Hari ini Nay sudah masuk kerja kembali. Berkutat dengan rutinitas yang belakangan sempat ditinggalkannya. Kepercayaan dirinya sudah kembali. Segala pikiran yang mengganggu sudah ia singkirkan. Apapun yang akan terjadi ke depan, ia sudah siap. Ini hidupnya, jadi kendali ada di tangannya.
"Sudah baik kakimu, Nay," tanya Pak Oey melihat Nay memasukkan absennya.
"Sudah, Pak. Ada tugas kah hari ini?" tanya Nay mengikuti langkah Pak Oey masuk ke ruangannya.
"Kau tahu rumah tua di dekat hotel Sutra Alam?" tanya Pak Oey setelah duduk di kursi kerjanya.
"Rumah putih yang catnya sudah pudar itu, Pak?" tanya Nay.
"Iya, Nay. Kata pemiliknya banyak gangguan terjadi di sana. Rumah itu akan dijual, jadi harus direnovasi terlebih dulu. Coba kau lihat ke sana. Kalau cepat kau bersihkan, cepat pula kita mulai merenovasinya."
"Oke, Pak. Meluncur sekarang juga. Ada orang di sana?"
"Kunci rumahnya sudah diserahkan ke saya. Sebentar." Pak Oey mengambil kunci dari dalam laci meja kerjanya. "Ini kuncinya. Tetap hati-hati, Nay," pesan Pak Oey.
"Siap, Pak." Nay memasukkan kunci ke dalam tasnya. "Berangkat ya, Pak. Saya kabari kalau sudah selesai. Boleh langsung pulang kan?"
"Bebas." Pak Oey membolehkan.
Nay segera meluncur dengan motor hitam kesayangan. Dia memilih lewat jalan tikus. Menghindari macet di jalan kota. Hampir semua jalan tikus di kota ini pernah Nay masuki. Dia lebih suka mengandalkan insting ketimbang mengikuti suara perempuan asisten Google. Bertanya langsung pada warga lebih akurat dan pasti.
Nay sampai di halaman rumah bercat putih yang disebutkan Pak Oey tadi. Ilalang tumbuh rimbun di sana. Tumbuhan spora menghijau tersebar di bagian atas rumah itu. Kelembaban membuat mereka tumbuh subur. Nay mengaktifkan mata batinnya. Melihat makhluk apa saja yang ada di sekitar rumah itu. Hanya makhluk-makhluk astral biasa sekelas Sri dan kawan-kawannya.
Nay membuka pintu, aroma kotoran kelelawar sangat kuat menusuk hidung. Pasti sudah sangat lama rumah ini dibiarkan tertutup seperti itu. Beberapa kelelawar terkejut dan terbang melalui celah-celah jendela kaca yang berlubang.
Lamat-lamat terdengar suara wanita merintih. Datangnya dari sudut rumah. Nay mendekati suara itu. Semakin jelas suara perempuan yang kesakitan. Nay mendorong pintunya. Sepertinya ruangan ini dulunya adalah kamar mandi.
Terlihat seorang perempuan bersimpuh dengan lilitan tali yang mencekik leher. Nay mencoba berkomunikasi. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Tali yang melilit kuat di leher membuat dia kesulitan berbicara. Suaranya tertahan. Tangannya menarik-narik tali itu, berusaha untuk melepaskan. Bukan bertambah longgar justru semakin menjerat kuat.
"Tolong aku, lepaskan tali ini!" Perempuan itu berbicara melalui batinnya. Nay bisa mendengarnya jelas.
"Jangan kau tarik seperti itu, ikatannya akan semakin kuat!"
"Aku susah bernapas, cepatlah!"
"Kenapa harus cepat? Ini salahmu sendiri. Bagaimana rasanya lari dari kenyataan dan memilih gantung diri? Lebih enak mana, saat suamimu selingkuh atau tersiksa seperti ini?" Nay membaca kejadian yang dialami wanita itu.
"Lepaskan aku, tolonglah!" Ia merintih dengan air mata berlinang.
"Jadi kamu yang menangis sepanjang waktu hingga tidak ada yang mau tinggal di sini? Suamimu sudah kawin lagi menikmati dunia, sedang kau meratap menikmati sakitmu. Dia peduli? Tidak! Malah bersyukur kau mati. Menyesal kau sekarang kan?" tanya Nay, kemudian berjongkok di depan perempuan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAYARA (Underworld Adventure)
Misteri / ThrillerNay menyadari ada sesuatu yang berbeda pada dirinya saat usianya menginjak sepuluh tahun. Dia bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata. Kemampuan alaminya semakin terasah ketika dia menginjak remaja. Seorang guru tak kasat mata...