Perlu kalian ketahui, nyatanya bukan hanya sifat konyol yang selama ini telah mendarah daging dalam ruh teman-teman saya. Salah satu sifat gak bisa selow yang juga melekat tanpa lem perekat, juga tampaknya terlihat pada jiwa beberapa teman saya.
Sisi luar biasanya sendiri, adalah ketika saya mampu melihat sifat gak bisa selow tersebut, meskipun yang namanya sifat pasti gak punya wujud nyatanya. Sifat ya sifat, sesyatu yang tidak berwujud. Namun, anehnya saya mampu melihat sifat gak bisa selow dalam diri beberapa teman saya tersebut. Hmm, mungkin karena saya masih emiliki dua bola mata yang masih utuh, jadi masih bisa ngeliat deh. Alhamdulillah...
~*~
Pengalaman pertama yang ingin saya ceritakan kepada para reader sekalian, adalah sebuah pengalaman dari seorang Aryn saat dirinya masih jadi bocah cilik, dimana dia bisa seneng hanya dengan dibelikan permen lolipop. Dan juga bisa sedih cuma gara-gara permen lolipopnya di curi harimau. Wow!
Oke. Ini adalah sebuah pengalaman emas dari seorang Aryn yang pernah dia ceritakan kepada saya.
Kala itu, pada zaman purbakala sebelum masehi, Aryn tengah asik bermain dengan seorang kawannya yang berwujud manusia jadi-jadian, tapi bohong. Mereka begitu asik menikmati sebuah permainan yang bisa dibilang mirip dengan permainan jaran lumping, tapi cuma bercanda. Saking asiknya, Aryn tak sadar ketika seekor laba-laba hitam dan besar, tiba-tiba mendarat di pakaian yang ia kenakan. Entah datang dari mana, yang pasti laba-laba itu sepertinya sedang tersesat dari perjalanan mudiknya untuk menuju kampung halaman.
"Ryn, itu baju lo ada apanya?" sergah kawannya tersebut sembari menunjuk sesuatu yang dimaksudnya.
"Ada apanya emang?" Aryn justru bertanya balik, sembari ketakutan.
"Gue juga gak tau apa, tapi kayanknya sih serangga. Gede lagi," jawabnya membuat Aryn semakin panik.
"Apa sih? Gue kepo, tapi gue takut!" jawab Aryn cemas-cemas kurang cerdas.
"Laba-laba deh kayaknya," jawab kawannya dengan tingkah setengah geli.
"Hah? Bala-bala?"
"Laba-laba, Ryn. Bukan bala-bala!" bentak kawannya gemas.
"Iya, laba-laba maksudnya. Aduh, gimana dong. Gue takut laba-laba, gua mau ngusir tapi gue gak mau liat laba-laba. Gue takut!"
"Ya dibuang aja, tapi jangan dilihat!" saran kawannya.
"Gak mau, gue takut!"
(disini, sifat gak bisa selow nya mulai keliatan)
"Ya udah mending lo lari aja yang jauh, siapa tau tuh laba-laba bisa ilang," sarannya, lagi.
"Oke. Gue mau lari, gue mau balik ke rumah. Bye!"
"Ryn, tungguin gue. Gue ikut," cegahnya.
"Let's go!" jawab Aryn sok Inggris, padahal udah jamuran tinggal di negara +62.
Mereka pun berlari terbirit-birit, seperti orang yang habis ngeliat setan yang suka keliaran malam-malam buat jalan-jalan beli manisan di deket kuburan.
Sesi berlari pun usai, kini mereka telah sampai di rumah Aryn dengan laba-laba yang masih hinggap di baju yang dikenakannya.
"Udah sampai, tapi laba-labanya belum ilang. Gimana dong?" keluh Aryn.
"Suruh mamah lo aja buat ngusir." Lagi-lagi kawannya yang mengusulkan solusi.
"Oke deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti Mainstream School [ON GOING]
Hài hướcAku, kau dan kita bersama, berbagi suka duka dalam sebuah tempat terbatas namun sekaligus menjadi tempat favorit bagi hatiku. Masa masa terindah adalah bersama kalian. Di antara miliaran manusia di bumi ini, kalian lah para makhluk anti manistream y...