Persekutuan Dunia Bawah

903 74 7
                                    

Kepergian Nay ke Sendang Awu sedikit banyak membuka tabir siapa dirinya. Tapi Nay merasa masih banyak hal yang membingungkan. Tentang dunia bawah, Manendra, Ki Brojo, Anggaraksa dan lainnya yang masih belum sepenuhnya Nay mengerti. Apalagi kehebatan Manendra yang konon tiada banding. Sehebat itukah dia. Lalu selama ini di mana dia tinggal. Apakah hidup seperti manusia biasa atau di dalam goa seperti Ki Brojo? Arghhh! Masih belum bisa terbayang oleh Nayara seperti apa sosok tersebut.

Sketsa wajah yang dibuat Nay, dibawanya ke kantor. Teman sekantornya bisa membantu membuat perkiraan seperti apa wajah Manendra saat ini. Setelah itu Rey pasti bisa membantu menemukan dia, bila benar sosok tersebut hidup sebagai manusia.

"Besok saja aku kerjakan ya, Nay. Hari ini aku masih sibuk." Dian teman sekantor Nay meminta waktu.

"Santai saja. Aku tidak perlu cepat. Kapan kau sempat saja," sahut Nay.

Gambar sketsa yang Nay serahkan sudah diberi pelindung energi. Untuk berjaga-jaga agar kejadian yang sama tidak terulang lagi. Dia tidak ingin Dian mengalami hal buruk. Ini hanya antara dia dan Manendra saja. Orang lain tidak perlu terlibat.

Rey berjanji menjemput Nay sore ini. Namun, setelah satu jam menunggu. Rey belum juga muncul. Selalu tidak tepat waktu. Menelepon pun tidak.

"Mbak, melihat kakak saya gak ya?" Seorang anak kecil sekitar delapan tahun bertanya pada Nay yang sedang berjalan menuju halte.

"Seperti apa kakakmu?"

"Dia setinggi, Mbak. Rambutnya keriting pakai baju biru."

"Mbak baru lewat sini. Tidak bertemu dengan orang dengan ciri-ciri yang Adik sebutkan. Coba tanya dengan yang lain."

"Sudah saya tanya, Mbak, tapi mereka tidak peduli. Ayolah, Mbak! Tolong saya cari kakak." Anak itu mulai menangis.

"Kamu tenang ya. Mbak akan bantu. Ayo kita cari, kakakmu," ajak Nay seraya mengulurkan tangannya pada gadis kecil tersebut.

"Ibu bilang tidak boleh bersentuhan dengan orang asing," tolaknya.

"Baiklah, berjalan di samping Mbak ya," pinta Nay. Gadis kecil itu mengangguk.

Sepanjang jalan Nay bertanya pada orang-orang yang mereka temui. Tidak satu orang pun mengenali atau pernah bertemua dengan kakak gadis kecil itu.

"Kamu pulang ke daerah mana, Dik?" tanya Nay ketika mereka duduk di bangku halte.

"Dekat kantor polisi, Mbak," jawabnya menunduk.

"Di mana itu?" tanya Nay lagi.

"Gak tahu, pokoknya dekat kantor polisi." Wajahnya terlihat kesal.

"Kalau begini mbak bingung mau antar kamu ke mana, karena banyak kantor polisi itu, Dik."

Anak itu menangis lagi. Kali ini suaranya sangat keras. Nay mencoba menenangkan tetapi ia tak juga diam. Nay benar-benar bingung harus bagaimana.

"Lusi!" Seseorang memanggil sebuah nama.

"Kakak." Anak itu berdiri lalu berlari ke arah orang yang memanggilnya tadi.

"Lusi, kakak cari kamu ke mana-mana. Di sini rupanya."

"Lusi juga mencari, Kakak. Mbak itu yang membantu." Gadis kecil itu menunjuk Nayara.

"Maaf jadi merepotkan, terima kasih banyak." Laki-laki itu mengatupkan tangannya di depan dada ketika sampai di depan Nayara.

"Sama sekali tidak merepotkan. Lain kali dijaga adiknya. Berbahaya sejalan sendiri seperti tadi. Ia masih kecil."

NAYARA (Underworld Adventure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang