23- Para Murid Terluknut (1)

101 5 8
                                    

Kesomvlakan yang terjadi di sekolah saya, tidak hanya terjadi dalam ruang lingkup teman kelas saja, namun beberapa guru juga turut menjadi korban dari sikap kesomvlakan kami.

Salah satu kawan saya yang hobi banget ngerjain guru, yaitu Andre. Pasti kalian udah gak akan asing lagi dong, denger namanya. Ya, Andre adalah salah satu kawan saya yang punya hobi memancing kemarahan orang lain. Tapi, bagi yang cuma mantau, alias cuma lihat dia ngelakuin hobinya ya cuma bisa ketawa-ketiwi macam saya ini. Tapi kalau ketawa-ketiwi sendiri sih saya gak pernah, kecuali kalau lagi ngehalu ekekekkk^^

~*~

Ada suatu kisah, tentang kengawuran jawaban Andre ketika ia ditanya oleh Pak Muslim, guru mapel bahasa arab saya. Kalau kalian mau tahu, Pak Muslim ini seorang guru yang memiliki tubuh besar, suka bercanda, dan laki-laki tentunya.

Hari itu, mungkin ia sedang sedikit kesal terhadap Andre yang suka ribut sendiri ketika dirinya tengah menjelaskan materi di depan kelas. Jadilah si Andre ini, ia panggil untuk segera maju ke depan kelas.

"Kamu, sini maju!" perintahnya sembari menunjuk Andre.

Andre yang kala itu tengah ribut sendiri dengan ruh dalam tubuhnya, kemudian berdiri dari tempat duduknya, dan segera mengambil langkah maju ke depan kelas.

Seluruh pandangan mata siswa menuju ke arahnya, namun hal itu tak sedikit pun membuat cowok bertubuh gendut itu gugup. Ia selalu tenang dengan cengirannya yang kalau diperhatikan sih, lebih ke aneh deng.

"Kamu kok ribut terus kenapa?" tanya Pak Muslim.

"Gak kenapa-kenapa kok, Pak," jawab Andre.

"Terus kenapa ribut?"

"Pengin aja, Pak," jawab Andre ngawur.

Jawaban Andre membuat Pak Muslim terdiam sejenak, mungkin ia membatin, "Ini bocah kenapa bisa hidup ya di bumi?"

Di sisi lain, seperti biasa si Andre akan bertingkah cengar-cengir gak jelas kayak para pasien yang ada di rumah sakit jiwa, ketika dirinya berhadapan dengan guru, sekali pun itu gulu killer sekelas Bu Liza.

"Kamu di rumah kerjanya ngapain sih?" tanya Pak Muslim lagi.

"Nyari rumput buat makanin kambing, Pak," jawab Andre.

"Kamu nyari rumput di sawah kamu apa di sawahnya orang?"

"Di sawah orang, Pak," masih dengan cengar-cengir gak jelasnya.

"Pantes, ya. Kambing kamu gak gemuk-gemuk tuh, gak taunya di kasih rumput haram."

"ENGGAK KOK, PAK. KAMBING SAYA GEMUK-GEMUK MACAM BAPAK." jawabnya gak tahu malu.

LOL.

Pak Muslim tertegun.

Saya tertawa diam-diam.

Judit datar gak tau apa-apa, karena dia lagi budeg mode on.

~*~

Tidak hanya Pak Muslim yang turut menjadi korban dari aksi Andre yang suka memancing ikan paus, eh memancing kemarahan maksudnya.

Guru kami, panggil saja dia Pak Tuil juga merupakan salah satu korban dari aksi Andre. Perlu kalian tahu, Pak Tuil ini guru sains kami sekaligus menjadi pembina ekstraurikuler pramuka di sekolah kami. Dia asli orang bumi, tepatnya bumi Indonesia. Orangnya asik, usianya juga masih muda.

