kepala tiga. Cukup matang memang, tetapi dia belum memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Menikah bukan prioritas utama. Baginya, bekerja dirasa jauh lebih penting dan menyenangkan. Bisa bertemu dengan orang-orang baru, berbagi pengalaman. Terkadang penuh kejutan dan seru.
Pagi itu Nay diminta untuk menemui salah satu klien. Perusahaan tempatnya bekerja mendapat proyek pengerjaan renovasi rumah tua. Kemarin Pak Oey, atasannya, memberikan foto sebuah rumah tua besar dengan halaman yang sangat luas. Konon rumah tersebut peninggalan tuan tanah jaman Belanda.
"Nay, temui Pak Hans pukul 09.00. Alamat dan nomor HP-nya sudah saya kirim kemarin ke WA kamu. Cek apakah rumah itu aman untuk dikerjakan. Ini bawa mobil saya saja." Sebuah kunci dia angsurkan ke depan Nay.
"Oke, Boss!" Tangan Nay mengambil kunci di meja atasannya itu lalu dia masukkan ke dalam saku jaket "Saya berangkat, Pak." Pak Oey tersenyum seraya mengacungkan jempolnya.
Menggunakan mobil hitam jenis sedan milik Pak Oey, Nay menyetir mobilnya sendiri. Seperti biasa, pemandangan hampir di setiap ruas jalan raya di jam-jam sibuk, selalu rapat dengan kendaraan. Tidak bisa memacu dengan cepat, paling hanya saling mengumpat dalam hati bila kendaraan di depan tak kunjung bergerak.
Hampir dua jam perjalanan dari kantor sampai ke rumah yang dimaksud. Setibanya di sana, Pak Hans sudah menunggu. Dia tersenyum hangat menyambut kedatangan Nayara.
"Selamat pagi, Pak. Maaf saya terlambat." Nay santun mengucap salam.
"Pagi. Tidak apa, saya juga baru datang. Kamu, Nayara?" tanya Pak Hans.
"Iya, Pak, saya."
"Mari silakan masuk. Kata Pak Oey, kamu akan melihat bagian dalam dan sekeliling halaman rumah ini."
"Iya, Pak."
"Mari saya antar." Pak Hans berjalan masuk ke dalam rumah, diikuti Nay di belakangnya.
Begitu langkahnya menapaki lantai ruang depan, aroma kotoran kelelawar tercium samar. Beberapa lubang juga terlihat di langit-langit rumah.
Sekelebat bayangan hitam mondar-mandir di dalam ruangan. Sepertinya mereka mulai merasa terganggu dengan kehadiran Nay. Terlebih ketika Pak Hans mengajak Nay menapaki tangga menuju lantai dua.
"Mau apa kau di sini?" Suara parau seorang wanita tua bertanya kepada Nay. Dia duduk di dekat tangga.
"Hanya ingin melihat-lihat saja." Nay menjawab dengan batinnya.
"Mau mengusir kami dari sini?" tanyanya lagi.
"Bisa jadi." Nay menyeringai tipis.
"Awas kau!" Wanita itu mengancam lalu pergi melayang ke arah taman.
Energi wanita itu biasa saja. Makhluk sejenis itu sudah sering dia temui saat sedang melakukan tugas. Tidak perlu dicemaskan, dia hanya mengganggu saja."Ini kamar utama," bisik Pak Hans seraya membuka pintu kamar di depan mereka. "Kamar pribadi Buyut dan Opa saya," sambung Pak Hans.
"Sudah berapa lama ruangan ini tidak dibuka, Pak? Udaranya sangat lembab dan bau."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYARA (Underworld Adventure)
Mystery / ThrillerNay menyadari ada sesuatu yang berbeda pada dirinya saat usianya menginjak sepuluh tahun. Dia bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata. Kemampuan alaminya semakin terasah ketika dia menginjak remaja. Seorang guru tak kasat mata...