28- Boring? Tengok Saja ke Belakang

19 2 0
                                    

Satu hal yang perlu kalian ketahui tentang "kaum belakang" di kelas kami. "Kaum belakang" adalah sebuah nama yang saya buat untuk para makhluk abnormal yang sudah memiliki skill kesengklekan tingkat dewa. Mereka memiliki sebuah wilayah kekuasaan yang ada di kutub belakang kelas kami. Anggap saja mereka adalah para beruang kutub yang selalu siaga untuk membuat kebisingan di kutub belakang kelas kami dengan aksi bobroknya.

Sebut saja mereka adalah The Campret, yang terdiri dari Andre, Ridho, dan Mahin. Iya, lagi lagi readers baca nama mereka lagi. Gak papa lah, author yakin readers gak bakal pernah bosen kalo author udah nyebutin nama mereka.

Pengingat: readers siap-siap tenaga aja buat ngakak hahaha!

Kali ini, bukan hanya The Campret yang bakal beraksi, namun mereka juga membawa kawanan prajuritnya yang makin hari makin berkurang kewarasanya dalam beraksi menebar keriwuhan.

Namun, di balik kebobrokaan mereka yang selalu sukses membuat suasana kelas jadi kayak pasar ikan, sebenarnya kebobrpkan mereka itu juga menjadi obat tersendiri bagi kami. Termasuk bagi saya, Aryn, dan Nazla.

Kepenatan yang selalu merasuki jiwa kami di tengah jam pelajaran, membuat kami merasa ingin sesuatu yang menghibur agar pikiran kami ga terlalu serius kayak Niel Amstrong. Beruntungnya, kami sangatlah mudah untuk menemukan hiburan tersebut.

Readers mau saya kasih tahu gak caranya? Atau mau saya kasih tempe aja?

Oke. Caranya gampang banget, karena alhamdulillah kami masih punya tenaga untuk menggapainya. Kami hanya mengeluarkan tenaga agar kepala kami mau menengkok ke belakang, dan beberapa menit kemudian, munculah gelak tawa di sekeliling kami. Ini bukan sulap, bukan juga sihir. Iya, kami dapat tertawa lepas hanya gara-gara kebobrokan kaum belakang yang benar-benar tidak ada akhlak.

~*~

Di suatu siang yang amat panas dengan suhu 100℃, kami sekelas sedang melakukan tradisi kelas-mirip-pasar-ikan seperti biasanya ketika guru sedang tidak masuk, atau sedang ganti jam pelajaran. Cuaca yang panas tidak menyurutkan semangat kami untuk terus mengacaukan ketenangan.
Kecuali saya, dan Nazla yang hanya bengong memandangi sekeliling kelas yang semrawudnya astaghfirullah sekali. Ada yang sedang asik nge-ghibah, berdongeng, main tinju-tinjuan, main petak umpet, ada juga para murid rajin yang sibuk membolak-balik lembar buku, atau murid pemalas seperti Puyol yang taunya cuma tidur-tidur-dan-tidur. Dan tak ketinggalan pula kaum belakang yang tak pernah absen dalam mengisi kebisingan kelas dengan segudang skill bobroknya.

Benar, kali ini saya dengan Nazla, bukan dengan Aryn. Karena saya lupa pada saat itu Aryn sedang pergi ke mana. Bisa jadi ia sedang sibuk pergi ke luar kelas untuk mencari mainan mobil-mobilannya yang rusak dari kemarin.

"Kenapa lo, Zel? Diem-diem bae?" tanya Nazla sembari menengok ke arah belakang, yaitu tempat saya duduk.

"Bosen tau mau ngapain. Mau keluar males, gak keluar berisik banget disini," jelas saya menggerutu.

"Gue tau caranya biar gak bosen, Zel," tanggap Nazla dengan mimik muka sok cerdas.

"Gimana emang?" balas saya dengan pasang muka sok-kepo-mode-on.

"Tengkok tuh ke belakang!" perintah Nazla sembari memosisikan kepala saya untuk menegok ke belakang dengan agak memaksa.

"Wah, manusia-manusia bobrok rupanya," ujar saya dengan wajah seolah-olah sedang berkata mereka lagi, mereka lagi.

Anti Mainstream School [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang