Chapter 3

2K 274 15
                                    

Sakura memandang ragu gedung di depannya sebelum menjatuhkan tatapannya kembali pada kartu di tangannya. Tidak salah lagi, ini adalah rumah sakit yang menurut keterangan adalah salah satu rumah sakit yang dilegalkan untuk melakukan aborsi. Ia menghela napasnya sebelum kemudian memakai kacamata hitam, merapatkan syal untuk menutupi wajahnya dan memperbaiki tudung jaket dikepalanya, dalam usaha menyembunyikan identitasnya.

Tentu saja. Dia akan melakukan aborsi. Sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan dialaminya selama ia meniti karirnya sebagai artis. Sudah barang tentu ia harus memastikan tidak ada wartawan yang memergokinya. Tidak ada satu orangpun yang mengenalinya. Rumah sakit ini memang menjamin semua data pasien dirahasiakan dari umum, tapi tetap saja ia harus berhadapan dengan perawat dan dokter yang menanganinya. Dan itu mau tidak mau membuatnya sedikit tegang. Semoga kabar tentang rumah sakit yang menjaga kerahasiaan itu benar adanya. Semoga ia tidak mendapatkan perawat atau dokter penggila gosip yang akan bertanya macam-macam padanya. Atau yang lebih parah mulut bocor yang tidak sengaja membeberkan rahasia ini hanya karena dia adalah public figure.

Ia melangkahkan kakinya memasuki gedung itu. Menatap sekelilingnya sebelum kemudian matanya jatuh pada seorang perawat di bagian pendaftaran. Segera saja langkahnya membawanya ke arah perawat tersebut. Berhenti tepat di hadapan wanita muda yang kini tersenyum kearahnya.

"Ada yang bisa kami bantu, Nona."

Sakura tersenyum kikuk.

"Aku ingin berkonsultasi dengan dokter kandungan soal ehm aborsi," jawabnya agak ragu yang disambut dengan senyuman oleh perawat tersebut. Seperti itu hal biasa baginya. Memang hal aborsi bukanlah hal yang tabu lagi di negaranya. Aborsi dilegalkan untuk mengontrol populasi demi perbaikan mutu dan menciptakan stabilitas dalam masyarakat Jepang. Tapi tetap saja ini adalah hal tak biasa dalam hidup Sakura. Ini pertama kalinya ia menyentuh hal- hal tersebut.

"Anda sudah punya dokter sendiri atau baru akan mendaftar, Nona?"

Lamunan Sakura buyar saat suara perawat tersebut mengembalikan kesadarannya.

"Saya baru mendaftar."

Perawat tersebut mengangguk sebelum kemudian menyerahkan formulir pendaftaran padanya. Dengan kikuk ia menerimanya dan menatap perawat itu dengan bingung.

"Silahkan diisi dahulu formulirnya sebagai data rumah sakit." Perawat itu seolah menjawab kebingungan Sakura. Gadis itu hanya dapat mengangguk. Ia sudah akan mengisinya saat Sang Perawat kembali bersuara membuatnya mengurungkan niatnya untuk sesaat. "Kalau boleh tahu dengan Nona siapa?"

Sakura menatap perawat yang sedang tersenyum tersebut ragu, namun akhirnya menjawabnya, "Uzumaki Sakura."

Dan entah mengapa, rasa tidak nyaman menyelimuti hati wanita itu saat  ia mendapati perawat tersebut terkejut mendengarnya. Dalam hati ia berdoa semoga ini bukan pertanda buruk seperti yang pernah terlintas di benaknya saat memasuki rumah sakit ini tadi. Semoga perawat itu bukan maniak gosip yang yang mulutnya bocor.

Perawat itu tersenyum kikuk dan langsung buru-buru pergi meninggalkannya setelah sebelumnya ia mempersilahkan Sakura kembali menulis datanya. Dengan ragu Sakura kembali menulis formulir di tangannya, mengabaikan segala rasa tak nyaman atas sikap Sang Perawat. Dalam hati mencoba berpikir positif tentang perawat itu.

Beberapa kali dahinya terlihat berkerut saat membaca data yang harus ia isikan. Namun itu tidak membuat fokusnya beralih sama sekali dari kertas formulir tersebut. Baru saat ia mendongak, hendak mencari perawat yang berkomunikasi dengannya tadi untuk menyerahkan formulirnya, saat itulah ia melihat keanehan itu. Ia melihat Sang Perawat tengah menelepon seseorang dari ponsel pribadinya sambil sesekali menatap padanya. Dan saat mereka tidak sengaja bertemu pandang, perawat itu terlihat sangat terkejut seperti sedang kepergok melakukan kesalahan.

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang