14- Tiga Hari Tiga Malam (2)

102 13 20
                                    

Latihan-latihan telah usai dalam beberapa minggu terakhir. Kini, saatnya agenda besar pun di mulai. Tepat pada saat hari setelah penerimaan raport selesai, saya dan teman-teman memulai misi dalam sebuah pengalaman baru untuk tiga hari tiga malam ke depan. Ya, acara Jumbara kali ini dilaksanakan di daerah Bumi Jawa, yang terletak di pulau Jawa tercinta sebelah utara Benua Australia, dalam luasnya plenet Bumi Allah yang paling dabes. Gak ada yang salah, yaaa^^

Pagi hari itu, rombongan kami yang kira-kira berjumlah sekitar 20 sampai 40 orang tersebut berkumpul di sekitar area sekolah. Sambil menunggu sang Tayo raksasa datang, kami mengisi waktu untuk mempersiapakan segala keperluan demi berbagai perlombaan nanti. Semua barang pribadi hingga barang perlombaan milik sekolah seperti angklung, calung, gendang, topeng, maupun lukisan-lukisan yang nantinya ditugaskan untuk lomba pameran, segalanya telah disiapkan dengan baik.

Setelah beberapa menit kemudian, sang Tayo raksasa kami pun datang. Maka, kami pun segera berbondong bondong untuk bersiap menaiki kendaraan tersebut. Semua barang dimasukkan ke dalam truk terlebih dahulu, dan selanjutnya giliran kami yang menaiki satu persatu secara urut. Setelah semua anak naik, rasanya saya seperti barang yang sedang terjejal dalm sebuah kesempitan tingkat papan atas, tapi ya gak nyesek-nyesek amat sih. Di saat-saat terakhir Tayo raksasa alias truk ini mulai melaju kemudian melambat, ada sebuah pesan mengharukan dari Ayah kakak kelas saya, yaitu Kak Alim. Beliau berpesan;

"LIM, JANGAN LUPA OBAT HIJAU YANG DI LACI DI BAWA! DI MINUM BIAR SEMBUH!"

"OKEH," Sahut Kak Alim santai.

-Sumpah, ini sebenernya bukan apa-apa. Gak ada yang namanya obat, gak ada yang namanya Kak Alim sakit. Semua itu hanya candaan yang terlihat seperti nyata. Saya bahkan ketawa ngeliatnya.

-----

~*~

Selanjutnya, sang Tayo raksasa pun akhirnya mulai melaju, melambat, dan kemudian mengguling secara perlahan ke dalam jurang. Asraghfirullah, naudzubillah mindalik. Ya enggak lah. Kidding, ya.

Baru beberapa detik saat sang Tayo raksasa mulai melaju, kami semua merasa ada suara-suara angklung berbunyi padahal gak ada yang mainin. Wah, jangan-jangan...

Gak kok. Itu cuma karena jalannya yang mungkin agak terjal, jadi pada saat truk mulai melaju, semua benda yang memiliki masa ringan akan bergerak atau minim-minimnya bergeser seperti angklung yang berbunyi barusan. Bahasanya kok rada-rada kayak anak IPA, ya?

Namun, anak cowo yang suka bercanda malah bilang begini;

"Doni, arwahmu bisa diem gak sih? Gak usah ribut segala deh, sok-sok an mainan angklung!"

"Hahaha," Kami semua tertawa.

~*~

Di tengah perjalanan, cuaca cukup mendung kemudian gerimis kecil mengguyur kami dan badan truk yang kami tumpangi ini. Tak perlu pikir panjang, akhirnya kami berinisiatif untuk menggelar atap-atapan diatas kepala bewarna biru tua yang terbuat dari bahan plastik-susah sekali njelasinnya, btw saya gak tau namanya apa-untuk menutup kepala kami agar tidak terkena hujan.

Huh, ditutupin pake gituan, saya merasa seperti kambing yang hendak dibawa buat kurban pas idul adha. Tapi ya mau gimana lagi, kalau gak pake ya bisa-bisa basah semua ini baju. Namun, pemandangan alam di tepi jalan raya yang indah mampu membuat kepuasan batin tersendiri dalam hati saya dan teman-teman. Dan sekejap, pikiran bahwa seakan saya adalah kambing kurban pun lenyap begitu saja. Apa lagi si Zahra. Duh, girangnya minta ampun itu bocah.