(FYI, saya kalau sama guru sendiri gak berani ngejelasin yang engga-engga, sekali pun itu cuma bercanda. Karena saya takut aja, nanti ilmunya gak berkah. Kata santri gitu. Jadi biar kalian pada tahu, kalau saya lagi ngejelasin tentang guru saya, saya bakal kurangin bercandanya. Ini saya ngetiknya serius lho, yaaa)

Lanjuttt...

Kejadiannya berlangsung pada saat kami masih duduk di bangku kelas dua puluh dikurangi dua belas, ya kelas delapan maksud saya.

Saat itu, dalam gedung MDA yang cukup minimalis namun bikin rindualis, beberapa anak cowok disuruh Pak Tuil buat maju ke depan kelas. Entah atas sebab apa, saya pun tidak cukup ingat dengan alasan Pak Tuil yang berbuat demikian. Intinya, karena mereka berbuat salah. Tapi saya cukup lupa, dengan kesalahan mereka. Mungkin bisa jadi kesalahannya mereka nggerogotin sepatunya si Aryn yang usianya sudah sekian abad.

Wqwqwq canda qoq~

Andre adalah salah satu dari beberapa cowok yang Pak Tuil suruh buat maju ke depan kelas. Kemudian, mereka semua berjajar rapi mengahadap papan tulis bewarna indah seperti pelangi (ini juga bercanda). Jumlahnya kira-kira enam orangan kalau gak salah. Dengan wajah memelas dan penuh dengan penyesalan, kepala mereka menunduk lemah layaknya tersangaka yang tengah digugat.

Lalu, dengan hebatnya kekuatan penggaris kayu yang biasa buat nggaris papan tulis, Pak Tuil menabok pant*t mereka tanpa segan-segan secara bergiliran.

Plak!

Plak!

Plak!

Plak!

"Biar pada kapok kalian. Biar tau rasa, ya!" umpatnya.

Plak!

"Kamu lagi, malah cengar-cengir," bentaknya kepada Andre.

Seperti biasa, dengan senyum cengar-cengirnya yang bikin saya pengin mbuang tuh bocah ke luar planet bumi, Andre selalu merasa seperti tidak bersalah. Seakan segala permasalahan hidup yang dihadapainya, ia jalani dengan cengiran garam rasa asin dan dengan hati yang selow begete. Selow sih boleh, tapi kan gak gitu juga kaleeee. Iya, gak?

"Kamu gendut, jadi saya wajib pukul kamu sebanyak dua kali." ujar Pak Tuil kepada Andre.

Plak!

Kali ini pukulannya lebih keras dari pukulan sebelumnya. Namun, Andre masih saja woles dengan cengiran asin rasa garamnya yang kali ini bikin saya pengen buang dia ke neraka.

"DITABOK SEPULUH KALI JUGA GAK MASALAH, PAK. JUSTRU TABOKANNYA BISA NGILANGIN DEBU YANG NEMPEL DI PANT*T SAYA," ujarnya seakan gak punya kemaluan.

Pak Tuil seketika hening.

Seluruh isi kelas juga hening.

Namun, denting jarum jam seakan gak mau diajak kerja sama buat hening berjamaah.

~*~

Begitu banyak kejadian-kejadian semacam contoh tersebut yang terjadi di dalam sekolah saya, terutama kelas-kelas yang pernah saya tempati. Sungguh laknat kelakuan mereka, kalau saya yang jadi guru nih, mending hukumannya tak suruh nguras laut deh yang gak berat-berat amat. Atau kalau gak ya, ngepel tanah juga gak berat-berat amat.

Gampang banget, kan?

Gampang nyuruhnya maksudnya.

Kabuuuurrrrrr!!!














Chapter nya saya bagi dua, jadi nanti chapter selanjutnya judulnya sama. Isinya aja yang beda. Ditunggu, yup^^


Gomawoooo kula haturkan💙

Saranghaeeee saya ucapkan💋

Anti Mainstream School [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang