Jiwa Nay sudah kembali ke tubuh kasarnya. Masih diperlukan beberapa hari untuk mengembalikan kondisinya sampai benar-benar pulih. Walau dari luar tampak baik-baik saja namun fisik dan jiwa tidak demikian adanya.
Nay tidak mengambil cuti. Dia memilih untuk tetap bekerja. Kantor masih sepi saat Nay tiba. Pak Slamet petugas OB di kantor masih sibuk membersihkan ruangan para pegawai.
“Tumben Mbak Nay pagi-pagi sudah sampai,” sapa Pak Slamet yang sedang mengepel lantai ruangan Pak Oey.
“Lagi rajin saya. Sekali-kali saja sih, Pak. Besok ya balik ke asal lagi. Agak siangan.” Nay terkekeh.
“Mau saya bikinkan apa, Mbak Nay?”
“Teh manis hangat boleh, Pak. Oh iya koran hari ini sudah diantar, Pak?”
“Itu saya letakkan di meja lobby.”
“Oh, iya, Pak. Makasih ya.” Nay melangkah menuju lobby. Mengambil koran langganan kantornya, lalu duduk santai sambil membolak-balik halamannya mencari kalau-kalau ada berita menarik untuk dibaca.
Dari beberapa hari lalu berita kematian pengusaha muda yang dimutilasi terus menghiasi lembar media cetak. Belum ada titik temu di mana potongan kepala korban dibuang.
Nay sudah sempat membaca kejadian tersebut. Pemicunya masalah percintaan jeruk makan jeruk. Potongan kepalanya mereka kubur di salah satu kebun warga. Nay enggan bercerita pada Rey. Biar saja kasus ini terpecahkan berdasarkan penyelidikan polisi.
Ponsel Nay bergetar. Dia buru-buru membuka tas dan mengambilnya. Nada dering itu khusus untuk nomor Rey.
“Pagi, Nay.” Rey menyapa lebih dulu.
“Pagi, Sayang.” Nay menjawab manja.
“Nanti malam ada yang ingin aku bicarakan. Baiknya kita bicarakan di mana? Di tempatku, tempatmu atau ada saran lain, Nay?”
“Datanglah ke apartemenku jam delapan malam nanti. Aku juga ingin menunjukkan sesuatu padamu.”
“Jadi gak sabar aku, Nay. Sampai ketemu nanti malam ya. Mau dibawakan apa?”
“Nasi goreng pedas dekat Simpang Lima ya.”
“Siap, Bu komandan, love you.”
“Love you too." Nay tersenyum kemudian mematikan ponselnya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Keinginan Nay untuk mengenalkan Wira dan Gantari pada Rey akan terjadi malam nanti. Pertemuan tiga orang yang sama mencintainya. Muncul kegalauan dalam hati. Namun, tidak mungkin terus mengulur waktu untuk tidak mempertemukan mereka. Rey harus tahu semuanya sebelum dia menjadi suaminya kelak.
“Nay, berkas yang kemarin kau ambil bawa ke ruangan saya ya.” Pak Oey melewati lobby menuju ruangannya.
“Eh, iya, Pak.” Nay tersadar dari lamunan. “Semua sudah saya siapkan. Segera saya ke ruangan, Bapak,” sambung Nay.
“Kau nanti ke alamat ini ya, Nay.” Pak Oey menyodorkan selembar kartu nama berwarna kuning. “Dia mau merenovasi rumahnya. Hanya beberapa bagian saja. Bukan rumah tua. Tapi pasti kau akan menemukan sesuatu di sana. Aku sudah mendengar kabar burung dari kontraktor yang mengerjakan renovasinya sebelum ini.”
“Kabar burung apa, Pak?”
“Nanti kau akan tahu. Jam sepuluh kau harus sudah ada di sana. Orangnya menunggu di toko. Alamatnya ada di kartu nama tadi.”
“Siap, Pak Boss.”
“Berangkat sekarang saja, Nay. Supaya tidak kena macet. Bawa mobilku saja. Cukup jauh alamatnya. Bisa dua jam perjalanan kalau macet.” Pak Oey menyerahkan kunci mobilnya. “Hati-hati.”
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYARA (Underworld Adventure)
Mystery / ThrillerNay menyadari ada sesuatu yang berbeda pada dirinya saat usianya menginjak sepuluh tahun. Dia bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata. Kemampuan alaminya semakin terasah ketika dia menginjak remaja. Seorang guru tak kasat mata...