"Heeyyy, itu bagus banget sawahnya. Yampuunnn, hijau banget. Udah gitu itu pegunungannya waduh, adem banget, sejuk banget, dingin banget," Dan blablabla...

Saya cuma pengin bilang ke dia;

"LEBAY BANGET. TAMBAHIN KATA ITU DONG, RA"

~*~

Beberapa jam kemudian, akhirnya kami semua sampai ke tempat yang dituju. Suasana di daerah tersebut terasa sangat sejuk, karena daerah Bumi Jawa merupakan daerah yang dekat dengan puncak gunung. Bahkan pada saat pagi buta, hawanya sangat dingin tapi masih dinginan sikapnya doi. Hmm-__

Bahkan, menurut Kak Beni yang budiman saat ditanya bagaimana rasanya mandi jam setengah lima pagi di daerah macam kutub ini, dia menjawab;

"BEH, BERASA MANDI ES BATU SEGUDANG GUE"

-Emang ada, ya es batu satu gudang?

~*~

Demi kenyamanan anak-anak tercinta, Pak Abi menyiapkan tumpangan tidur untuk bertahan hidup dari rasa kantuk dan rasa lapar menjelang tiga hari ke depan, di sebuah transit milik salah satu warga setempat. Alhamdulillah, sang pemilik rumah bersikap baik hati dan tidak sombong.

Tempatnya pun tidak jauh dari area pusat perlombaan yang dimana terdapat banyak sekali tenda berdiri kokoh di kawasan tersebut. Namun, ada salah satu hal yang membuat kaki ini harus dikuras tenaganya, yaitu ketika kami melewati jalan menanjak yang terletak dekat dengan tempat transit kami. Bahkan, ketika saya bertanya kepada semut pun, raja semut lantas berpendapat;

"Gue juga capek lewat tanjakan situ, neng. Tapi gue sih enak. Gue kan raja, jadi kalo capek ya tinggal di gotong sama rakyat,"

-NYESEL SAYA TADI NANYA GITUAN, SUMPAH.

~*~

Ada sebuah kesan lucu menurut selera humor saya dan Aryn dari transit tempat kami, untuk numpang tidur tapi bayar tersebut. Yaitu sebuah kesan yang awalnya biasa-biasa aja namun lama kelamaan jadi luar biasa setelah dilihat sekilas demi sekilas. Kesan itu berasal dari sebuah kalender yang bergambar cewe cantik. Yang bikin lucu, adalah salah satu mata dari gambar cewe tersebut ditutup oleh goresan spidol secara penuh, dan beberapa dari giginya pun juga dilukis oleh goresan spidol tersebut. Jadi, gambarnya seakan terlihat seperti seorang bajak laut banci yang giginya ompong.

SERIUS, ITU LUCU MENURUT SELERA HUMOR SAYA DAN ARYN.

Gak tau sih, kalau menurut kalian. Kalau menurut kalian gak lucu ya berarti saya dan Aryn mungkin ada banyak hormon selera humor.

~*~

Sepertinya, saya merasa masih kurang kalau chapter ini dibagi menjadi dua bagian saja. Karena, saya rasa ceritanya akan terlalu panjang jika dijadikan dalam dua chapter sekali pun. Mungkin, bisa jadi akan tercipta 3000 s.d. 4000 word kalau saya tidak membaginya dalam satu chapter lagi. Gak tau, apa karena gaya penjelasan saya yang terlalu bertele-tele, atau mungkin memang ada banyak cerita-cerita di dalamnya. Hmm, namun saya rasa sih dua-dua nya mempengaruhi.

Jadi, mianhe ya. "Tiga Hari Tiga Malam" saya tambah satu chapter lagi. Percaya deh sama saya. Bakalan panjang banget ceritanya, kalau gak saya bagi ke satu chapter lagi. Udah ah, saya kebanyakan ngomong deh kayaknya.








Daaaahh!!!

Thx buat yang udah baca.
Ditunggu kelanjutannya, yaaa♡










"Thor, gue kepo nih sama kelanjutan ceritanya?"

"SIAPA SURUH KAMU KEPO. HAHA!"








Author kepedean banget.
Kayak beneran ada yang kepo sama kelanjutan ceritanya:"

Anti Mainstream School [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang